Rio menatap langit-langit rumahnya selama di Jepang. Kegiatan hari ini terasa menyenangkan. Yah, shodo tadi awalnya memang sulit sekali. Setelah belajar, Rio sedikit banyak bisa melakukannya. Begitupula sado tadi. Rasanya Rio menemukan kedamaian dan kehangatan di waktu bersamaan. Rangkuman pengalaman yang spektakuler untuk mengakhiri satu bulannya di Jepang.
Satu pertanyaan yang Rio gumamkan:
Apa ini karena Alyssa, ya?
🌻🌻🌻
Rio merentangkan kedua tangannya ke udara. Kelopak matanya berulang kali mengerjap untuk menyesuaikan cahaya yang tertangkap retinanya. Rio mendudukkan diri, kemudian membuka penutup jendelanya.
Hari baru tiba! Mata Rio membuka wallpaper handphone-nya.
Tertanda di sana, kalendernya memasuki awal bulan Juli.Setelah itu, tangan Rio mengusap layar sentuh itu dan mengetikkan beberapa digit angka sandi. Rupanya, ada pesan-pesan yang belum sempat ia baca malam kemarin. Adapula pesan dan panggilan yang baru ia terima pagi ini. Akira berusaha menghubunginya beberapa menit sebelum ia bangun pagi.
Acara puncak Festival Perahu? Ia tidak begitu paham. Mungkin akan Rio tanyakan secara langsung pada Akira.
"Halo, Ki?"
Nada sambung di sana berubah menjadi suara yang kental dengan aksen Jepang, "Yo! Sudah baca pesanku?"
Rio duduk di kasur pendeknya, "sudah. Tapi aku gak begitu paham. Festival Perahu itu yang gimana?"
Akira menghela napasnya, "jadi, kemarin itu sebenarnya sudah dibuka dengan beberapa doa di kuil. Kebanyakan dihadiri oleh warga setempat. Nah, hari ini acara puncaknya mulai pukul sebelas nanti. 'Tenjin Matsuri' diadakan sekali setahun, loh. Sayang sekali kalau dilewatkan."
Rio menganggukkan kepalanya. Ah, rupanya sebuah festival budaya Jepang.
"Oh, seperti itu. Boleh juga. Acaranya ada apa aja?"
Di seberang teleponnya, Akira tampak bersemangat.
"Pokoknya seru, deh. Ikut, ya? Nanti ada arak-arakkan, parade, beberapa stand hiburan khas Festival Air dan Cahaya ini. Untuk pakaian seharusnya pakai yukata, tapi sepertinya tidak masalah kalau untuk pendatang mengenakan pakaian sopan yang lain."Kasihan juga Akira jika harus pergi ke sana sendiri. Bukankah festival akan lebih mengasikkan bersama dengan teman-teman?
"Aku akan pakai kemeja musim panas paling sopan yang aku bawa. Mungkin aku bisa beli yukata di sana untuk keperluan lain nantinya."
Akira meninjukan kepalan tangannya ke udara, "kamu datang? Bagus! Ajak Alyssa juga, ya!"
"Kenapa harus Alyssa? Dan kenapa juga harus aku? Kamu 'kan bisa." Rio sedikit sangsi jika harus menyapa untuk mengajaknya. Selain karena baru kenal, sepertinya Alyssa sedikit tidak nyaman kala berbicara berdua dengannya.
"Kenapa? Ya, gak apalah. Kamu tetangganya. Lagipula kita semua teman, 'kan? Biar seru! Kalau kenapa kamu jelas karena kamu sedang dekat."
Enak sekali memang Akira menjawab demikian. Yah, Rio tak bisa mengelak lagi. Akira juga pasti akan terus memaksanya.
"Nanti aku usahakan coba ajak walau aku gak janji bakal berhasil."
Lagi-lagi Akira menjerit kegirangan.
"Yes! Thank you! Ya udah, nanti jam 10.45 kita udah kumpul di jalan Midosuji. Soalnya kalau telat susah, bakalan ramai! Alamat dan tempat ketemuan pastinya aku kirim pesan aja. Jangan lupa Alyssa-nya, ya! See ya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghost in Summer | ✔
FanfictionHighest rank #1 jlit (22/10/2021) #1 icl (25/04/2022) #1 idolacilik (24/09/2021) #1 rify (24/01/2022) #2 summer (15/10/2021) #2 relation (19/08/2021) #3 rfm (22/01/2022) #5 budaya (22/01/2022) #6 wattpadromanceid (25/04/2022) #14 ify (29/01/2022) #1...