Alyssa tersenyum. Dirinya berusaha menggerakkan kepalanya ke samping, menyentuh permukaan pipi Rio dengan bibirnya yang dingin.
Enggan berhenti di sana, Alyssa menuntaskannya dengan sesuatu yang dalam sekejap meruntuhkan dunia Rio.
Hatinya berdesir, seakan diremas oleh kenyataan. Suara Alyssa memecahkan tangis yang sedari tadi Rio tahan. Tersedu, derai air matanya semakin menjadi. Sederet kata itu menyadarkan Rio. Kata-kata itu menjadi kali terakhir Rio mendengar suara Alyssa.
"Alyssa.."
"Rio, aku mencintaimu."
🌻🌻🌻
Bangun-bangun pagi ini, seorang pemuda tampak berdecak sendirian di ruangannya.
Dengan perjuangan, Rio menyandarkan tubuhnya ke dinding kamarnya. Semalam, ia benar-benar tidak bisa tidur. Akibatnya, ia hanya beristirahat dua jam dan kembali terbangun seperti sekarang.
Saat akan berdiri, ia mengacak rambutnya. Kepalanya terasa pusing. Kantung matanya menyembul tipis di bawah kelopak matanya. Mau bagaimana lagi? Lebih baik Rio sekarang mandi saja. Menenangkan dan menyegarkan diri. Urusan tidur sudah Rio putuskan. Ia akan tidur selama perjalanan pulang ke Indonesia.
Guyuran air itu sontak membuat otot-otot Rio merenggang. Titik demi titik air menetes dari ujung-ujung rambut hitamnya. Setidaknya, kini ia bisa benar-benar pulih untuk sementara waktu.
Siap dengan travel bag dan ransel andalannya, Rio mengunci tempat yang menjadi rumahnya selama tiga bulan belakangan.
Sebelum berangkat ke bandara, Rio rasa Rio perlu melakukan suatu hal yang cukup krusial.
Tangan itu menyentuh pintu di hadapannya, mengetuk permukaannya pelan.
"Permisi." Tidak ada suara apapun.
Rio membersihkan tenggorokan.
"Alyssa." Sama saja.
Meninggalkan sepatu dan segala macam perlengkapannya, dirinya menggenggam gagang pintu itu.
Ckrek.
Senyumnya miris. Rio menatap sela pintu yang kini terbuka. Di bagian belakang pintu, ia dapat melihat dengan jelas terdapat sebuah kunci yang tergantung.
Kamu sudah tahu aku akan datang jadi sengaja tidak kamu kunci, hm?
"Aku masuk, ya, Al?" Masih, dirinya tidak mendapat jawaban.
Mustahil, sepahit apapun, Rio harus mengakui. Jawaban itu tidak akan pernah ia dengar.
Tiba di ruangan favoritnya, Rio kembali menggantikan dua tangkai bunga itu untuk terakhir kalinya. Diletakkannya dua tangkai bunga segar yang khusus hari ini berwarna sama.
Aroma dua gerbera merah muda yang masih segar itu Rio hidu perlahan. Berharap dirinya dan pemilik kamar ini bisa menjadi seperti mereka. Masalahnya, sudah mustahil untuk sekarang. Keduanya harus saling melepaskan.
Dirinya memutuskan untuk beranjak, saat langkahnya terhambat akibat matanya menangkap boneka kelinci putih terduduk di samping vas. Tertawa geli, Rio menepuk pelan kepala boneka kelinci tersebut. Teringat setiap hal yang pernah mereka habiskan bersama.
Kakinya bergerak ke sudut favorit di kamar Alyssa, butsudan. Digenggamnya figura dengan wajah seseorang yang sedang bercokol di hatinya. Gadis yang –tanpa bisa dikendalikan– Rio rindukan.
"Selamat pagi, Alyssa. Aku harap di sana kamu dengar aku," ujarnya pelan sembari membersihkan debu yang menghalangi kaca figura. Ia tersenyum getir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghost in Summer | ✔
FanfictionHighest rank #1 jlit (22/10/2021) #1 icl (25/04/2022) #1 idolacilik (24/09/2021) #1 rify (24/01/2022) #2 summer (15/10/2021) #2 relation (19/08/2021) #3 rfm (22/01/2022) #5 budaya (22/01/2022) #6 wattpadromanceid (25/04/2022) #14 ify (29/01/2022) #1...