Aku merasakan dekapan cowok itu semakin erat. Tubuhku yang sudah terkunci rasanya tidak mungkin bisa lepas dari pelukan pria ini. Perlahan ku rasakan bagian bawahku mengeras. Sensasinya benar-benar merangsang saat berpelukan dengan cowok gagah seperti ini. Begitu juga dengan miliknya, aku bisa merasakan miliknya menegang. Benda itu bertemu dengan punyaku walau terhalang celana.
Entah dengan sihir apa, tiba-tiba celanaku sudah meluncur menuruni kakiku melewati lutut. Kini bagian bawahku sudah terekspos dan terpampanglah kejantananku yang sudah tegang sedari tadi.
Sejurus kemudian, bagian bawah cowok itu juga ikut terlepas. Kini dua benda keras itu sudah saling beradu dan sama-sama saling memberikan kenikmatan.
"Aaahh!"
Desahanku lolos begitu saja.
Dia menggesekkan kejantanannya pada kejantananku. Tak lama kemudian, dengan cepat baju kami sudah tertanggal. Sekarang tubuh kami bisa saling bertemu tanpa penghalang sedikitpun.
"Aku masukin kamu yah."
Aku hanya mengangguk di sela pelukan kami. Setelah itu, tubuhku diputar seratus delapan puluh derajat, sehingga posisi pantatku tepat menyentuh pusaka cowok itu.
Aku bisa merasakan dia meremas area belakangku. Ini nikmat.
"Siap?"
"Pelan-pelan."
Aku memejamkan mata. Jantungku sudah berdetak tak karuan. Sebentar lagi aku akan melepaskan keperjakaanku.
Namun sesuatu yang aneh terjadi. Cowok itu tak kunjung memasukiku. Padahal aku sudah bersiap-siap.
Aku menengok ke belakang. Betapa terkejutnya aku saat cowok gagah itu tiba-tiba berubah menjadi wanita paruh baya yang mengenakan pakaian guru. Dia memegang buku dan sebuah pena.
"Bagus yah. Jam pelajaran malah tidur."
Aku langsung terlonjat. Aku melihat sekelilingku ternyata tidak ada guru itu di dekatku. Wanita itu hanya sedang duduk di depan sambil mengoreksi pekerjaan rumah kami.
Aku melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kiriku. Pukul delapan kurang tiga menit. Aku lega karena aku tidak sampai klimaks tadi. Bisa berabe kalau aku sampai ngecrot di kelas.
Aku membenarkan posisi adikku yang sedang mengeras, lantas memundurkan kursi dan berjalan menuju meja guru.
"Bu, izin ke WC."
Bu Yuni yang sedang mengecek tugas kami mendongak. Ia lantas mengangguk. "Ya."
Aku keluar kelas sendirian. Niatnya mau melemaskan si dedek, namun saat tiba di WC, kejantananku sudah tidak terlalu keras. Akhirnya ku putuskan untuk ke kantin saja.
Dalam perjalanan, lama kelamaan aku mulai merasa tidak nyaman berada dalam situasi seperti ini. Berjalan di depan kelas sendirian dan menjadi perhatian murid yang berada di dalam, rasanya aku sudah seperti orang hilang.
Aku memutuskan untuk mempercepat langkahku. Setidaknya di kantin aku tidak menjadi perhatian seperti ini.
Sesampainya di kantin, aku memesan satu porsi mi goreng dan sepiring nasi. Tepat seperti dugaanku, suasana kantin tampak sepi. Hanya ada aku dan para pedagang yang berjualan di kantin SMK. Siswa lain yang biasanya mangkir di jam pelajaran seperti ini juga tidak terlihat. Sekarang aku benar-benar seperti orang hilang. Tapi tak apa. Setidaknya aku tidak menjadi perhatian. Aku tidak suka saat orang-orang menjadikanku fokus mereka. Kalau sedang dalam situasi seperti itu, biasanya aku akan mencari teman agar perhatian mereka terpecah dengan keberadaan temanku itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lingkup
Teen FictionTAMAT | PART LENGKAP Rifki tak sengaja bertemu dengan seorang gay di Facebook. Tanpa Ia duga, orang itu adalah teman sekelasnya yang ternyata sudah lama menyukai Rifki. Di sisi lain, takdir juga mempertemukan Rifki dengan seorang laki-laki tampan y...