⋅ 𝙏𝙃𝙄𝙍𝙏𝙀𝙀𝙉 ⋅

69 31 2
                                    

"Jangan berikan ponsel itu kepadanya!"

Shit.

Keluh Hana dalam hati.

Ia ketahuan oleh ayahnya yang ternyata menguping pembicaraannya dengan Quinne.

"Quinne, kembali kepada ibumu!" Pinta ayahnya Hana.

"B-baik.." jawab Quinne dengan nada terputus.

Anak itu kemudian keluar dari kamar tersebut. Dan Hana melihat ekspresi wajah ayahnya yang sedang tidak mendukung itu. Kini ia telah kepergok akibat perbuatannya.

"Apa? Masih berani melawan ayah!?" Tanya ayahnya seperti ingin mengancamnya.

"Dih. Buang buang waktu saja." Jawab Hana cuek.

Hana sudah kebal dengan bentakan ayahnya itu.Maka dari itu dia tidak ingin membantah lagi karena dia tau bahwa hal tersebut ada batasannya.

Dan bukannya menjadi tenang, ayahnya Hana malah makin menjadi jadi.

"K..AMU INI!!"

Plak! Tamparan keras itu lagi lagi melintasi wajahnya.

Hana memegangi wajahnya yang terkena tamparan dari ayahnya itu sambil menundukkan kepalanya.

"BAGAIMANA IBUMU MEMBESARKAN MU? KERJANYA HANYA MENJAWAB ORANG TUA SAJA!!!"
"KAPAN KAMU MAU PATUH HANA!!?"

Pertengkaran hebat itu terus berlangsung. Gadis itu masih menahan emosinya yang sebenarnya sudah membara bara didalam hatinya.

Lalu akhirnya Hana hanya bisa menangis didepan ayahnya karena mau bagaimanapun juga, kondisi Hana saat ini masih belum pulih. Ia masih merasakan rasa sakit dan ditambah lagi dengan amarah ayahnya yang terus menyerangnya.

Ia kemudian menangis dan menangis, hingga akhirnya ayahnya itu pergi meninggalkannya seorang diri dikamar lalu mengunci pintu kamarnya.

Kondisinya kini makin memburuk, sedangkan Hana tidak bisa berbuat apa apa sekarang. Daripada dia dirumah menderita seperti ini akhirnya Hana ingin bertekad untuk kabur dari rumah.

Ia harus bisa keluar dari rumah ini bagaimanapun caranya. Tak peduli jika ia harus hidup dipinggir jalan karena hal itu juga tidak akan menimpanya.

Diambilnya koper yang tergeletak diatas lemari kamarnya. Ia sedikit kesusahan pada saat mengambil koper itu, namun pada akhirnya ia bisa mencapainya.

Tanpa menunggu lama lagi, ia memasukkan barang barang penting miliknya ke dalam koper tersebut.

Hana berjalan ke pintu kamarnya. Kemudian Hana memegang daun pintu itu lalu menekannya kuat-kuat dan ternyata pintu itu tengah terkunci.

Ia baru teringat bahwa ayahnya telah mengunci kamarnya.

Lalu Hana berusaha menarik pintu itu berulang kali namun hasilnya nihil.

Kini Hana tengah kebingungan. Alhasil Hana mulai memikirkan cara supaya ia bisa keluar dari kamarnya.

Lalu sesuatu hal mulai terpikirkan dibenaknya, balkon kamarnya.

Ya, mau gak mau Hana harus pergi melalui balkon tersebut. Karena hanya itu satu satunya jalan yang bisa membuat ia keluar dari rumah ini.

Kemudian ia berjalan ke arah balkon itu dan melihat kebawah. Ternyata cukup tinggi baginya jika ingin turun melalui balkon itu.

Sekarang Hana harus mencari sebuah tali yang kuat untuk digantung.

Ternyata tak diduga, ia menemukan sebuah tali tambang yang menurutnya cukup untuk membawanya sampai ke bawah.

𝐖𝐡𝐨 𝐈𝐬 𝐌𝐲 𝐂𝐡𝐨𝐢𝐜𝐞🍁 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang