Part 13: Apa Gue Egois?

15 7 0
                                    

“Aku kadang harus menatap lama diriku dicermin. Hanya untuk memastikan bahwa aku benar-benar masih hidup"
***

Ghea memasuki rumahnya dengan langkah yang lemah. Akhirnya hari ini datang. Hari yang ditunggu Ghea. Hari dimana semua orang akan tau siapa dirinya. Tapi, apa harus secepat ini. Jujur, Ghea belum siap. Ini terlalu menyakitkan. Ghea tidak ingin Valef tau secepat ini. Apa dia egois?

"Sayang, kamu udah pulang" tanya Eva menyambut kedatangan Ghea.

Ghea tersenyum kepada Eva. Jelas itu senyuman dipaksakan. Dia memeluk mamanya. Lebih tepatnya, mama angkatnya. Tapi Ghea telah menganggap Eva sebagai mama kandungnya. Ghea menyayangi Eva lebih dari dirinya sendiri.

"Kamu kenapa?" tanya Eva membalas pelukan dari Ghea.

"Valef udah tau semuanya ma" lirih Ghea.

Eva melepaskan pelukan Ghea. Dia menatap Ghea dengan sedikit terkejut. "Kamu gak pa pa?" tanya Eva.

Ghea menggeleng sambil tersenyum. "Gak pa pa kok. Lagian tujuan Ghea bukan Valef"

Eva tersenyum. Dia mengusap pipi Ghea dengan lembut. "Mama harap, kamu kuat" ucap Eva. Ghea mengangguk. "Yaudah, sekarang kamu ganti baju habis itu makan. Mama masakin yang enak buat kamu"

"Iya" ucap Ghea patuh dan tidak lupa dengan senyumannya. Kemudian dia melangkah menaiki anak tangga menuju kamarnya.

Ghea memasuki kamarnya dan langsung menutup pintu kamar tersebut. Dia berjalan menuju meja rias. Dia menatap lama dirinya sendiri pada pantulan cermin. Dia memastikan, apakah dia benar-benar masih hidup? Apa dia benar-benar masih punya harapan? Ghea mencari jawaban itu pada dirinya. Tapi Ghea tidak menemukannya. Dia mengusap air mata yang jatuh dipipinya. "Apa gue egois, karna hanya ingin hidup?" batinnya.

***

Sore ini Azra membantu mamanya memasak. Dia memotong wortel dan beberapa sayuran lainnya. "Bik inem sakit apa ma?" tanya Azra.

"Bukan bik inem yang sakit. Tapi anaknya" jelas sang mama.

Sedangkan Azra hanya ber oh ria. Dalam pikirannya saat ini adalah sayang orang tua itu gak ada batasnya. Azra jadi teringat cerita Ghea beberapa hari yang lalu. Tentang cerita hidupnya.

Flash back on

Ghea mengajak Azra duduk di sebuah taman. Dia akan menceritakan kebenarannya kepada Azra.

"Gue harus mulai dari mana nih?" tanya Ghea menatap Azra yang duduk disampingnya.

"Nama asli lo" tanya Azra. Ya, Azra paham maksud Ghea. Menceritakan tentang diri kita ke orang lain itu sulit. Jadi Azra membantu Ghea dengan mengajukan pertanyaan. Karna nantinya, cerita itu akan mengalir dengan sendirinya.

"Gue gak pernah ngubah nama" jawab Ghea.

"Jadi maksud lo, nama lo benaran Anathasya Ghea Hynka?"

"Iya. Gue dipanggil Ana sejak kecil. Gue gak punya orang tua. Gue tinggal di panti asuhan. Gue juga gak punya teman di panti maupun disekolah. Gue bukan gak bisa berteman, hanya saja gue gak mau. Gue benar-benar menutup diri gue dari orang lain. Sampai ada yang bilang gue terlalu sombong"

"Hidup gue rumit Ra. Gue bahkan gak pernah tau orang tua gue. Teman-teman sekolah gue bilang, gue anak haram. Katanya gue gak pantas ada didunia ini. Padahal gue gak pernah iri dengan mereka. Gue hanya ingin hidup. Gak lebih. Tapi mereka menginginkan gue mati. Gue gak tau, salah gue apa. Kadang gue mikir, apa suatu kesalahan gue ada di dunia ini?"

Siapa Aku? (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang