Bagian 4

13.4K 1K 29
                                    

pagi yang cerah ini, Nata terbangun dengan tubuh yang sudah lumayan segar. Setelah kemarin ia memeluk Hana, dan menumpahkan segala keluh kesahnya, ia merasa cukup tenang.

Nata terbangun dengan semangat, lalu segera beranjak dari gudang menuju kamar mandi yang diperuntukkan untuk para pembantu.

Setelah ia habiskan waktu selama 25 menit lamanya, akhirnya Nata sudah siap untuk kembali menjadi babu dimansion besar itu.

Nata berjalan menuju dapur, berniat ingin membantu maid yang sedang memasak.
"Bi, ada yang bisa Nata bantu? " tanya Nata penuh semangat dan jangan lupakan senyum manis yang terukir diwajahnya.

"Itu potongin wortel, terus abis itu buatin susu buat den Bagas sama non Raya" perintah maid itu tanpa melihat kearah Nata.

Nata mengangguk, lalu mulai melaksanakan apa yang diperintahkan maid tadi. Setelah semua selesai, seperti biasa Nata yang menyiapkan makanannya diatas meja makan.

Senyum manis itu tak henti - hentinya terpatri diwajah Nata yang masih terlihat pucat.

"Ini susunya den" ucap Nata sembari menyodorkan segelas susu kearah Bagas. Bagas lalu segera mengambil susu itu dan segera meminumnya tanpa membalas ucapan Nata. Begitu pula yang Raya lakukan pada Nata tak jauh dari sikap Bagas.

"Bagas Raya, nanti kalian kesekolah bareng papa ya, nanti pulangnya papa jemput" ujar Haris pada kedua anaknya.

"Oke pah" jawab Bagas dan Raya serentak. Nata hanya bisa tersenyum sendu melihat bagaimana lembutnya tutur kata Haris pada kedua kakaknya. Kapan ia bisa merasakan hal itu, Nata juga ingin makan bersama dengan keluarganya dalam satu meja makan, Nata juga ingin bersekolah seperti kedua kakaknya.

"Ngapain masih disini, sana pergi" usir Raya ketus. Nata tersentak mendengar bentakan kakak perempuanya itu.

"Ba-baik non, saya permisi" Nata segera pergi menuju dapur.

🌷

Siang harinya, seperti biasa Nata akan membersihkan mansion mewah keluarganya itu. Mengelap benda - benda mewah yang jauh dari kata murah.

Sampai pandanganya tertuju pada bingkai foto yang cukup besar, terpampang didinding. Itu adalah foto keluarganya dan tentunya tanpa Nata.

Nata juga ingin ikut foto keluarga bersama, tapi apalah daya ia hanya numpang disini. Jadi Nata tau kalau dia harus sadar diri.

"Kapan kalian mau menganggapku? Aku tak masalah kalian selalu memukuliku, tapi yang terpenting aku menyayangi kalian" monolog Nata lirih, sembari mengelus poto keluarganya itu.

Tanpa Nata sadari, ternyata ada seseorang yang mendengar ucapanya tadi. Entah kenapa hatinya sakit mendengar penuturan Nata?.

Nata merasakan kepalanya yang kembali pusing tiba - tiba terhenti. Berpegangan pada benda - benda yang berada disekitarnya. Tapi mungkin keberuntungan sedang tidak berpihak padanya. Ia tak sengaja menyenggol vas bunga mahal kesayangan mamanya.

Prangg

Maya yang mendengar kegaduhanpun akhirnya mendekati sumber suara.

"Apa - apaan ini, vas bunga kesayanganku" maya berteriak menyayangkan vas bunga mahal kesayanganya itu.

Sedangkan Nata yang masih bergetar hanya bisa menunduk sembari mencoba menahan keseimbangan badanya itu agar tidak terlihat lemah dimata mamanya.

"Ma-maaf nyonya sa-saya tidak sengaja" ucap Nata gemetar.

Maya menatap nyalang kearah Nata yang masih setia menunduk, amarahnya memuncak.

"Enak banget kamu ngomong maaf, kamu tau harga vas ini jauh lebih mahal dari pada harga kamu anak prmbawa sial. Seharusnya dulu saya menggugurkan kamu saat masih berada dikandungan"

Jleb

Sebegitu tidak pentingkah kehidupanya, sampai - sampai orang tuanya sendiri pernah memiliki niat untuk membunuhnya.

Sakit yang mendera dikepala Nata tak kunjung mereda dan malah bertambah sakit. Nata berusaha mati - matian menahan ringisanya, tapi ia sudah tak tahan.

"Shhhh, sakit ma" Nata luruh kelantai sembari memukul - mukul kepalanya yang semakin sakit.

"Sa-kit ma to-long" lirih Nata masih mencengkram kepalanya. Tak terasa darah kembali meluncur dihidung mungilnya. Sangat deras hingga berjatuhan kelantai.

Maya membeku melihat anak bungsunya itu kesakitan. Tak ada niatan pada dirinya untuk menolong anak yang masih meringis kesakitan itu.

Ada rasa sakit didalam hatinya, mau bagaimanapun Nata tetap darah dagingnya yang pernah ia kandung selama 9 bulan lamanya. Tapi lagi - lagi ego mengalahkan rasa kasihanya itu.

Bahkan sampai Nata tak sadarkan diri, Maya tetap diam tak berkutik. Sampai suara Hana kembali membuyarkan lamunanya.

"Yaallah, Nata kenapa nyah? Kenapa bisa kayak gini? " tanya Hana mukai khawatir. Entah kenapa, setelah Nata memeluknya kemarin, ia merasa mulai menyayangi anak itu.

Hana dengan cepat membawa Nata kembali kedalam gudang yang tak lain adalah kamar Nata.

Apa dia sakit parah?

Tbc

Jangan lupa vote dan komen guys

Natanael (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang