Earl Vincent

5.1K 585 12
                                    

"Ayah!?"

Sebastian menoleh pada Ciel,terlihat Ciel diam mematung dibelakang Sebastian. Mata biru lautnya menatap tidak percaya apa yang ada di depan matanya,keterkejutan dan ketidakpercayaan atas apa yang dilihatnya saat ini.

"K-kenapa k-kau masih hidup? B-bukankah kau mati terbakar di manor ini bersama dengan ibu?" ucap Ciel kepada orang itu.

"Ah maaf kan aku Ciel,aku belum memberitahukannya padamu,aku tidak bisa langsung menemuimu aku-" ucap pria itu terpotong dengan kalimat Ciel

"Bagaimana kau bisa hidup kembali? Bagaimana hah? Aku yakin sekali kau sudah tiada? Dalam insiden di gereja waktu itu,malaikat itu menjahit mayatmu dan mayat ibu kan? Lalu bagaimana semua bisa terjadi? Dan jika kau masih hidup kenapa kau tidak kembali? Kenapa kau membiarkan aku menanggung ini sendirian? Menanggung rasa dendam yang berkecamuk dalam diriku dengan umurku yang sedini itu?" Ciel berucap dengan lantang,mengeluarkan semua isi hatinya. Setelah semua yang terjadi,setelah luka yang dia alami setelah semuanya,bahkan saat dirinya kini bukan manusia lagi,dia baru memunculkan batang hidungnya,setelah semua ini?.

"Dengarkan aku Ciel. Nak,aku tidak bisa datang kepadamu secepat itu. Aku terpaksa,sebenarnya aku juga ingin menemuimu,mengatakan padamu bahwa masih ada ayah,kau tidak sendirian. Tapi tidak semudah itu Ciel." ayah Ciel,tuan Vincent,menghela nafas sejenak kemudian melanjutkan kalimatnya.

"Aku memang sudah terbakar waktu itu,tapi aku tidak sepenuhnya mati,kondisiku saat itu kritis,dan disaat itulah iblis yang mengikat kontrak denganku datang,dia menawarkan kehidupan baru untukku,tapi dengan resiko,di kehidupanku yang baru,aku bukan lagi seorang manusia,melainkan seorang iblis" penuturan Vincent membuat Ciel tertegun,itulah kenapa wajah Vincent tidak berubah,tetap muda ketika dia terakhir kali melihatnya,saat insiden itu.

Ciel menatap Vincent dengan tatapan bertanya. Menuntut penjelasan lebih.

"Phantomive sudah memiliki ikatan dengan iblis sejak awal keluarga ini berdiri Ciel,seluruh penerus keluarga ini rata-rata memiliki pelayan iblis. Karena tugas yang ditanggung Phantomive lah yang menyebabkan hampir semua kepala keluarga disetiap generasi selalu mengikat kontrak dengan iblis. Entah kau sadar atau tidak,tapi Tanaka-san,dia juga merupakan seorang iblis,dulu dia mengikat kontrak dengan kakekmu,tapi setelah kontrak itu selesai,dia tetap memilih bekerja untuk Phantomive hingga saat ini. Sampai sekarang pun dia masih disini,dengan wujud yang lain" Vincent menghela nafas sebentar,kemudian berjalan mendekati Ciel,mengelus rambutnya sayang.

"Maafkan Ayah nak,Ayah tidak bisa disampingmu disaat-saat sulitmu. Ritual penghidupan Ayah sangat panjang,Ayah baru bisa hidup seutuhnya setelah 50 tahun. Karena itulah Ayah baru bisa menemuimu sekarang. Sebenarnya ketika Ayah sudah sepenuhnya sadar,Ayah ingin segera menemuimu namun Albert pelayan Ayah,sekaligus iblis yang mengikat kontrak dengan Ayah mengatakan bahwa kau sudah pergi dari manor ini,entah kemana,jadi Ayah harus menunggumu hingga kau kembali lagi kesini nak" Ciel hanya menatap Ayahnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Baginya,apapun yang pernah dia lalui dulu pasti tidak akan berjalan dengan baik jika tidak ada Sebastian.

Vincent kemudian memeluk Ciel dengan erat,menciumi keningnya berkali-kali dan terus mengucapkan kata 'maaf' kepada Ciel,sebagai bentuk penyesalannya.

"Sudahlah Ayah,kalau begitu biarkan saja semua berlalu. Dan paman? Sebuah kejutan ya?" ucap Ciel kepada seseorang yang berdiri dibelakang Vincent.

"Yaaa.. Anak muda. Wah.. Wah.. Jadi kau mengingatku?" ucap pria itu.

"Tentu saja paman Albert. Aku sudah merasakan ada hawa iblis disekitarmu. Tapi aku mencoba menghilangkannya di pikiranku,tidak kusangka ternyata kau pelayan Ayahku" ucap Ciel setelah melepas pelukan Ayahnya.

