Nata mengerjap beberapa kali menetralisir penglihatanya. Menelisik setiap sudut ruangan yang ia tempati beberapa hari ini. Ingatan tentang Haris yang menjambaknya tempo hari, masih meninggapkan bekas sakit dan nyeri dikepalanya.
Matanya menelisik ruang rawatnya yang sepi seperti tak ada tanda - tanda kehidupan. Mungkin Zidan sedang menangani pasien lain, Nata tak bisa terus bergantung pada Zidan.
Sudah satu jam lamanya Nata sendirian dikamar rawatnya. Sampai terdengar suara pintu yang terbuka, membuatnya menoleh sembari mengembangkan senyum manis yang ia miliki.
"Hai Nata, sudah bangun ternyata" sapa Zidan sembari tersenyum kearah Nata.
"Sudah om, makasih udah mau peduli sama Nata." Mata Nata sudah berkaca - kaca karena ia terharu.
"Iya sama - sama, toh kamu juga kan pernah tolongin om dulu" ucap Zidan mendekati Nata sambil mengelus surai hitam keponakanya itu.
Nata memejam, merasakan usapan yang dilakukan Zidan. Rasanya sangat menenangkan, sejenak ia melupakan sakit yang sedari tadi terasa.
"Nata sayang om Zidan" monolog Nata pelan tapi masih terdengar oleh Zidan.
"Makan ya" tawar Zidan yang langsung diangguki Nata.
Zidan lalu keluar kamar sebentar, lalu kembali masuk lagi sambil membawakan bubur, air putih, serta obat untuk Nata.
"Kamu makan sendiri ya, om mau keluar bentar cari makan " ucap Zidan sembari meletakkan nampan berisi makanan itu diatas nakas samping brankar Nata.
"Iya om, nggak papa kok", setelah Nata mengucapkan itu, Zidan mengangguk pelan lalu keluar kamar rawat Nata.
Nata mencoba bangun untuk duduk. Tubuhnya yang masih sangat lemah sungguh merepotkanya. Setelah penuh perjuangan ia untuk duduk, Nata segera mengambil semangkuk bubur lalu menaruhnya dipangkuanya.
Tanganya mengambil sesendok bubur dengan tangan gemetar, bahkan belum sempat bubur itu masuk kemulutnya, sendok itu sudah kosong karena buburnya tumpah kembali kemangkuk.
" ayo dong, jangan lemah gini"monolog Nata pelan mencoba memberi motivasi untuk dirinya sendiri.
Setelah hampir dua jam lamanya ia makan, akhirnya Nata sudah membali terbaring dibrankarnya sendirian.
🌷
Nata tersenyum sendirian, membayangkan jika saja Haris, Maya, Bagas, dan Raya berada disini, diruang rawatnya.
Membayangkan jika keluarganya menghawatirkanya. Ia ingin diperhatikan, disayang, dielus, walau hanya semenit saja Nata sudah sangat bersyukur.
Tapi, yasudahlah ia tau ia bukan siapa - siapa dikeluarganya. Sudah diperbolehkan menumpang hidup saja, ia sudah sangat bersyukur.
Ceklek
Pintu kamar rawat Nata terbuka, menampilkan sosok pria tampan yang tak lain adalah Zidan.
"Lagi ngapain sih, hmm? " tanya Zidan lembut.
"Nggak ngapa - ngapain kok om" jawan Nata sembari tersenyum.
"Nata, om mau ngomong serius. Kamu kena leukimia. Tapi jangan sedih, baru stadium 2 kok. Masih ada kemungkinan untuk sembuh, tapi dikit" jelas Zidan membuat Nata bingung. Jangan lupakan kalau Nata tidak pernah sekolah, bahkan baca tulis saja ia tak bisa.
"Emmm, itu penyakit yang mematikan Nata. Tapi kamu bisa melakukan kemoterapi" lanjut Zidan semakin membuat Nata berpikir keras.
"Kemoterapi? Apa itu? " tanya Nata akhirnya.
"Itu salah satu prosedur pengobatan, biar penyakit kamu bisa sembuh. Tapi biayanya mahal, dan om nggak bisa bantu biayain" jelas Zidan lagi. Nata sudah mulai paham sekarang.
"Nggak om, nggak usah kemoterapi nggak papa kok. Nata nggak punya uang, lagi pula kalo nanti Nata udah nggak ada, papa, mama, sama kakaknya Nata pasti seneng. " ucap Nata sambil tersenyum sendu.
"Hus, kamu nggak sopan ya. Kamu itu harus panggil Kak haris dengan sebutan tuan begitu juga sama kak maya, bagas sama raya" ujar Zidan memperingati.
Nata menunduk, merutuki ucapanya tadi yang sangat tidak sopan.
"Ma-af om, Nata janji nggak lakuin lagi" sesal Nata.
Semua hening, sampai setetes darah jatuh mengenai selimut Nata yang berasal dari hidung Nata.
"Nata, kamu mimisan. Kepala kamu pusing nggak? " tanya Zidan agak panik.
Nata mengangguk sebagai jawaban, kepalanya sakit bukan main dan tubuhnya lemas.
Sampai detik berikutnya, Nata jatuh pingsan karena darah mimisanya tak kunjung berhenti.
Nata jatuh pingsan, lagi.
Tbc
Jangan lupa vote dan komen guys
KAMU SEDANG MEMBACA
Natanael (END)
Teen FictionPROSES PENERBITAN Tak ada yang indah dari kehidupanya. Hanya benci,makian,pukulan,dan segala hal menyedihkan lainya. Sedari kecil,tak pernah sekalipun dia mersakan belaian kasih sayang keluarganya. Bahkan saat ia divonis penyakit mematikan pum,kelua...