/9/ Bunga di Sudut Meja

410 204 358
                                    

"Aku tidak pernah bisa mengungkapkan perasaanku," gumam Alyssa pelan pada dirinya sendiri.

Tatapan dan bisikan Alyssa menyadarkan Rio. Ponselnya ia kembalikan ke saku celananya.

"Kenapa? Apa sakitnya bertambah? Kurasa kita perlu ke rumah sakit."

Alyssa menundukkan kepalanya, "tidak, tidak perlu. Aku hanya perlu pulang."

Ah, bahkan sekali saja Alyssa tidak akan bisa.

Baik Alyssa maupun Rio memilih saling bungkam. Dalam hati, mereka hanya berdoa agar kereta ini melaju cepat ke tempat tujuan.

Tidak ada yang bisa meragukan ketepatan waktu di negara Jepang. Rio bersyukur akan hal itu. Tepat seperti perkiraan waktu, kereta tumpangan mereka sampai di stasiun terakhir tiga puluh menit setelahnya. Rio melangkahkan kaki ke pintu otomatis kereta.

Suara sepatu Rio berhenti ketika menginjak lantai stasiun. Ia memeriksa keadaan Alyssa. Diletakkannya punggung tangannya di dahi Alyssa.

Permukaannya dingin, disertai dengan peluh yang tercetak jelas di wajahnya. Sepertinya Alyssa masuk angin atau meriang.

Rio mempercepat langkahnya ke gedung tempat mereka tinggal.

"Kuncinya mana, Al?"

Alyssa membuka resleting tas kecilnya, dengan lemas memberi Rio kunci yang dimaksud.

"Permisi."

Masih dengan satu lingkaran di pinggang Alyssa, Rio memasuki kamar Alyssa. Ia dengan hati-hati membaringkan Alyssa di futon –kasur Jepang yang pendek dan diletakkan di lantai. Dirinya keluar dari ruang kamar Alyssa. Ia memutuskan memberikan air hangat untuk menenangkan Alyssa.

Ketika sampai di sana, Rio tersenyum. Alyssa sudah tidur sebelum ia sampai. Rio pun tidak tega mengganggu tidur nyenyak itu. Bila dipikir-pikir, wajah manis nan teduh Alyssa benar-benar seratus delapan puluh derajat dengan ketika dirinya sadar. Maklum, Rio terlanjur terbiasa dengan sikap Alyssa yang irit ekspresi.

Mungkin untuk sekarang Alyssa perlu istirahat lebih dari apapun.

Gelas berisi air hangat itu ia letakkan di nakas dekat futon tempat Alyssa berbaring. Sebelum beranjak dari sana, jari Rio perlahan menaikkan selimut Alyssa menutupi hampir seluruh tubuh gadis itu.

"Aku permisi pulang, ya, Al. Semoga besok kamu sudah lebih baik."

🌻🌻🌻

Pagi ini, Rio berangkat sendiri seperti biasanya. Yang tidak biasa adalah ia menjinjing sejenis surat keterangan sakit yang akan diberikan pada Senseinya. Tentu saja kalian sudah tahu milik siapa surat tersebut.

Alyssa beruntung, hari ini kegiatan yang akan dilaksanakan hanya belajar tentang unsur kebahasaan Jepang dan beberapa sejarah tentang Jepang. Tidak ada kegiatan praktik yang signifikan. Oleh karena itu, hari ini mereka akan pulang lebih siang. Di setiap sesi Rio pun tak lupa menyampaikan pesan lisan tentang absennya Alyssa.

Hari ini, Rio seperti menyadari perbedaan dalam dirinya. Selama hampir dua bulan menjalani Summer Camp bersama Alyssa, ia merasa sedikit kehilangan. Ya, bagaimanapun gadis itu meresponinya, Rio akui Alyssa merupakan teman dekat yang paling sering membantunya selain Akira.

Waktu seperti merangkak lambat hingga sore tiba. Rio menunduk sedikit untuk memasang sepatu kanannya.

"Ki!"

Ghost in Summer | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang