⋅ 𝙏𝙒𝙀𝙇𝙑𝙀 ⋅

57 32 5
                                    

Berlin
08.00

Gadis itu tiba tiba mencengkerami perutnya.

Rasa sakit yang ternyata sudah menyerang disekitar pusarnya itu membuatnya lemah tak berdaya.

Ia sudah tidak bisa berteriak untuk meminta bantuan.

Namun, tidak ada seorangpun yang mendengar suaranya.

Hingga akhirnya gadis itu melemparkan gelas kaca yang terletak tak jauh dari kasurnya ke arah pintu kamarnya sebagai alternatif untuk memanggil seseorang.

Pyarr!!

Seseorang tiba tiba mendengar suara pecahan gelas dari atas.

Ia berjalan ragu menyusuri tangga, masih meyakini bahwa apa yang ia dengar itu mungkin hanyalah perasaannya saja.

Setelah ia tiba dilantai dua, ia tak hanya mendengar suara pecahan gelas saja, ia juga mendengar benda benda asing yang tidak ia ketahui hingga membuat salah satu dari beberapa pintu itu bergetar.

Ia menyelidiki, ternyata suara itu berasal dari kamar Hana.

Ia mendatangi kamarnya dan mengetok pintu tersebut.

Namun, tidak ada sahutan dari Hana, kemudian ia memutuskan untuk membuka kamarnya.

Perlahan ia membuka pintu kamar itu dan ia melihat Hana yang terbaring lemas dikasurnya dengan wajah yang sangat pucat.

"Kak Hanaa!!!"

Ia berteriak dan menghampiri Hana.

"Kak Hana kenapa!!?" Tanya nya panik.

"T-tolong.. bawa.. aku.. kerumah.. sakit.." kata Hana lemas.

Kemudian ia meninggalkan Hana dan menghampiri ibunya dibawah yang sedang mencuci piring.

"Ibu!! Kak Hana.." Ucapnya khawatir.

"Ada apa nak? Kak Hana kenapa?" Tanya ibunya bingung.

"Kak Hana.. wajahnya sangat pucat ia minta dibawa kerumah sakit.." jelas anak itu.

Setelah ibunya mendengar penjelasan dari anaknya, ia langsung menuju ke kamar Hana untuk melihat kondisi Hana.

"Astagaaa.. nyonya.."
"Nyonyaa kenapa!!?" Tanyanya sambil memegang dahinya.

"Bi.. aku.. mau.. kerumah.. sakit.. jangan.. sampai.. ayah.. tahu.. tentang.. ini.. aku.. sudah.. tidak.. kuat.." sahut Hana.

Gadis itu kemudian pingsan setelah minta bantuan kepada bibinya karena ia sudah tidak kuat menahan rasa sakitnya lagi.

Karena tidak ada yang bisa mengantar Hana kerumah sakit, anak itu langsung menelpon ambulans.

Kemudian bibi itu keluar dan melihat anaknya yang sedang berdiri didepan rumah Hana lalu bertanya.

"Nak.. kamu sudah menelpon ambulans?" Tanya ibunya alias bibinya Hana itu.

"Sudah Bu.."

"Baiklah.. kalau begitu, nak.. bisakah kau membantu ibu?"

"Kenapa bu..?" Tanya anaknya masih dengan perasaan panik.

"Bisakah kau mengantar kak Hana kerumah sakit? Ayahnya sebentar lagi akan pulang.. sedangkan kak Hana berpesan bahwa kita harus merahasiakannya.. bagaimana nak?"

"Baik bu.. aku akan menemani kak Hana." Jawab anaknya.

Anak itu yang masih berusia 14 tahun, namun pikiran dan hatinya sudah seperti orang dewasa yang baik hati.

𝐖𝐡𝐨 𝐈𝐬 𝐌𝐲 𝐂𝐡𝐨𝐢𝐜𝐞🍁 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang