Bagian 1

24.1K 1.3K 85
                                    

Natanael Brace Harison, adalah anak bungsu keluarga Harison. Usinya baru menginjak 15 tahun. Usia anak remaja yang seharusnya masih menempuh pendidikan disekolah.

Tapi itu tidak berlaku untuk Nata, ia tak pernah merasakan yang namanya bersekolah, tak ada yang akan membiayainya. Ia tau betul, dimansion besar itu dia hanya menumpang hidup.

Pagi itu, keluarga Harison sedang melaksanakan sarapan dimeja makan. Ada sang kepala keluarga yang tak lain adalah Haris. Disampingnya, ada seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah Maya, istri dari Harison.

Sampai detik berikutnya, turun kedua kakak Nata. Mereka adalah Bagas, kakak pertama Nata, dan Raya kakak kedua Nata. Mereka langsung duduk dimeja makan setelah sebelumnya menyapa kedua orang tuanya.

"Heh, lo anak sial ambilin ayam itu dong" perintah Bagas pada Nata yang masih menata makanan pada meja makan.

"Baik den" jawab Nata lalu mengambilkan ayam yang dimaksud kakaknya itu.

"Udah selesai kan natanya, sekarang pergi. Muak saya lihat muka kamu" usir Haris. Nata mengangguk lalu segera pergi.

"Permisi tuan" Nata menunduk. Sedih rasanya saat memanggil papanya sendiri dengan sebutan tuan. Tapi memang itu yang seharusnya ia ucapkan.

Nata pergi menuju dapur, setelah tadi diusir ayahnya. Ini memang bukan kali pertamanya, tapi tetap saja rasanya sakit.

"Hey, ngapain duduk disitu? Cepetan sana bersih - bersih rumah" perintah Hana,  salah satu maid yang bekerja dimansion itu.

Tak ada seorang pun yang menyayangi Nata dimansion ini. Ia harus bisa mandiri. Nata sudah terbiasa dengan sikap semua orang yang berada dimansion itu.

"Baik bi, kalo gitu Nata permisi" ujar Nata sambil menunduk, lalu pergi menuju tempat penyimpanan alat pembersih.

🌷

Setelah hampir dua jam lamanya,akhirnya pekerjaannya selesai. Nata bisa bernafas lega sekarang.

Nata lalu memegangi perutnya yang sedari tadi menjerit meminta makanan.
"Akhirnya selesai juga. Duh laper lagi" monolog Nata sambil mengelus perutnya itu.

Nata langsung beranjak menuju dapur, berharap ada sisa makanan dari keluarganya tadi.

"Bi, Nata laper. Ada makanan nggak? " tanya Nata pada maid yang berada didapur.

"Tuh ada sisa makanan tadi" maid itu menunjuk sepiring nasi yang sudah tercampur dengan bumbu bumbu yang diletakkan dipinggir pintu.

Mata Nata berbinar, akhirnya ada sisa makanan yang bisa ia makan. Nata langsung menghampiri piring nasi tadi. Hanya ada sedikit nasi, beserta tulang - tulang dari beberapa piring yang dicampur menjadi satu.

Nasi sisa inilah yang setiap hari Nata makan. Memang menjijikkan jika dilihat, tapi Nata sudah terbiasa dengan makanan itu.

Nata makan dengan lahap. Hanya 4 suap yang masuk kemulutnya. Tapi itu sudah lebih dari cukup. Setelah makan, Nata mencuci piring bekasnya lalu pergi menuju kamarnya.

Nata memasuki kamarnya, yang tak lain adalah gudang yang terletak dibelakang mansion megah itu.
Nata merebahkan tubuhnya diatas koran yang menjadi penghalang antara tubuhnya dan lantai.

Tak ada kasur ataupun lemari. Hanya ada kertas koran, dan kardus yang menjadi tempat untuk beberapa pakain miliknya. Tak ada bantal ataupun selimut, tak ada lampu ataupun jendela untuk penerang, hanya cahaya yang masuk dari pentilasi digudang itu.

Nata meringkuk diatas koran itu sambil mencengkram kepalanya. Entahlah, akhir - akhir ini kepalanya sering sakit dan tak jarang ia juga mimisan.

Nata meringis saat sakit dikepalanya itu semakin sakit. Nata memukul - mukul kepalanya berusaha menghilangkan rasa sakit itu. Tapi bukanya hilang, rasa sakit itu malah semakin menjadi - jadi.

"Papa mama ini sakit" lirih Nata sebelum kegelapan kembali menghampiri.


Tbc

Jangan lupa vote guys

Ini cerita sebenarnya udah lama aku pengen buat, tapi selalu gak ada waktu. Dan akhirnya sekarang kegabutanku sudah stadium akhir, jadinya kubuat aja.

Natanael (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang