14 ▪ Once Upon a Dream

357 45 86
                                    


Kehidupan Gilly yang sekarang sangat berbeda dengan kemungkinan yang sudah dicatatnya dalam pikirannya sendiri sebelum menikah. Kata kurang ajar dan gila mungkin cocok untuknya sebelum menikah, awalnya hanya menjadikan pernikahannya sebagai ajang untuk memenangkan sesuatu yang diinginkannya dan hanya menjadikan suaminya sebagai hadiah tambahan sekaligus membuktikan kalau pikirannya tentang suaminya yang dulu salah, sekarang ia justru lupa dengan tujuan utamanya dan memutuskan untuk menyampingkannya dulu. Kalau perlu melupakannya saja, akibat terjebak dalam perasaan nyaman akan sesuatu yang bukan menjadi tujuan utamanya.

Pagi hari dan dapur menjadi hal favoritnya setelah menikah apalagi selama hamil dilengkapi dengan seseorang yang menemaninya di sana yang mungkin cocok jika disebut sebagai paket lengkap untuk mengawali harinya. Harry sedang mengaduk asparagus di atas saute pan, membantu Gilly atau lebih tepatnya memaksanya. Dengan senang hati, Gilly merelakannya. Untuk sekarang ia belum bisa menjamin kedepannya Harry akan tetap seperti ini, mungkin saja dia terlalu senang akan menjadi seorang ayah sampai memanjakannya seperti sekarang. Walaupun terkadang terkesan berlebihan hingga tak sengaja membuat suatu kekacauan.

Suara yang didengarkan di dapur bukan hanya suara yang berasal dari pan dan spatula, musik klasik yang berasal dari vinyl player ikut meramaikan pendengaran mereka. Musik dari Wolfgang Amadeus Mozart dan Ludwig van Beethoven sudah tidak asing di telinga Gilly beberapa waktu terakhir semenjak hamil. Gilly bertolak pinggang berdiri di samping Harry sebelum melontarkan perasaannya, "Mungkin ini lebih cocok di dengarkan saat kita di kamar atau di tempat yang tenang. Kau tahu, dengan kita memasak seperti sekarang sambil mendengarkan ini, aku merasa seperti pembantu di istana Buckingham."

"Kau pernah jadi babu di istana?"

Gilly mendengus sebal. "Kau yang lebih cocok jadi kacung kerajaan."

"Excuse me," ucap Harry tak terima. Padahal yang duluan cari gara-gara adalah dirinya.

"Sudahlah. Aku tidak apa-apa jadi babu di kerajaan. Aku berencana melengserkan sang ratu. Aku akan menggoda suaminya," ucap Gilly. Selain punya pikiran kapitalis ternyata dia juga mempunyai jiwa perebut ekstrem. "Aku naik tahta dan kau akan kujadikan kacung."

"Tapi aku akan menggodamu kembali," balas Harry. Perkataan Harry membuatnya berpikir panjang akan sesuatu yang tidak akan mungkin terjadi. Sebelum Gilly melanjutkan khayalannya, Harry sudah membuyarkan lamunannya, "Kau lebih cocok jadi peliharaan di kerajaan."

"Why are you so cruel."

"Panaskan ovennya," titah Harry sambil menuang adonan telur ke dalam pan. Melihat Gilly yang hanya berdiri di sampingnya menunjukkan wajah datarnya, Harry langsung menyengir, "Iya iya. Aku yang cocok jadi peliharaan."

"Ganti musiknya," ujar Gilly yang duduk dibawahnya memanaskan oven. Harry menahan tawanya dan ternyata tingkat halusinasinya lebih tinggi, dia benar-benar membayangkan Gilly menjadi pembantunya. Harry mematikan stove dan meletakkan spatulanya sebelum melaksanakan perintah Gilly untuk mengganti vinyl record.

Selagi menunggu Harry, Gilly menaburkan keju diatas wadah yang terdapat adonan yang sudah dibuat oleh Harry tadi sebelum memasukkannya ke dalam oven. "Who's your favorite disney princess'?" tanya Harry.

Gilly mengerucutkan bibirnya ke samping, "Uh. . ."

"Snow White?"

"Bukan. Dia membosankan." Gilly kembali memikirkan karakter Princess disney yang menjadi kesukaannya.

"Rapunzel?"

"Princess yang alergi tanah? Bahkan aku lebih tertarik pada peliharaannya. Tapi dia unik, berkemauan keras dan baik. Tapi dia bukan favorite-ku"

Extra GiftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang