Bagian 2

16.2K 1.1K 51
                                    

Tak banyak yang ia minta, hanya kasih sayang tulus dari keluarganya. Namun itu ternyata sangatlah sulit untuk ia dapatkan.

Didalam sebuah gudang, terlihat seorang remaja yang masih meringkuk dipojokan. Dahinya berkerut, menandakan jika ia sedang menahan rasa sakit yang teramat.

Ia sudah sadar dari tidurnya sedari tadi. Ah bukan tidur, tapi pingsanya. Rasa sakit dikepalanya tak kunjung hilang, tapi untung saja rasa sakitnya tak sesakit tadi.

Keringat dingin yang sedari tadi mengucur berhasil membuat baju lusuh dan terlihat berlubang itu basah.

Nata hanya bisa meringis sesekali. Ingin rasanya berteriak meminta pertolongan, tapi itu tak akan pernah terjadi. Kalaupun ada orang yang datang, itu pasti maid yang akan memarahinya karena berisik.

Setelah dirasa sakit dikepalanya mulai reda, Nata mencoba membuka matanya. Menetralisir penglihatanya yang masih memburam.

"Udah sore, kakak pasti udah pulang" lirih Nata lalu dengan sekuat tenaga ia bangkit.

Berpegangan pada dinding dan barang - barang, agar tak terjatuh.

Nata menggeleng perlahan, mencoba menghilangkan rasa sakit dikepalanya. Setelah beberapa saat, akhirnya rasa sakit itu perlahan lenyap. Meskipun masih ada, tapi Nata masih bisa menahanya.

🌷

Setelah sampai diruang tengah, benar saja Bagas dan Raya sudah pulang.

Nata tersenyum melihat kedua kakaknya itu. Ia juga ingin bersekolah seperti kedua kakaknya, tapi kata papanya ia tak pantas.

"Heh, cepetan pijitin kaki gue, malah senyum - senyum sendiri. Gila lo" ucap Bagas ketus.

Nata yang terkejut pun akhirnya menunduk. Ia takut melihat tatapan tajam milik Bagas dan Raya.

"B-baik den" ujar Nata menunduk. Lalu dengan segera, ia duduk dilantai, dan mulai memijat kaki Bagas yang diletakkan diatas meja. Sedangkan Bagas dan Raya masih asyik menonton televisi diatas sofa.

Ini memang sudah kebiasaan, jika Bagas pulang pasti Nata disuruh memijit kakinya.

"Yang bener dong mijitnya, bisa mijit gak sih? Jadi cowok lembek amat" marah Bagas sambil menendang dada Nata hingga membuatnya tersungkur kebelakang.

"Ssss" Nata meringis saat merasakan dadanya yang nyeri akibat tendangan Bagas.

"Halah, lembek banget sih. Baru ditendang gitu doang udah kesakitan. Mati aja lu sana" bukan Bagas yang berucap, tapi Raya yang sedari tadi melihat.

"M-maaf non, tapi saya lagi gak enak badan" ucap Nata masih memegangi dadanya yang sudah naik turun tak beraturan.

"Heh, kalo sakit jangan deket - deket
Entar nular lagi. Hih mampus aja lo situ. Sana pergi - pergi" usir Raya. Nata hanya mengangguk, lalu segera beranjak dari tempat kedua kakaknya itu.

🌷

Disinilah dia sekarang, didalam gudang yang sialnya adalah kamarnya. Mencengkram kuat dadanya dengan tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya masih memegangi kepalanya yang sakit.

"Ssssh, sa-sakit mama pa-pa aku sakit. Hiks....hiks...sakit...hiks....sakit ma" racau Nata dengan nafas yang masih tak beraturan.

Nafasnya memburu, dadanya naik turun tak beraturan. Kepalanya sakit luar biasa. Dan tak ada seorangpun yang menghawatirkanya.

Nata tersenyum miris, bahkan kalau sampai dia matipun mungkin juga tidak akan ada yang menghawatirkanya. Justru keluarganya akan senang.

Brak

Pintu gudang terbuka kasar, menampilkan seorang maid dengan wajah yang panik.

"Nata, kamu dipanggil tuan" ucap maid tadi agak gusar, mungkin dia habis berlari.

Nata yang mendengar itu, langsung mengusap jejak air matanya. Lalu segera bangkit. Mungkin papanya akan memberikan hadiah untuknya.

"Sana cepetan, sebelum tuan nunggu lama. Mungkin dia akan memberimu hadiah lagi" suruh maid itu.

Nata mengangguk, lalu segera beranjak menemui papanya.

"A-ada apa tuan manggil saya? " tanya Nata takut.

"Cih, kamu pasti tau apa alasan saya memanggilmu"

Nata tersenyum kecut, ia sangat tau alasanya. Pasti Haris memiliki masalah dikantor, dan berakhir dengan melampiaskan kemarahanya pada Nata.

"Tau tuan. Saya siyap" Nata pasrah. Sudah berulang kali ia pernah mencoba menolak, dan berakhir dengan dia dipukuli juga.

Haris tersenyum smirk, lalu mendekati lelaki berwajah yang hampir mirip denganya.

Dengan cepat Haris langsung memukuli Nata tanpa ampun. Dan sasaranya berada dibagian perut, punggung, dada, dan kepala.

Bugh

Bugh

Bugh

Bugh

Bugh

Bugh

Entah sudah berapa pukulan yang Haris berikan, ia masih tak puas. Haris langsung mengambil cambuk yang tadi sudah ia siapkan dimeja.

Ctar

Ctar

Ctar

Ctar

Nata menggigit bibir bawahnya sebagai pelampiasan. Tubuhnya benar - benar lemas, ia tak bisa berbuat apa - apa. Haris memukulinya secara membabi buta. Entah masalah apa yang dihadapi papanya itu hingga semarah ini.

Ukhuk ukhuk

Hoek

Nata terbatuk hebat dan muntah darah ketika Haris menendang dadanya. Dan setelah itu, kegelapan kembali merenggut.

"Cih, dasar lemah. Cepat kalian bawa anak itu pergi dan bersihkan darah itu" perintah Haris pada maid yang sedari tadi hanya melihat.

Tbc

Jangan lupa vote dan komen guys.

Adakah yang mau request visualnya Nata?

Natanael (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang