/13/ Kesempatan Terakhir

405 189 431
                                    

Masih di posisi yang sama, Alyssa menatap kembang api yang baginya sekarang tidak secerah sebelumnya. Kembang api yang penuh dengan keindahan dalam kesementaraan.

"Kenapa kita harus dipertemukan jika hanya untuk kehilangan, Al?"

Pelan, kata-kata Rio seakan menghipnotisnya. Alyssa berharap, ia tidak menangis sekarang. Ironis sebenarnya. Dirinya mengaku kuat menghadapi dunia di kala keraguan jelas-jelas tertumpuk di pelupuk mata.

Sungguh, Alyssa benci sisi lemah Rio. Terutama setelah Alyssa tahu ialah penyebabnya. Alyssa membenci dirinya.

Sedikit rahasia Alyssa yang mungkin Rio lewatkan.

Dirinya pun belum siap untuk saling kehilangan.

🌻🌻🌻

Sebenarnya, seorang Rionaldo Anggara tidak pernah merasa sepengecut ini. Rio bukan tipe laki-laki yang suka dipandang lemah oleh orang lain. Tapi kemarin sepertinya dirinya yang kemarin sudah melewati batas. Diakui atau tidak, Rio sadar betul semua itu hanya karena seorang gadis, Alyssa.

Dan sejujurnya lagi, Rio masih tidak ingin bertemu dengan Alyssa. Bagaimana tidak? Dirinya yang kemarin pasti melukai Alyssa, membuatnya kembali menyalahkan dirinya sendiri.

Rio menggelengkan kepala keras. Tidak. Ia tidak boleh menghindar, atau Alyssa akan merasa semakin buruk. Rio tidak ingin Alyssa kembali kecewa di hari terakhirnya. Alyssa harus bahagia. Untuk itulah, Rio kini berada di depan pintu Alyssa. Sedari tadi ia sudah memanggil Alyssa. Namun, belum ada jawaban.

"Permisi, Alyssa?" Rio tidak lagi menghitung. Tak peduli berapa kali ia harus memanggil, ia akan tetap menunggu Alyssa dan mereka akan berangkat bersama.

Rio menjongkokkan tubuhnya, bersandar di dinding sebelah pintu, "Al, ayo berangkat bersama. Hari ini se-"

Cklek.

Melihat cahaya di lantai, Rio yakin itu berasal dari pintu yang terbuka. Ia segera menegakkan tubuhnya.

"Al? Syukurlah." Rio meneliti Alyssa dari atas hingga ke bawah. Wajahnya tampak serius.

Tatapan yang ia dapat dari Rio membuatnya merasa heran. Ada apa?

"Yo? Kenapa liatin aku?"

Bukannya menjawab, Rio memegang tangan kanan Alyssa. Dengan tangannya satunya yang bebas, ia memeriksa dahi Alyssa.

"Kamu tidak apa?"

Rupanya Rio masih memperdulikan hal itu. Alyssa menggangguk singkat.

"Seperti yang kamu lihat."

Sejenak, setelah ia menjauhkan tangannya dari tubuh Alyssa, Rio meremas ujung kantung berisi bunga segar itu. Haruskah ia pertanyakan hal itu?

"Al ... "

Menunggu kelanjutan dari bibir laki-laki itu, Alyssa memutuskan untuk menjauh dari pintu. Menyiapkan jalan pintu masuk untuk Rio. Seperti biasa, 'kan?

"Mau masuk? Silakan."

"Ah, iya-iya." Gelagapan, Rio masuk ke dalam rumah. Sekalian ia memikirkan pertanyaan yang belum sempat terucap untuk Alyssa.

Sementara Rio berkutat di dalam sana, Alyssa tidak tertarik untuk ikut masuk. Biarkan saja Rio punya privasi. Lagipula ia tahu tujuan Rio.

"Ayo berangkat." Tali tas selempang itu ia kencangkan ketika ia melihat Rio akhirnya selesai.

Mempertimbangkan banyak hal, sebuah pertanyaan lolos dari Rio. Rasa ingin tahu mengenyampingkan egonya.

Ghost in Summer | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang