Part 7: One Fine Day

26 9 6
                                    

"Aku bahagia. Tapi aku takut. Bahagia yang kumiliki akan meninggalkan luka lebih dalam lagi buat kamu yang selalu aku tunggu"
***

Ghea memasuki rumahnya dengan langkah pelan. Ia takut dimarahi mamanya. Pasalnya dia belum pulang sejak jam sekolah berakhir. Namun sialnya, mamanya sudah berdiri diujung tangga menuju kamarnya. Mampus!

"Ghea kamu kemana aja nak?" tanya sang mama khawatir sambil memeluk Ghea. "Mama takut kamu pergi" lirihnya.

Ghea melepas pelukan mamanya. "Ghea gak pergi ma" ucapnya dengan senyuman meyakinkan mamanya. Ghea pikir, mamanya akan marah.

"Sarapan yang mama buatin tadi pagi kenapa gak dimakan?"

"Tadi pagi Ghea kesiangan. Makanya gak sempat sarapan"

Eva mama Ghea membelai anak rambut Ghea yang terjatuh di bagian wajahnya. Dia mengusap lembut pipi anak gadisnya itu. Sedangkan Ghea hanya diam dengan senyuman manisnya.

"Putri saya tidak pernah pulang terlambat!" ucap papanya yang berdiri dibelakang Ghea.

Ghea segera membalikkan badannya menghadap sang papa. "Papa" gumamnya.

"Jangan terlalu berharap untuk hidupmu. Kamu hanya pe..."

"Paa!! Kamu udah keterlaluan!" potong Eva sedikit berteriak pada suaminya.

"Kamu yang keterlaluan ma. Dia bukan pu..."

"Papaa!!" teriak Eva dengan air mata yang sudah mengalir dipipinya.

"Puas kamu!" ucap papanya kepada Ghea dan pergi menuju kamarnya.

"Ma" panggil Ghea pelan.

Mamanya langsung memeluk Ghea dengan erat. "Jangan dipikirin perkataan papa kamu" bisiknya pelan. Ghea menganggukan kepalanya dalam dekapan sang mama.

Mama melepaskan pelukannya. "Sekarang kamu tidur. Istirahat" perintah Eva. Ghea kembali menganggukkan kepalanya kemudian mulai menaiki anak tangga menuju lantai dua dimana kamarnya berada.

Ghea membuka pintu kamarnya dan memasuki kamar bernuansa putih biru itu. Kali ini ghea mengunci pintu kamarnya. Mungkin ini untuk pertama kalinya Ghea mengunci kamar itu. Ghea berjalan menuju meja rias. Dia duduk dengan menatap wajahnya sendu. Air matapun mengalir dipipinya. Sakit. Sangat sakit. Itulah yang Ghea rasakan saat ini. Kenyataan seperti apa ini tuhan?

***

Setelah membersihkan badannya, saat ini Ghea duduk dimeja belajarnya. Bukan untuk belajar. Melainkan membaca ulang tujuh belas daftar perintah yang harus dia lakukan. Atau bisa disebut bentuk-bentuk tugas dalam misinya. Ghea melirik jam dinding di kamarnya. Dia sedikit kaget. Sudah pukul 1 dini hari. Apa dia terlalu lama?

Drrttt

Ghea melirik ponselnya yang berada diatas kasur. Notif pesan WhatsApp. Siapa yang mengirimnya pesan jam segini?

Drrtt

Tidak terlalu penasaran, Ghea membereskan meja belajarnya. Setelah itu dia menuju kasur untuk istirahat. Dia mengambil ponselnya dan membuka pesan itu.

+628136678****

Ghea!
Udah tidur belum?

Ghea terlihat bingung. Siapa yang mengirim pesan kepadanya tengah malam begini? Dan, dari siapa orang ini dapat nomor Ghea?

Siapa?

Dengan cepat pesan Ghea telah di readnya. Orang ini nungguin? Batinnya.

Siapa Aku? (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang