Bagian 9

11K 880 40
                                    

Nata tersentak saat melihat nasinya itu berserakan dilantai karena Maya yang menendangnya. Nata hanya menunduk dalam, ia takut. Nata merutuki kebodohanya karena sudah berani memakan nasi itu.

"Ma-af nyonya" hanya itu yang dapat Nata ucapkan.

Maya berdecih sebelum kemudian meludahi Nata yang masih tertunduk dalam. Nata hanya bisa pasrah merasakan ludah Maya yang mengenai rambutnya. Ia sudah terbiasa akan hal itu.

"Sekali lagi saya lihat kamu makan nasi yang belum saya makan, saya akan habisi kamu. Paham" bentak Maya dengan penekanan diakhir kalimatnya.

"Ba-baik nyonya" balas Nata gugup.
Maya langsung beranjak pergi meninggalkan Nata yang masih menunduk.

Hana tak tega melihat Nata diperlakukan seperti itu, tapi apa boleh buat. Ia hanya seorang maid yang tidak punya kuasa sama sekali.

Nata beranjak membersihkan nasi - nasi yang berserakan kembali keatas piring. Meniup pelan nasinya saat melihat ada debu yang menempel.

Nata kembali duduk dilantai, berniat memakan nasi yang sudah ia kumpulkan tadi.

Tak terasa, cairan bening kembali luruh membasahi pipinya. Hana menangis melihay betapa menyedihkanya kehidupan seorang Natanael.

"Nata, itukan masinya udah kotor. Bibi ganti yang baru ya" ujar Hana sambil membersihkan rambut Nata dengan kain lap yang masih bersih.

Nata menggeleng pelan, lalu kembali tersenyum manis.
"Nggak usah bi, nanti takutnya nyonya marah lagi" tolak Nata masih menampilkan senyumanya.

Hana yang sudah tak tahan, langsung memeluk erat Nata yang masih menunyah makananya itu.

Nata terkejut mendapat pelukan hangat dari Hana, lalu membalas pelukan Hana erat.

🌷

Malam harinya, Nata kembali dalam sakitnya. Kepalanya pening, semua yang berada disekitarnya terasa berputar. Cairan merah kental itu kembali mengalir dari hidung mungil Nata deras.

Nata langsung mengambil plastik obat yang berada didalam kardus. Mengambil obat itu lalu meminumnya tanpa bantuan air membuat rasa pahit itu langsung menjalar kesetiap sudut mulutnya.

Aku nggak boleh lemah, aku harus kuat demi papa, mama, kak bagas, dan kak raya, batin Nata berusaha memberikan semangat.

Nata kemudian mengembalikan plastik obatnya kedalam kardus. Obat itu dibelikan oleh Zidan, pertama dan terakhir kalinya. Nata harus berhemat karena ia tak mungkin membeli obat yang mahal itu. Jadi, ia hanya akan meminum obat itu saat terdesak saja.

Nata bangkit dari duduknya, kemudian beranjak keluar gudang untuk kembali melayani keluarganya.

"Pa, tadi pas ulangan Raya dapet nilai 90 loh" ujar Raya bangga. Jadi sekarang, semua keluarga Haris sedang duduk disofa ruang keluarga. Bahkan Nata juga ada disana sedang memijat kaki Bagas, lalu Raya, Maya, dan Haris yang terakhir. Iya, dia harus bergantian memijat mereka.

"Wah hebat dong, kalo Bagas gimana? " tanya Haris masih lembut sembari mengusap rambut Raya yang berwarna blonde itu karena diwarnai.

Bagas mendengus mendengar pertanyaan Haris.

"Baik kok yah" jawab Bagas sekenanya. Sambil memainkan game diponselnya dan bersandar dipundak Maya.

Nata juga ingin seperti itu, pengen ditanyai keadaanya, pengen duduk disofa, bukan dilantai. Nata hanya tersenyum tipis membayangkan jika dirinya berada ditengah tengah mereka.

"Heh anak penyakitan, gantian gue dong pijitin nih. Capek" suruh Raya ketus. Nata mengangguk kemudian beralih memijat kaki Raya.

Bagas yang tak terima langsung menyuruh Nata kembali memijatnya, tapi Raya menyuruh Nata memijat dirinya. Bagas yang saat itu sedang bad mood akhirnya bangkit.

"Heh, anak penyakitan mau nantangin gue hah? " Bagas mencengkram kerah baju Nata membuatnya menjinjit.

"Ma-af, den" ucap Nata lirih. Ia takut saat melihat mata elang milik kakaknya itu.

Bugh

Brak

Bagas memukul Nata, lalu mendorongnya hingga kepalanya membentur meja cukup keras membuat Nata meringis sembari mencengkram kepalanya kuat.

"Pergi kamu, saya muak melihat wajahmu yang sangat menjijikkan" usir Haris dingin.

Nata yang masih mencengkram kepalanya hanya mengangguk, lalu bangkit hendak pergi. Tapi sayangnya, kaki Bagas menjegalnya. Membuat Nata jatuh tersungkur dilantai.

"Hahahahahaha" tawa menggelegar memenuhi ruang keluarga itu, membuat hati Nata kembali terkoyak.

Nata bangkit, lalu tersenyum manis kearah keluarganya sebelum kemudian pergi kembali menuju kamarnya yang tak lain adalah gudang.






Tbc

Jangan lupa vote dan komen guys
Karena terlalu fokus sama ceritanya Aldefaro jadi lupa ama cerita ini. Huhu kasihan 😢

Natanael (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang