Sekitar jam sebelas siang, Iqbal dan Adit pamitan pulang. Ada teman Iqbal yang mencarinya, sehingga mau tak mau cowok itu harus pergi. Aku tak masalah kalau Iqbal pulang. Yang jadi masalah, Iqbal juga mengajak Adit pulang. Ralat, bukan mengajak. Lebih tepatnya memaksa! Katanya, dia nggak mau Adit berduaan denganku. Ngeselin banget nggak tuh? Aku sempat dongkol bukan main dengan Iqbal. Andai aku bukan orang baik, sudah ku tempeleng cowok itu.
Aku mengantar Iqbal dan Adit sampai depan rumah. Setelah mereka berdua pergi, aku kembali duduk di sofa ruang tamu. Mendadak aku merasa sepi setelah dua orang itu pergi. Mungkin lebih tepatnya ketika Adit pergi. Seperti ada sesuatu yang tidak lengkap.
Aku memutuskan untuk membuka HP. Senyumku terukir seketika saat ku lihat ada pesan WhatsApp dari Adit yang belum terbaca.
Kak Adit
Gimana jalan-jalannya?
Seneng kan?Seneng kak.
Sorry, baru balas.
Centang satu.Aku menepuk jidat ketika ingat kalau Adit baru saja pulang. Pasti dia lagi di jalan. Kenapa aku bisa sepintar ini?!
Aku memutuskan untuk mematikan data seluler. Kalau menunggu balasan dari Adit, mungkin akan lama. Lelaki itu bilang mau mampir bengkel dulu. Jadi, ku putuskan untuk tidur saja. Mumpung nggak ada tugas dan ibu sedang tidak di rumah, jadi ku puas-puasin molor tanpa gangguan di hari minggu ini.
***
Malam ini cuacanya lumayan bersahabat, tidak seperti malam minggu kemarin. Hanya saja, hawanya lumayan gerah sehingga aku harus membuka baju agar hawa panas tubuhku bisa keluar.
Saat ini aku sedang berbalas chat dengan Iqbal. Tidak penting sebenarnya. Hanya tanya sudah makan apa belum, sudah ngantuk belum, ada tugas nggak, dan obrolan unfaedah lainnya. Aku hanya membalas Iqbal seadanya. Biarkan saja lah. Biar Iqbal pusing mancari bahan pembicaraan.
Satu notifikasi dari Adit tiba-tiba masuk. Ini nih yang aku tunggu-tunggu. Dengan kekuatan sinyal 5G plus plus, aku membalas pesan Adit.
Kak Adit
Nggapapa kok, Rif.Hehe, iya.
Lagi apa, Kak?Lagi tiduran.
Sama siapa?
Guling
Sama siapa lagi?
Bantal
Terus?
Lo lagi gabut yah?
Tau aja. Wkwk
Saat tengah senyum-senyum karena tebakan Adit tepat, aku dikejutkan oleh panggilan video dari lelaki itu. Tanpa membuang waktu, aku langsung menerima panggilannya.
Bisa ku lihat wajah tampan Adit dari layar HP. Rahang tegasnya, alis tebalnya, matanya, hidungnya, semua tampak begitu indah. Bagaimana mungkin aku nggak terpikat sama cowok model begitu? Idaman banget pokoknya. Namun setelah ku perhatikan lagi, wajah Adit seperti menampilkan ekspresi terkejut.
"Kak?"
Adit bergeming. Lelaki itu masih diam.
"Kak Adit?"
Lelaki itu menggelengkan kepala cepat. Adit lagi ngapain sih?
"Lo kenapa?" tanyaku.
"Nggapapa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lingkup
Teen FictionTAMAT | PART LENGKAP Rifki tak sengaja bertemu dengan seorang gay di Facebook. Tanpa Ia duga, orang itu adalah teman sekelasnya yang ternyata sudah lama menyukai Rifki. Di sisi lain, takdir juga mempertemukan Rifki dengan seorang laki-laki tampan y...