Berpisah dengan Sial

201 18 0
                                    

Aku dan keberuntungan yang buruk memang sering kali disandingkan. Mulai dari sering terjatuh dan melukai diri sendiri, kecopetan, dimanfaatkan oleh teman sendiri, bahkan menjadi korban penipuan. Itulah yang membuat orangtuaku sangat protektif terhadap anak satu-satunya ini. Apalagi masalah jodoh. Mereka begitu takut dengan track record-ku yang selalu menjadi korban, aku juga akan menjadi korban dalam hubunganku.

Ternyata, dugaan mereka tidak salah. Aku kembali menjadi korban. Korban kejamnya cinta serta dikhianati teman sendiri. Kali ini, sebelum aku semakin babak belur, aku harus berhenti. Iya kan?

Jadi, aku tetap pada pendirianku, untuk meminta Doni pergi. Meski dia memohon untuk tinggal, berkali-kali.

"Aku sayang kamu," bisiknya.

Sebuah ketidakberuntungan lagi-lagi menghampiriku. Dia berbohong dan aku hampir percaya. Buru-buru aku menggeleng untuk menyadarkan diriku dari pengaruhnya. "Kalau kamu sayang aku, kamu enggak akan selingkuh."

"Itu kesalahan, Andin. Aku manusia. Sudah pasti aku berbuat salah."

Aku mengangguk. Dia benar. "Tapi, enggak semua kesalahan bisa dan harus dimaafkan. Itu sebabnya ada hukum."

"Andin...."

Aku menaikkan tanganku untuk memberhentikan ucapannua. "Tidak ada yang perlu lagi dibahas. Empat bulan adalah waktu yang cukup untuk kamu meninjau ulang kesalahanmu. Bukan malah semakin larut dalam kubangan itu."

"Andin, maaf. Aku enggak mau pisah."

Aku menarik rambutku sendiri. Semua bujuk rayunya yang langsung ke point utamanya sungguh bukan perkara mudah untuk dielakkan. Aku harus kuat.

"Pertanyaanku cuma satu. Kamu bilang kamu enggak mau pisah. Kamu bilang itu kesalahan, tapi kenapa kamu bahkan tidak perlu repot-repot menyembunyikan kesalahan itu? Kamu dengan gampangnya mengumbar kemesraan dengan selingkuhanmu itu dia kantor?"

Aku bisa melihat Doni terkesiap. Ia pun turut tergagu.

"Kenapa, Doni?" Aku menuntut jawabannya.

Dia berusaha meraih tanganku lagi. Takkan kubiarkan kamu menyentuhku, Don! Tidak akan!

"They think whatever things we had has ended. Ada rumor yang beredar di kantor, kalau kamu resign karena putus dengan aku."

Giliran aku yang terkesiap. Rumor apaan itu? Terbukti sudah keberuntungan yang buruk selalu berpihak padaku. Parahnya lagi, Doni tidak melakukan apapun untuk menyangkal itu. Bahkan, memanfaatkannya sebagai kesempatan untuk berselinvkuh dariku.

Aku bangkit. Lalu, aku membuka pintu masuk lebar-lebar. Aku mempersilakan Doni untuk keluar. Keluar dari rumahku serta dari hidupku. Dengan enggan, laki-laki itu melangkahkan kakinya keluar. Seiring dengan mobilnya meninggalkan pekarangan rumahku, aku meluruh ke lantai. Tangisku menggema keseluruh ruangan.

Kenapa berpisah dengan kesialanku yang satu ini terasa begitu berat?

—bersambung...

UnKnown - DWC 2020Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang