Waiting for your call
Call,. I'm sick
Call, I'm angry
Call, I'm desperate for your voice—-
117 hari aku menunggu. Menunggu kabar dari kamu. Menunggu suaramu menyapaku lagi. Menunggu kedatangan kamu dengan senyuman dan sekotak martabak keju manis untukku lagi. Dilanda rindu, menahan marah. Aku hanya bisa memutar imajiner kenangan kita. Aku hanya bisa mengingat-ngingat janji manismu. Aku hanya bisa tersenyum ketika teringat pertemuan pertama kita. Pertemuan yang mungkin sudah kamu lupakan.
—
Listening to the song we used to sing in the car
Do you remember, Butterfly, Early Summer
It's playing on repeat
Just like when we would meet, like when we would meet—
Sekarang aku tidak lagi perlu menunggu. Kamu di sini, di hadapanku, dengan sekotak martabak keju ekstra kental manis, tapi tanpa senyuman. Setelah 117 hari bertahan dengan hanya satu-dua pesan dalam sehari. Setelah puluhan minggu berakhir dengan berbagai alasan kamu untuk tidak datang, kini kamu hadir. Disaat aku tidak tahu harus bertingkah apa. Pada saat aku harusnya marah, berteriak, bahkan mengenyahkan kamu dari hidupku, kamu malah datang. Saat aku harusnya membeku, aku malah menyambutmu hangat, mengecupmu singkat, dan melebur dalam pelukanmu. Tak ingin lepas lagi. Tak peduli bahwa ada yang berbeda dengan tingkahmu malam ini. Yang aku tahu, aku rindu kamu, cintaku. Walau, setetes air mata jatuh dan meresap di kemejamu.
—
I was born to tell you I love you,
And I am torn to do what I have to,
To make you mine
Stay with me tonight—
Stripped and polished, I am new, I am fresh
I am feeling so ambitious, you and me, flesh to flesh
'Cause every breath that you will take
While you are sitting next to me
Will bring life into my deepest hopes
What's your fantasy?
What's your, what's your, what's your, what's your?—
Seakan semua terlupa. Jam makan siang, tiga hari lalu seakan tidak bermaksa. Dengan kamu dirangkulanku, napas menderu, belaian lembut tetapi terasa terpaksa itu, membuatku kembali memiliki harapan. Harapan akan sebuah hubungan yang berakhir bahagia selamanya. Seakan aku tidak pernah mempertanyakan apakah ini akhirnya? Seakan kita baik-baik saja, tapi sayang, apakah kita baik-baik saja? Aku tidak pernah tahu apa yang ada di dalam pikiranmu. Aku tidak pernah mengerti apa yang kamu harapkan dari aku, dari kita. Kamu pun tidak pernah meminta.
—
And I'm tired of being all alone,
And this solitary moment
Makes me want to come back home—
Selama ini, kita berdua, tapi serasa aku sendiri yang menjalani. Aku lelah, sayang. Jangan kamu pikir aku baik-baik saja. Namun, sungguh ajaib kehadiranmu. Karena, hanya dengan deru napasmu di puncak kepalaku. Wangi parfummu yang kembali bisa kuhidu, aku bagai hidup kembali. Aku sanggup melupakan semua dan memulai kembali dengan kamu.—
I was born to tell you I love you
And I am torn to do what I have to,
And I was born to tell you I love you,
And I am torn to do what I have to,
To make you mine
Stay with me tonight—
Aku siap sakit hanya untuk dengan kamu.
Aku siap berdarah hanya agar kamu menetap.
Namun, sayang, bagaimana jika kamu yang terluka di dalam hubungan ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
UnKnown - DWC 2020
Diversos[COMPLETED]Sebuah ketidaktahuan tentang ketidakpastian. Participant of npc2301's DWC2020 Cover ciamik by @alizarinlake