01▪ Prologue

3.1K 93 43
                                    

Author's POV

"Aku akan menikah dengan yang mana," ucap seorang gadis yang sedang duduk di meja makan. Ia mengangkat tangannya kemudian menjalankan telunjuknya secara bergantian pada dua pria yang duduk di depannya. Telunjuknya berhenti tepat pada pria yang duduk di depannya. "Dengan dia?"

Kelakuannya barusan yang cukup kurang ajar membuat wanita yang ada di sampingnya memukul tangannya dengan pelan. "Itu tidak sopan."

"Dia ayahnya," ucap ayah dari gadis itu. Ia kemudian menyengir pada pria yang tadi ditunjuknya itu. Ia tahu mana pria yang dimaksud, tapi ia sengaja karena ingin membuat orang tuanya kesal. Mereka hanya sedang melakukan dinner, tapi sejak tadi gadis itu mencurigai orang tuanya punya niat lain.

"Gilly. Aku tidak akan melindungimu jika ayahmu memarahimu habis ini," bisik wanita yang tadi memukul tangan gadis bernama Gilly itu.

"Siapa yang akan menikah?" tanya salah seorang wanita yang merupakan istri dari pria yang ditunjuk oleh Gilly.

"Bukannya itu tujuan kalian mengenalkanku dengannya beberapa bulan yang lalu. Uh Ha-Ha- siapa. Umpp maaf aku lupa, ingatanku bermasalah akhir-akhir ini," ujar Gilly memijit pelipisnya sendiri sambil terus menunjukkan kalau dia sedang berusaha mengingat padahal ia hanya pura-pura saja. "Harry ya?"

"Siapa kau," ujar Harry sambil mengangkat pisaunya. Gilly memundurkan badannya melihat tangan Harry yang sedang memegang pisau mengarah padanya. Harry menancapkan pisaunya pada piring yang ada di depan Gilly untuk mengambil steak. "Kau mengenalku?"

"Produk gagal move on," ledek Gilly. Untung saja hanya Harry yang mendengarnya.

Jauh sebelum orang tuanya mengenalkannya dengan Harry, Gilly sudah mengenalnya terlebih dahulu. Sikapnya yang seperti itu juga terbentuk karena hubungan mereka. Tiga tahun yang lalu teman dari Gilly yang juga merupakan teman Harry mengenalkan mereka berdua hingga mereka sempat menjalin hubungan lumayan lama. Tapi mereka memutuskan untuk berpisah setelah setahun lebih pacaran. Gilly menjadi menjengkelkan setelah mereka putus karena Harry benar-benar tidak menganggapnya. Sialnya sewaktu menjalin hubungan dengan pria itu, Gilly memintanya untuk merahasiakan hubungannya, dan setelah putus Gilly agak menyesalinya. Jika Gilly menceritakan kalau dia memang pacaran dengan supermodel yang ada di depannya itu, maka teman-temannya mengatakan kalau Gilly hanya berhalusinasi. Apalagi kalau orang-orang itu berpatokan pada semua mantan pacar Harry.

Sekarang di sinilah mereka, berakting seolah-olah tidak pernah akrab. Sejak beberapa bulan yang lalu Gilly sudah tahu niat awal orang tuanya mengenalkannya dengan Harry, karena menginginkan anaknya akan mempunyai hubungan yang lebih serius dengan pria itu. Jika benar niat orang tua mereka begitu dan Harry menyetujuinya, Gilly juga akan mau saja, ia bukan menjadikan itu suatu ajang untuk balas dendam dan bukan juga karena ikhlas melainkan punya niat lain.

"Kalian memang sudah akrab 'kan?" tanya wanita yang duduk di samping Gilly.

"Yes Mum," jawab Gilly sambil menunjukkan senyum manisnya. Ia kembali memandang pria yang ada di depannya. Pria itu tampak cuek dan tetap melanjutkan makanannya.

"Kenapa kalian tidak saling berbicara satu sama lain," ujar ayah dari Harry.

"Aku sudah lama mengenalnya, sebelum kalian mengenalkan kami. Aku mengenalnya di atas runway," jawab Gilly. "Benarkan Harry."

"Kau seorang model juga?" tanya pria bernama Harry itu. Kalau ia bisa, ingin rasanya Gilly menamparnya agar berhenti bertingkah seolah tak pernah mengenalnya. Gilly menjawabnya dengan menggeleng. "Lalu. Kenapa kau mengatakan kalau kau mengenalku di atas runway."

"Aku mengepel lantai runway," jawab Gilly. Ia berniat mengeluarkan lelucon, tapi tampaknya orang-orang yang ada di meja makan tidak ada yang menangkap lelucon dari Gilly. Mereka semua menganggap perkataannya barusan serius. Gilly mendengus sebal, "aku hanya bercanda. Aku diundang untuk menonton fashion week. Aku mengenal dia dari sana."

Extra GiftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang