Harry dan Gilly sedang bertemu dengan seorang wedding planner untuk kesekian kalinya. Gilly tadi menolak dengan alasan dia sudah bosan melihat Harry setiap hari menampakkan diri di hadapannya, bahkan gilanya gadis itu meminta Harry untuk pergi sendiri karena Gilly tidak terlalu memusingkan bagaimana pernikahannya nantinya.
"Gilly, kau ingin pernikahan yang seperti apa?" tanya Harry pada Gilly selagi mereka menunggu seorang wedding planner.
Gilly tersenyum miring mendengar pertanyaan Harry yang terdengar seperti tawaran untuknya. "Aku tidak yakin kau bisa mewujudkan pernikahan yang kuinginkan atau lebih tepatnya impianku."
"Memangnya apa impianmu."
"Aku ingin jatuh cinta dengan seorang pria Italia di Paris dan menikah dengannya di sebuah museum acropolis yang ada di Athena."
Harry menjatuhkan rahangnya mendengar impian dari Gilly yang sangat random barusan. Mana mungkin itu bisa tercapai, kalau tujuan utama dari impian Gilly saja memang tidak bisa diwujudkan. "Aku menanyakan impianmu, bukan halusinasimu."
"Aku 'kan sudah memperingatimu kalau kau tidak akan bisa mewujudkannya, karena aku akan menikah dengan pria Bri-ish. Okay lav," ujar Gilly. Perkataannya barusan membuat Harry tersinggung.
"Kau tidak punya impian lain begitu, atau tipe yang bisa membuatku masuk kategori," ujar Harry dengan sedikit memaksa, padahal dia sudah tahu kalau Gilly sangat susah serius dan hobi mengerjainya, tapi Harry terus memancingnya.
"Ada. Aku ingin jatuh cinta dengan pria Thailand di Bali dan menikah dengannya di Jepang. Kau mau lagi-"
"Sawadikap nano na kha," ujar Harry menirukan salah satu tokoh dalam sebuah film serial Thailand. "Hehe."
"Dasar gila. Kau menontonnya?"
"Iya. Aku juga mengikutinya di instagram."
"Bukan urusanku," timpal Gilly lalu mengambil salah satu majalah yang ada di atas meja. Ia tidak membaca majalahnya, ia hanya melihat gambar yang ada di setiap lembarnya. karena bosan, Gilly menutupnya kembali.
"Gillian, kau tidak punya rencana setelah kita menikah."
"Rencana apa, bercerai denganmu?" Gilly kembali melirik Harry yang hanya diam mendengar leluconnya barusan. "Aku hanya membual. Aku akan menjalani hari-hariku normal seperti biasanya, bedanya aku sudah menikah."
"Oh ya, sudah punya beberapa rencana tentang pernikahan kita, kalau kau punya masukan katakan saja nanti."
"Harry, kau sungguh-sungguh ingin menikahiku?" tanya Gilly, kali ini ia tampak serius. Gilly sudah beberapa kali mengajukan pertanyaan itu, hingga membuat telinga Harry panas mendengar pertanyaannya yang berulang.
"Mungkin kau baru mempercayaiku, jika aku salto hingga tulangku patah di depanmu sambil mengatakan kalau aku sungguh-sungguh ingin menikahimu," tutur Harry kesal.
"Boleh, coba buktikan," ujar Gilly. Karena Harry menatapnya tajam, Gilly menaikkan majalah yang ada di tangannya ke atas untuk menutupi wajahnya dan agar Harry tidak melihatnya tertawa. Harry berdiri dari duduknya, ia berdiri di samping Gilly. "Kau mau apa?"
"Salto," jawab Harry datar. Ia mengambil majalah tadi dari tangan calon istrinya itu. Ia melihat halaman yang ada di majalah itu bergantian dengan wajah Gilly.
"Apa?" tanya Gilly heran kenapa Harry yang tadinya kesal tiba-tiba senyum senyum sendiri sambil menatapnya. "Kau ingin mengajakku untuk salto denganmu."
"Kau suka 'kan memandangi tubuhku yang sedang shirtless."
"Apa-apaan," bantah Gilly.
"Ini. Kau boleh memandangiku sampai puas." Harry meletakkan majalah tadi di hadapan Gilly. Ia baru sadar kalau halaman yang dibukanya secara acak ternyata terdapat Harry yang memang shirtless, pantas saja calon suaminya itu sangat percaya diri. "Kenapa kau tidak mengatakannya, aku siap shirtless di depanmu selama berjam-jam hingga aku masuk angin."
![](https://img.wattpad.com/cover/232804582-288-k604928.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Extra Gift
Fanfiction[ ✔ | harry styles fanfiction] ❝Kau mau menikah denganku karena apa?❞ ❝Agar aku bisa sombong dan memamerkanmu pada orang-orang.❞ [publish: Jul 2020 - ] Copyright © 2020 by tychilaude