"Yah begitulah" ucap Albert ringan "Dan bagaimana kabarmu Sebastian?" sambung Albert sembari melirik kearah Sebastian.

Terlihat Sebastian sedikit memijat pelipisnya dan terdengar helaan nafas darinya.

"Ada apa? Kalian berdua saling kenal?" Ciel bertanya dan melihat kearah Sebastian dan Albert secara bergantian.

"Ekhem.. Tidak enak berbicara disini tuan muda,lebih baik kita berbicara didalam. Mari semuanya,saya akan bawakan teh dan camilan"

"Yah baiklah.. Masuklah kalian berdua. Lagi pula kepala keluarga bukan lagi aku sekarang" ujar Ciel disertai lirikan kepada Ayahnya.

Mereka bertiga pun berkumpul diruang tamu,tidak lama Sebastian datang membawa teh dan juga camilan.

"Permisi tuan-tuan,teh kali ini adalah White Jasmine dari Timur Tengah. Teh ini dipetik sebelum fajar menyingsing,diolah dengan hati-hati dan diracik dengan bunga melati dari perkebunan melati pilihan" ujar Sebastian dibarengi dengan suara kucuran air dari dalam teko yang dituangkan dengan halus ke setiap cangkir porselen dengan motif yang sangat elegan.

"Dipadukan dengan semangkuk puding melon Yubari yang diimpor langsung dari Sapporo Jepang,silahkan dinikmati" diletakkannya mangkuk berisi puding melon dengan aroma yang segar dihadapan para tamu.

"Wahh.. Kau pintar memasak ya Sebastian. Ahh.. Andaikan aku masih menjadi manusia,puding ini pasti memiliki rasa yang sangat enak" ujar Vincent sedikit kecewa karena tidak bisa menikmati rasa yang tersaji dalam semangkuk puding itu.

"Ahh.. Tidak juga tuan besar,anda tetap bisa menikmatinya,dengan merasakan teksturnya mungkin" ujar Sebastian tersenyum tipis pada Vincent.

"Yah benar juga"

"Jadi Sebastian.." Ciel meletakkan cangkir tehnya dan melihat kearah Sebastian,menunggu penjelasan yang sempat tertunda.

Sebastian tersenyum tipis sembari berkata "Albert-san merupakan Ayah saya boochan,beliau telah mengikat kontrak dengan tuan besar sejak tuan besar berumur 6 tahun. Sejak saat itu,saya dan ayah saya jarang bertemu karena sibuk melayani tuan kami masing-masing,tapi saya tidak mengira bahwa beliau masih mengikat kontrak dengan tuan besar" Sebastian berkata dengan tenang dan intonasi yang teratur.

"Hmm.... Jadi Ayah kecil-kecil sudah bermain dengan iblis rupanya?" ujar Ciel dilengkapi tatapan meremehkan pada Ayahnya.

"Yah.. Mau bagaimana lagi,diumur Ayah waktu itu,Ayah sudah ikut menanggung tanggung jawab kakekmu,kakekmu juga yang menyuruh Ayah untuk mengikat kontrak dengan iblis. Jadi yahh.. Kau bisa menebak kelanjutannya kan?" Vincent meminum kembali tehnya "Ah hambarr" kemudian diletakkannya kembali diatas meja.

"Jadi apa yang akan kau lakukan setelah ini? Pihak kerajaan tadi mengirimiku surat,memintaku datang keistana untuk mengambil kembali semua gelarku,termasuk sebagai Anjing penjaga Ratu,meski yang bertakhta bukan lagi Ratu" ujar Ciel kembali meminum tehnya "Tapi aku tidak tertarik dengan itu lagi,aku berencana menolak tawaran ini"

Vincent terlihat sedang berfikir. Kemudian berseru,
"Kita terima saja,lagi pula kepala keluarga nya aku kan,jadi yah biar aku terima,kita akan menghidupkan kembali nama Phantomive,kita akan selesaikan semua yang belum sempat terselesaikan" ujar Vincent dengan senyuman terpatri diwajahnya.

"Terserah Ayah saja" ucap Ciel memberikan jawaban akhirnya.

"Nah Albert,mulai sekarang kau kembali bekerja ya. Akur lah dengan anakmu" ucap Vincent kepada Albert.

" Yes Master" kemudian Albert dan Sebastian berlalu menuju dapur.

"Tadi Ayah bilang Tanaka ada disini. Jadi dimana dia?" ucap Ciel yang kemudian teringat sesuatu.

"Oh dia ada. Dia bersama Sebastian"

"Hah?"

Sementara itu didapur...

"Sebass.. Dari mana kau dapatkan kucing ini?? Manis sekalii" Albert memeluk kucing itu sembari menciuminya berkali-kali.

Tiba-tiba....

"Bersikap sopan lah kepada orang yang lebih tua Albert,dasar!"

"HHHEEEEHHH!!"

Maaf kalo gaje yaa..
Author masih belajar:'

The Return Of Phantomive [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang