Part 3: Note Biru

39 9 0
                                    

“Orang gila memiliki logika sendiri. Dan bahkan dunia yang gila memiliki aturan"
***

“pagi ma” sapa Ghea saat menuruni anak tangga dan langsung duduk di meja makan.

“pagi sayang. Mau makan apa nih?” Tanya mama sambil mendorong kursi untuk anak sematawayang nya itu. Ghea duduk dan memberikan senyuman manisnya pada sang mama.

“roti aja ma”

Eva mamanya Ghea mengambilkan dua lembar roti yang dibaluri selai coklat diatasnya dan meletakkannya pada piring yang terletak didepan Ghea. Dia juga meletakkan segelas susu coklat panas disampingnya.

“Ge, kamu jangan sering minum kopi yah” ujar mamanya kemudian yang duduk berhadapan dengan Ghea.

Ghea menatap mamanya seakan bertanya dari mana mamanya itu tau.

“tadi pagi mama liat gelas dengan sisa kopi diatas meja belajar kamu” jawab mamanya.

“itu kopi susu kok ma. Bukan kopi doang” jawab Ghea santai kemudian menggigit rotinya.

“iya mama tau. Tapi itu juga kopi sayang. kamu harus jaga kesehatan kamu. Mama gak mau kehil…”

“ma” Ucap Ghea tegas. “Ghea udah sembuh kok. Apapun yang terjadi, Ghea janji gak bakalan ninggalin mama” sambungnya.

Eva menatap anaknya dengan tatapan sendu. Kemudian dia mengusap pipi Ghea dengan lembut dan penuh kasih sayang. Ghea mengambil tangan itu kemudian mengecupnya. Mereka saling menatap kemudian saling tersenyum satu sama lain.

“ma, papa berangkat dulu ya” ucap Danu papanya Ghea yang baru muncul dari arah kamarnya.

“papa gak sarapan dulu?” Tanya Ghea.

“gak” jawab Danu dingin kemudian langsung pergi dari hadapan mereka. Eva yang melihat itu segera menghampiri suaminya.

“pa, sarapan dulu. Lagian ini masih pagi. Kasih Ghea kesempatan pa. mama mohon” pinta Eva yang berdiri diambang pintu rumahnya. Sedangkan Danu yang sudah berada di teras rumah menghentikan langkahnya, kemudian menatap istrinya lekat.

“papa sarapan di kantor” ucapnya kemudian berlalu memasuki mobilnya dan segera pergi meninggalkan rumahnya.

Eva menghembuskan nafasnya pasrah menatap kepergian suaminya. "sampai kapan kamu mau maafin Ghea pa” batin Eva.

***

“menurut gue ide Diwa bagus juga Val”

“menurut gue gak” jawab Valef dingin sambil fokus memainkan ponselnya.

Altarauf Zaky. Atau lebih sering dipanggil Zaky oleh teman-temannya. Dia adalah orang yang sangat mengenal Valef. Bagaimana tidak? Mereka temanan sejak kecil dan tinggal bersebelahan.

Zaky menatap lekat-lekat orang yang sedang duduk sambil sibuk memainkan ponsel. Memperhatikan setiap gerak gerik orang tersebut. Merasa di perhatikan seperti itu, Valef mendongak menatap balik Zaky yang memang duduk diatas mejanya. Valef menaikkan satu alisnya.

“gue perhatiin, semenjak lo balik dari Belanda, sekarang lo beneran mirip orang Belanda deh Val” ujar Zaky yang memang itu ada dipikirannya.

Valef hanya berdecak kesal mendengar ucapan dari Zaky. Kemudian dia melanjutkan memainkan ponselnya.

“Val, di Belanda dingin banget ya?”

Valef menatap Zaky dan menaikkan satu alisnya lagi, seakan bertanya maksud dari perkataan Zaky.

Siapa Aku? (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang