"Hyeyong ..."
"Hyeyong."
Hyeyong berbalik saat mendengar bisikan seseorang dari bilik jendela. Pupilnya melebar melihat pria yang tidak seharusnya datang menemuinya.
"Apa yang—"
Taehyung membungkam Hyeyong dengan bibirnya. "Sttt, jika kau berisik, mereka akan menemukanku."
Hyeyong segera menutup jendela dan mengunci kamarnya setelah memastikan tidak ada yang melihat mereka.
"Bagaimana bisa kau datang kemari? Jika Jimin oppa menemukanmu, aku tidak akan tahu apa yang—"
Taehyung kembali membungkam Hyeyong. Dia mencium bibir Hyeyong lebih lama dari sebelumnya. "Memang ciuman adalah cara yang ampuh untuk menghentikan omelanmu hehe."
"Tapi aku hanya—Ya! Berhenti mengambil kesempatan." Hyeyong menghentikan bibir Taehyung yang selalu tidak tahu malu menyosor bak buldozer.
"Aku kan melakukannya karena sangat rindu padamu."
"Tapi tetap saja kau tidak boleh menemuiku disini. Cepat pergi. Kau harus bergegas pergi sebelum penjaga dan Jimin oppa menemukanmu."
"Aku tidak akan berlama-lama. Aku datang hanya untuk melihatmu." Taehyung mengelus pelan pucuk kepala Hyeyong. Menyingkirkan helai-helai rambut yang menghalangi wajahnya. "Apa kau merasa tidak enak badan lagi hari ini?"
Hyeyong menggeleng, "Jauh lebih baik dari sebelumnya. Mungkin karena kau datang hari ini," ujarnya dengan diakhiri dengan senyum simpul. Dia memeluk Taehyung dengan begitu erat.
Brak!
"Aku sudah menduga kau akan tetap datang meski aku berulang kali melarangmu." Tatapan pria yang telah menghancurkan pintu begitu nyalang. Seperti perkiraannya, Taehyung tidak akan berhenti meski ia melakukan banyak hal untuk mencegahnya. Karena itu Jimin terus berjaga di depan kamar Hyeyong tanpa sepengetahuan wanita itu dengan menyembunyikan auranya.
"Beraninya kau menampakkan batang hidungmu di kediaman ini, Roe Taehyung!"
Hawa merah pekat telah menyelimuti tubuh Jimin. Dia telah menunggu momen dimana kristal-kristal runcing yang saat ini mengarah pada Taehyung, menembus tubuh teman masa kecilnya.
"Aku tidak akan membiarkanmu menyakitinya!"
"Gara-gara pria sepertinya, adikku selalu membohongi dirinya sendiri dengan senyum palsunya saat bersamaku. Kau membuatnya menangis. Kau telah mengingkari janjimu."
Tatapannya kebenciannya tidak dapat disembunyikan. Dari tatapannya saja sudah membuktikan bahwa Jimin sangat ingin merenggut nyawa Taehyung.
"Pendosa sepertimu harus ditiadakan." Jimin telah melepaskan kristal nya. Puluhan kristal yang siapa menembus tubuh Taehyung kini melaju dengan kecepatan penuh.
"KALAU TAEHYUNG ADALAH PENDOSA, AKU PUN TIDAK ADA BEDANYA DENGANNYA!"
Hyeyong yang sengaja membawa tubuhnya di depan Taehyung membuatnya Jimin menghentikan serangannya. Benda runcing yang telah berada pada jangkauan lima senti dari Taehyung kini berhenti di udara.
"Hyeyong, kau-- Kau ingin mati?!" Jimin begitu terkejut dengan tindakannya. Telat sedikit saja, serangannya malah akan menyakiti keluarganya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Epithymia ✓
Fanfiction[SEDANG DIREVISI] Seumur hidup Yejin tidak pernah percaya adanya makhluk lain yang hidup di dunia selain manusia dan hewan yang menjadi penghuni. Menurutnya, sosok mitologi seperti sphnix, harpies, lilith dan lainnya hanya ada di dalam buku yang per...