Part 2: Nama Yang Sama?

42 9 0
                                    

“Aku berdiri sendiri dalam perjalan menuju takdir. Namun, aku ingin tau, berapa lama itu akan sampai?"
***

“Ntar malam jadikan Ra?” Tanya Ghea pada sahabatnya sambil berjalan menuju parkiran sekolahnya.

“duh liat nanti deh ya, gue lupa soalnya gue ada janji mau temenin mama ke acara temannya”

“yah kok gitu sih Ra, kan lo janji mau ceritain”

“iya Ge. Gue janji bakal certain semuanya sama lo. Besok deh ya. Gue bener-bener lupa kalo ada janji sama nyokap”

“yaudah deh” pasrah Ghea.

“oke kalau gitu gue duluan ya Ge. See you sobat” ucap Azra  sambil mencolek pipi Ghea.

Ghea berdecak sebal. Kemudian dia melanjutkan langkahnya menuju mobilnya. Ghea membuka pintu mobilnya, namun suara seseorang menghentikannya.

“ehhm…” 

Ghea membalikkan badannya. Enggan menjawab, Ghea hanya menatap orang itu dengan raut bingung.

“bener lo dapat surat tadi pagi?” Tanya Valef dingin.

“tau dari mana lo?”

Valef menyodorkan tangannya seakan meminta sesuatu. Tak mengerti maksud dari perbuatan Valef, Ghea hanya menautkan alisnya bingung.

“surat itu punya gue”

“hah? Apa buktinya?” Tanya Ghea.

Valef hanya diam. Dia tidak punya bukti. Tapi dia yakin, surat itu untuk dirinya. Walaupun dia tidak tau apa isi surat tersebut.

“kok diam? Bukan punya lo kan? Jadi jangan ngaku-ngaku deh lo”

“itu untuk gue” ucap Valef.

“untuk lo? Emang lo tau pengirim nya siapa?”

“berikan suratnya ke gue”

“kalau gue gak mau gimana?” tantang Ghea.

“gue cium lo”

“apa lo bilang? Jangan macam-macam ya lo. Lo pikir gue cewek apaan hah? Jangan kurang ajar deh jadi cowok. Baru juga sekolah disini, mau gue laporin lo ke kepsek. Biar lo dikeluarin?”

Valef tersenyum mendengar omelan Ghea. “lo cerewet tau gak?” ucap Valef.

“biarin. Apa masalanya untuk lo? Toh gue gak ngerugiin lo kalau gue cerewet. Emang lo…”

“surat itu bukan untuk lo. Surat itu untuk gue. Jadi berikan suratnya sekarang Anathasya Ghea Hynka” ucap Valef tegas dan menatap Ghea tajam.

Ghea menelan savilanya dengan kasar. Takut dengan tatapan Valef, Ghea memberikan surat bewarna biru itu. Valef menerima surat itu dan langsung membaca surat tersebut. Matanya memerah, otot-otot rahangnya mengeras, terlihat dia sangat marah setelah membaca surat tersebut. Dia menarik nafasnya kasar untuk menetralkan emosinya. Dia menatap Ghea yang menundukkan kepalanya.

“Ghea” panggilnya. Ghea mengangkat kepalanya dan menatap manik mata Valef yang bewarna hitam pekat. Tatapannya terkunci. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Apa ini??

“semuanya gak akan terulang” ucap Valef yang masih menatap Ghea yang juga menatapnya. Kemudian Valef tersenyum sambil mengacak rambut Ghea dan kemudian berlalu meninggalkan Ghea yang masih mematung ditempat.

Maksudnya? Batin Ghea.

***

Ghea memasuki rumahnya dengan tubuh yang lelah. Tapi kelelahan itu langsung hilang saat sang mama menyambutnya dengan senyuman manis yang slalu terpancar diwajahnya.

Siapa Aku? (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang