"Kita menonton dan yang memilih filmnya adalah, aku. Yeay!" ucap Luna sembari melompat kegirangan. Ini adalah malam terakhir liburan mereka, jadi mereka memutuskan berkumpul dengan cara menonton film. Yang jadi masalahnya sekarang, tadi mereka rolet nama melalui aplikasi agar adil dan nama yang keluar adalah Luna. Mereka tahu itu ide buruk. Mereka tak suka Luna menyarakankan film apalagi film yang sudah ditonton oleh gadis itu. Ia akan mengoceh sepanjang film diputar dan orang yang ikut menonton jadi tidak tertarik.
Candace mengguncang ponsel miliknya yang tadi digunakan untuk rolet nama, ia sedang berusaha mencari-cari kesalahan agar Luna kalah. "Woah, tadi pasti aplikasinya rusak. Iya, pasti ini sumber kesalahannya. Ayo ulang."
"Apa-apaan, kalau namamu memang sial kau tidak perlu menyalahkan aplikasinya. Terima saja kalau aku menang."
"Baiklah. . ." ucap Russell. Candace menatap Russell heran, biasanya Russell yang paling tidak setuju dan akan pura-pura marah agar Luna membujuknya dan akhirnya Luna mengalah. Jika umpannya sudah menyerah, berarti mereka terpaksa menuruti saran Luna.
"Saranghae oppa," ucap Luna sambil membentuk jarinya jadi bentuk hati di depan wajah Russell.
Russell langsung mendorong tangan agar menjauh dari wajahnya, "Aku sudah mengatakan kalau aku bukan orang Korea."
"Khop chai na," ucap Luna seperti kebiasaannya saat menyukai sesuatu dari Russell. Pria itu memukul bibir sahabatnya itu dengan pelan. Luna kembali membalas memukul bibir Russell dengan remote yang ada di tangannya. "Sakit tahu!"
"Aku hanya memukulmu pelan dan kau membalasku—"
"Kita tidak usah menonton film, lebih baik aku menonton kalian bertengkar," ujar Candace lalu menyandarkan tubuhnya pada tembok sembari menonton dua temannya yang sedang ribut.
"Jangan sentuh aku, aku merasa kotor," ucap Luna sembari menyapu badannya yang tadi disentuh oleh Russell seolah-olah badannya berdebu. Ia berdiri di atas sofa, satu kakinya ada pada punggung sofa seperti seorang panglima perang yang baru saja menang dan menunjukkan kehebatannya pada orang-orang. "Sekarang karena aku menang, aku adalah ratu kalian. All hail the queen."
"Jangan pakai magic mushroom, ini contoh efek sampingnya," ujar Russell pada yang lain yang juga ikut menonton Luna.
Harry dan Gilly baru kembali dari luar sambil memegang kotak pizza di tangannya. Ia menatap Luna yang berdiri di atas sofa living room. Gadis itu mengangkat remote control yang ada di tangannya seperti tongkat sihir, "Baiklah rakyatku sekalian, beri hormat pada ratu kalian. Kecuali Harry. Aku mengangkatnya sebagai penasihat istanaku."
Candace menggeram kesal. "Kalau dia adalah ratu sungguhan, aku akan mengajari Harry untuk menusuknya dari belakang."
"Apa?" tanya Russell. Matanya membulat karena kaget, "Maksudmu."
"Maksudnya berkhianat," ucap Candace.
"Ayo beri hormat. Sekarang!"
"Demi Tuhan, aku ingin melemparnya ke kutub utara," gumam Russell di samping Candace. Mereka lalu menunduk memberi hormat pada Luna, tapi Gilly tidak mau melakukan hal yang sama.
"Hari ini kita nonton anime, ya," saran Candace. Mereka semua mengangguk setuju sebelum Luna membuka mulutnya.
"Boleh, tapi hentai," timpal Luna lalu melompat ke bawah dan mengontrol benda yang ada di tangannya.
"Eh eh apa-apaan." Russell langsung merebut remote dari tangan Luna. Ia tidak peduli kalau Luna akan semakin menjadi-jadi. "Gilly dan Harry yang enak. Masalahnya kalau aku horny, aku tidak mungkin melampiaskan napsuku pada salah satu dari kalian berdua. Ew."
![](https://img.wattpad.com/cover/232804582-288-k604928.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Extra Gift
Fiksi Penggemar[ ✔ | harry styles fanfiction] ❝Kau mau menikah denganku karena apa?❞ ❝Agar aku bisa sombong dan memamerkanmu pada orang-orang.❞ [publish: Jul 2020 - ] Copyright © 2020 by tychilaude