Sebuah mobil sudah menungguku di depan pintu utama kafe. Aku masuk dan menemukan Doni menatapku sendu. Buat apa? Dia yang menyakitiku 'kan? Itu pilihannya. "Dia enggak ngapa-ngapain kamu 'kan?" tanyanya.
Aku menyunggingkan bibir. "Menurut kamu?" Posisiku tidak salah. Adanya aku yang harusnya memberikan efek jera padanya.
"Ndin, apa yang harus aku lakukan biar kamu maafin aku?"
"Pergi." Singkat padat dan jelas. Mungkin aku tidak pernah menjadikan perpisahan sebagai opsi karena itu bukan lah pilihan. Kini aku sadar, perpisahan adalah sebuah keharusan.
"Ndin, aku enggak mau."
Aku terkekeh kecil. "Kamu sudah pergi sejak kamu melakukan pengkhianatan itu, Don."
Aku mencopot cincin pemberian Doni. Dia membawa cincin ini saat kamu berdua melorot lemas di lantai teras rumahku. Cincin yang harusnya dia berikan tiga bulan lagi, saat pertunangan kami terselenggara. Cincin yang sengaja kuminta tadi saat Doni menjemputku untuk memenuhi permintaan paksa perempuan jahanam itu. "Terima kasih ya sudah dipinjamkan," kataku. Aku menyodorkan emas berhias berlian tersebut ke depan wajahnya.
Doni menghentikan mobil sepenuhnya. Dia parkir di depan sembarang pertokoan. "Ndin, enggak, Ndin. Enggak. Kamu enggak boleh pergi."
"Aku harus, Don. Maaf, aku enggak bisa lagi sama kamu. Kamu mengelabuiku. Kamu menyembunyikan semuanya. Kamu mengkhianatiku. Satu-satunya yang diharapkan untuk sebuah hubungan yang bertahan selamanya cuma komitmen, Don. Kamu sudah tidak punya komitmen lagi."
Dia menghantukkan kepalanya ke setir. Bunyi gedebuk membuatku meringis. Hanya saja masih lebih sakit hatiku, Don. "Kita selesai, Don. Aku tidak pernah tahun akhirnya akan seperti ini. Aku tidak pernah tahu kisah kita dituliskan semenyakitkan ini. Cuma aku tahu, ceritaku sudah berada di lembar paling akhir. Terima kasih, Don."
Doni hanya membuang napas kasar. Berkali-kali. Dia melirikku yang tegar di luar tetapi hancur di dalam. Dari rautnya aku tahu, dia telah menyerah. Pelan tapi pasti, Doni kembali menjalankan mobilnya. Dia mengantarku pulang untuk yang terakhir kalinya.
—END—
Satu lagi cerita tanpa plot yang kubuat karena waktu itu ikut 30 DAYS WRITING CHALLENGE NPC. Ga nyangka ada yang baca makanya akhirnya kuputuskan untuk menulisnya sampai tamat ahaahah. Aku sendiri enggak tahu looohhhh cerita ini bakalan dibawa kemana awalnya. Nama2 tokohnya aja kupikirkan saat nulis. Ahahhahaha. Enjoyyyy.
Sampai jumpa di lapak lainnya❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
UnKnown - DWC 2020
Diversos[COMPLETED]Sebuah ketidaktahuan tentang ketidakpastian. Participant of npc2301's DWC2020 Cover ciamik by @alizarinlake