Ciel dimana?

3.3K 362 20
                                    

Albert mendapati Sebastian yang baru keluar dari ruangan Lady Martha. Dihentikannya langkah sang anak saat Sebastian hendak berlalu menuju dapur.

"Tunggu Sebastian." Albert menghentikan Sebastian.

Dia melangkah mendekat kala Sebastian berhenti dan menoleh padanya.

"Ya ayah? Ayah membutuhkanku?." Sebastian berkata sopan.

Albert menggeleng. Dia tidak butuh bantuan apapun,dia hanya butuh bicara.

"Ada yang perlu ku bicarakan padamu Sebastian." Albert membuka pembicaraan. Dia harus bisa membuka pikiran anaknya,dan menghentikan kesalahpahaman ini.

"Kau bertengkar dengan tuan muda?." Albert mencoba menanyai dengan hati-hati.

Sebastian tidak menjawab. Dia malah memalingkan wajahnya,hendak pergi. Namun,Albert lebih dulu menahannya. Dia menatap tajam manik Sebastian yang entah sejak kapan sudah berubah menjadi semerah darah.

"Katakan!." itu perintah yang mutlak,tidak bisa dibantah. Albert akan pastikan anaknya ini benar-benar jujur kepadanya.

Sebastian menghela nafas perlahan. Ia enggan bercerita,ia tidak suka jika masalah pribadi nya dicampuri dengan orang lain,meskipun itu ayahnya. Namun,jika ayahnya sudah bertanya seperti ini,dia harus menjawabnya dengan jujur.

"Dia mendorong Lady Martha ke kolam renang. Padahal dia tahu sendiri jika Lady Martha tidak bisa berenang. Aku tahu dia cemburu padaku akhir-akhir ini. Tapi dia tak seharusnya membunuh manusia yang tidak salah." Sebastian menjelaskan dengan raut kesal yang kentara.

Albert mengusap pelan wajahnya. Dia menghela nafas pelan.

"Kau tidak lihat darah yang menetes di pelipis tuan muda?." pertanyaan Albert barusan membuat Sebastian menatap Albert sempurna. Dia terlihat tidak percaya. Namun dia masih diam.

"Kau tidak sadar jika setelahnya ada sebuah peluru melesat mengenai pelipis tuan muda?."

Deg..

Sebastian termenung. Dia tidak tahu,dia tidak sadar. Bagaimana dia bisa lalai. Apa itu benar? Apa itu berarti tuan mudanya terluka? Kekasihnya terluka? Dan dia malah menyalahkan kekasihnya yang telah menyelamatkan orang lain?.

Sebastian masih terdiam,dia tidak bergerak dari tempatnya. Albert lagi-lagi menghela nafas.

"Kau tidak memperhatikan tuan muda mu Sebastian. Kau hanya sibuk dengan tamu kita. Apa tamu kita lebih menawan dibandingkan kekasihmu sendiri?. Kau bahkan tidak sadar ada darah segar yang menetes di pelipis tuan mudamu. Kau ini kenapa Sebastian?."

Sebastian masih diam saja. Dia benar-benar merasa bersalah sekarang. Dia benar-benar merasa tidak berguna.

"Tuan muda ada di ruangan tuan besar. Temui dia." Albert menepuk bahu Sebastian pelan. Sebastian menoleh,kemudian mengangguk mantap. Dia segera melesat menuju ruangan Vincent,diikuti Albert dibelakangnya.

Dan disinilah mereka sekarang. Di ruangan tuan besar mereka.

Sebastian membelalakkan matanya. Kosong,ruangan ini kosong. Baru ditinggalkan rupa nya. Di sana dia bisa melihat tumpukan tisu dengan noda darah yang tercecer disana. Semakin merasa bersalahlah Sebastian. Samar-samar,dia juga mencium bau air mata di ruangan ini. Tapi bau mereka berdua sudah tidak ada,sepertinya disamarkan.

Sebastian mengusap kasar wajahnya. Apa sekarang Ciel sudah tidak mau bertemu dengannya?. Dia kemudian memungut salah satu tisu yang penuh dengan noda darah itu. Dia bisa mencium,darah ini memang berasal dari Ciel. Dia sudah salah sangka disini.

"Cari dia Sebastian. Aku akan menjaga rumah." ujar Albert dengan tepukan mantap di bahu Sebastian. Sebastian menoleh. Albert sekali lagi mengangguk. Kemudian,sedetik setelahnya,Sebastian sudah melesat pergi mencari Ciel.

The Return Of Phantomive [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang