Cermin

337 32 0
                                    

"Di dalam cermin." Mama berteriak dari dapur ketika aku menanyakan keberadaan kalimg etnik miliknya. Yang dimaksud mama tidak lah secara literal di dalam cermin, melainkan di dalam kompartemen yang berada di balik cermin.

Aku menemukan kalung etnik yang kumaksud, tetapi memilih menatap koleksi pernak-pernik milik Mama memastikan bahwa kalung ini yg paling cocok dengan tampilanku. Aku pun yakin.

Kembali kuperhatikan bayanganku di cermin. Rok span rajut, blus sifon hitam dengan detil lengan terompet. Penampilanku santai tapi tetap elegan. Terakhir, kupoleskan lipstik merah maroon, seketika penampilanku berubah menjadi lebih sexy. Namun, bersamaan dengan lipstik yang kututup, ponselku berdenting.

From: Mas-mas nyebelin❤️
Aku lembur.

Mendadak aku lemas. Dua kata, tapi aku tahu itu adalah dua kata yang menggagalkan (lagi) malam ini dan membuat semua dandananku ini berakhir sia-sia (lagi). Aku tahu, air mata sudah ingin meledak keluar dan aku tidak lagi mau menahannya.

Aku terisak.

Sudua puluhan janji dia batalkan. Sudah puluhan malam juga kami tidak bertemu. Berkomunikasi pun sangat minim. Terkadang aku bertanya pada diriku sendiri: ada apa?
Mengapa?
Dan yang terakhir: apakah ini akhirnya?

Apa iya?

—-bersambung.

UnKnown - DWC 2020Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang