Nata mengerjapkan matanya perlahan, mencoba menetralkan pandanganya. Netranya menelisik kesetiap sudut ruangan yang ia tempati sekarang. Nata meringis kala tubuhnya terasa nyeri.
Nata bangkit dengan perlahan dari tempatnya, kemudian mengambil celananya dan memakainya.
Nata berjalan pelan keluar dari rumah tua itu, berharap semoga dia bisa pulang dengan selamat.
🌷
Raya mengendarai mobilnya sambil terus mendumel. Pasalnya, dia harus memutar arah karena ada sebuah kecelakaan dijalan. Dan berakhirlah dia sekarang harus lewat jalan lain yang jaraknya lebih jauh untuk bisa sampai dimansion.
Matanya menyipit kala melihat sosok remaja yang sangat ia kenali. Raya memberhentikan mobilnya fan menepikanya dipinggir jalan.
Raya turun dari mobilnya, kemudian berjalan menghampiri Nata yang masih berjalan dengan tertatih. Entah kenapa, dia merasa kasihan dengan adiknya itu. Jangan lupakan, bahwa selama ini Raya hanya melihat jika Nata disiksa oleh keluarganya, dan sesekali ikut membentak karena terpaksa atas perintah dari Haris dan Maya.
"Kenapa? " tanya Raya pada Nata.
"Non, non ngapain disini? " bukanya menjawab, Nata malah bertanya balik. Raya dapat menangkap dengan jelas suara Nata yang nampak bergetar.
"Lo mimisan"
Brukk
Nata jatuh pingsan sesaat setelah Raya mengatakan bila Nata mimisan. Raya yang panik langsung menggendong Nata untuk dibawa kerumah sakit.
Ringan banget. Nata pernah makan gak sih, batin Raya.
🌷
Disinilah mereka sekarang, diruang rawat rumah sakit. Sedari tadi Raya tak henti-hentinya menggenggam tangan kurus nan dingin milik adiknya itu.
"Kondisi adik kamu cukup menghawatirkan. Penyakit leukimia yang dia derita sudah memasuki stadium akhir, dan... Maaf, adik kamu sepertinya sudah dilecehkan oleh seseorang"
Sederet kalimat dari dokter yang selalu terngiang-ngiang dikepala Raya. Sebegitu parahkah kondisi adiknya itu? Bahkan dengan kondisi seperti itu Nata masih bisa menebarkan senyum manisnya.
Eugh
Nata kembali mengerjap, merasakan jika tanganya digenggam seseorang. Nata tersenyum senang ketika netranya menangkap kehadiran sang kakak yang sekarang masih menggenggam tanganya sembari menangis.
"Adek udah bangun? Apa yang sakit hmm" tanya Raya sembari mengusap lembut surai hitam milik Nata. Dan yah, rasanya Nata ingin berteriak pada dunia bahwa saat ini dia merasa sangat bahagia.
"Nata baik non. Maaf, nata ngerepotin" ucap Nata sambil menunduk.
"Panggil kakak aja. Kamu nggak nyusahin kok. Maaf ya, kakak selama ini udah jahat sama kamu" tutur Raya membuat Nata semakin mengembangkan senyumnya.
"Nata boleh peluk kakak? " pinta Nata takut-takut. Dengan cepat, Raya langsung memeluk Nata erat.
"Hangat. Makasih kak" gumam Nata kembali membuat Raya kembali meneteskan air matanya.
🌷
"Hiks...hiks...sakit..akhh... Sakit kak" rintih Nata membuat Raya kalang kabut sendiri.
Setelah tadi Nata bangun, dia langsung menangis sembari mencengkram kuat kepalanya.
Raya sedari tadi hanya mencoba menghentikan aksi Nata yang bisa saja menyakiti dirinya sendiri. Sampai dokter datang dan memeriksa keadaan Nata.
"Gimana dok? " tanya Raya panik.
"Kondisi adik kamu mulai memburuk. Kecil kemungkinan adik kamu akan sembuh. Saya tidak bisa menjamin sampai kapan adik kamu akan bertahan. Saya permisi"
Kalimat itu, adalah kalimat yang tidak ingin Raya dengar. Dia tidak sungguh-sungguh saat mengatakan jika dia menginginkan Nata mati waktu itu. Dia hanya dipaksa oleh Bagas.
Raya kembali meluruh saat melihat Nata yang masih terbaring lemah dibrankar. Selama ini Nata tersiksa dan tidak ada seorangpun yang mau peduli padanya.
"Kakak jangan nangis, Nata minta maaf" ucap Nata lirih.
"Maafin kakak, kakak nggak becus jadi kakak buat kamu hiks..hiks..maaf" sesal Raya sambil menggenggam tangan Nata.
"Nata sayang kakak" gumam Nata pelan sambil tersenyum manis kearah Raya.
Makasih tuhan, akhirnya Nata bisa merasakan kasih sayang dari aalah satu keluarga Nata........
Tbc
Gak tega juga lama-lama nyiksa terus.
Vote
Komen
Makasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Natanael (END)
Teen FictionPROSES PENERBITAN Tak ada yang indah dari kehidupanya. Hanya benci,makian,pukulan,dan segala hal menyedihkan lainya. Sedari kecil,tak pernah sekalipun dia mersakan belaian kasih sayang keluarganya. Bahkan saat ia divonis penyakit mematikan pum,kelua...