Myosotis Sylvatica

193 20 0
                                    

Aku terbangun dari tidurku. Aku sedikit bingung mengenali sekitar. Rasanya, tadi aku masih menangis histeris di pintu rumahku. Kenapa sekarang ada di kamar yang asing? Aku mengangkat tanganku untuk mengusap wajahku dan aku menyadari ada selang yang terpasag di sana.

Ini rumah sakit, batinku.

Aku mendengar derap langkah. Mama menghampiriku dengan senyum lesu. "Sudah merasa baikan?"

Aku mengangguk saja. Walaupun, aku tidak ingat pernah merasa keadaanku buruk.

"Asma kamu kumat, sampai pingsan. Kebanyakan nangis sih." Mama meledekku. Oh, itu penyebabnya.

Pintu terbuka. Dua orang suster masuk sambil menyapaku. "Pergantian shift ya, Bu," kata salah satunya. Suster yang lainnya memperkenalkan namanya, Asti, sambil menerima pengarahan dari si suster shift malam. Aku tidak terlalu mendengarkan, karena mataku sudah ingin terpejam lagi. Efek obat-obatan asma memang biasanya menyebabkan kantuk.

Krek.

Pintu terbuka lagi. Itu yang mengurungkan niatku untuk tidur. Kulihat Papa mendekat dengan sebuket bunga. Bisa kulihat ada bunga anyelir merah, aster, matahari dan peony. Aku tersenyum. Bunga-bunga itu membawa pesan: cepat sembuh.

"For you," kata Papa.

"Terima kasih," jawabku masih parau.

Aku menyerahkan buket tadi kepada Mama untuk di pajang. "Kenapa harus ke rumah sakit, sih?" tanyaku.

"Kamu hampir henti napas," jawab Papa. Singkat, padat dan ada nada amarah di sana.

"Enggak usah lagi...." Omongan papa terputus dengan adanya petugas yang masuk. "Ada kiriman untuk Ibu Andin," katanya.

Petugas tersebut menyerahkan sebuket bunga kepadaku. Kali ini, buket tersebut didominasi satu jenis bunga. Bunga yang tidak terlalu lazim di Indonesia.

Myosotis Sylvatica atau Forget-me-not.

Aku hanya bisa membeku menyadari pesan yang disampaikan dari bunga ini. Bunga ini membawa pesan agat si penerima tidak melupakan sang pemberi bunga. Bunga ini menyimbolkan kenangan abadi dan kesetian cinta.

Tanpa membaca kartunya, aku sudah tahu siapa yang mengirimkan bunga ini. Hanya ada satu orang yang selalu setia mendengarkan obsesiku dengan kemurnian arti dari bunga ini. Orang yang sama juga malah mengkhianatiku.

Tapi tunggu, dari mana dia tahu aku ada di rumah sakit? Bahkan, diriku sendiri saja baru menyadari keberadaanku 10 menit yang lalu. Aku melirik mama. Mama menunduk salah tingkah sementara papa menggeram.

Aku? Aku hanya bisa meremas buket ini kuat-kuat, mengalirkan rasa sakit yang tiba-tiba saja kembali menghujam jantungku.

UnKnown - DWC 2020Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang