Bagian 10

11.7K 851 21
                                    

Nata berjalan pelan sembari menumpukan badanya pada dinding dan benda-benda yang berada disekitarnya.

Kakinya sakit saat tadi terjatuh, belum lagi kepalanya yang terasa dipukuli berton-ton baja semakin menyiksanya.

Penglihatan Nata memburam, tapi ia masih berusaha menjaga kesadaranya. Ini masih didalam mansion, jika Haris tau ia pingsan disini, sudah bisa dipastikan ia akan habis dipukuli atau bahkan diusir.

Hana yang melihat Nata berjalan tertatih langsung mendekatinya.

Nata yang sudah tidak kuat, terhuyung kedepan. Untung saja Hana bertindak cepat untuk menangkap Nata. Kalau tidak, sudah bisa dipastikan Nata akan terjatuh secara tidak elit dilantai dingin itu.

"Yaampun, kamu kenapa Nata" Hana merasa sangat khawatir saat Nata sudah mulai memukul-mukul kepalanya brutal.

"Hiks....hiks....sakit bi....hiks...sakit" adu Nata sembari menangis. Sakit rasanya melihat Nata menangis seperti itu. Tak pernah sekalipun Hana melihat anak itu menangis, tapi kali ini, untuk pertama kalinya ia melihat Nata menangis kesakitan seperti itu.

"Udah jangan dipukul gitu, nanti makin sakit Nata" Hana mencoba menghentikan aksi brutal Nata yang masih memukuli kepalanya sendiri.

Setelah Nata agak tenang, Hana langsung membawa Nata kegudang.

Ringan sekali tubuhnya, batin Hana semakin membuatnya kembali menumpahkan air matanya.

Setelah sampai digudang, Hana membaringkan tubuh Nata diatas koran lusuh. Lalu mengusap pelan surai hitam Nata yang sudah lepek karena keringat.

"Shhh, akhhh sakit bi, hiks....akhh" Nata terus meracau. Terdengar sangat memilukan hati Hana.

Sampai cairan merah kental itu meluncur bebas dari hidung Nata, membuat Hana kalang kabut. Ia dengan segera membersihkan darah mimisan Nata dengan bajunya.

"Nata, obat kamu mana? " tanya Hana dengan nada bergetar.

Nata hanya menunjuk kearah kardus. Ia tak kuat untuk bergerak ataupun hanya untuk berbicara.

Hana langsung beranjak mengambil air putih didapur, kemudian kembali kegudang.

Setelah meminum obat, Nata sudah mulai tenang. Hana beralih memijat pelipis Nata agar anak itu lebih baik.

Nata tersenyum tipis sebelum kemudian ia tertidur.

Hana tersenyum sendu saat melihat tubuh Nata yang bahkan sudah terlampau kurus, belum lagi kakinya yang sudah mulai membengkak. Hana tak tahu pemyebabnya, yang ia tahu itu pasti perbuatan keluarganya.


🌷

Dipagi yang cerah, Nata terbangun dari tidurnya. Ya, sebenarnya sudah siang sih, mungkin kakak-kakaknya sudah berangkat kesekolah. Tubuhnya masih terasa sakit, tapi ia masih bisa menahanya. Ia tak boleh terus-terusan berbaring digudang itu.

Nata berjalan sedikit diseret karena kakinya masih sakit. Mungkin ia bisa bantu-bantu membereskan mansion mewah itu.

Setelah sampai didapur, Nata tak menemukan adanya Hana disana. Biasanya Hana selalu berkutat didapur saat pagi seperti ini. Tapi didapur hanya ada satu maid.  Mungkin Hana ada dilantai atas.

"Bi, ada yang bisa Nata bantu nggak? " tanya Nata lembut sembari tersenyum manis.

Maid itu hanya melirik sinis lalu memberikan kertas berisi barang belanjaan kearah Nata.

"Nih, belanja bulanan. Semua udah aku tulis disitu. Kamu tinggal beli aja, gapake lama" suruh maid itu

"Nih uangnya, itu uangnya pas jadi kamu perginua jalan kaki" lanjut maid itu membuat Nata mengangguk.

Sudah biasa jika Nata disuruh pergi berbelanja bulanan dengan berjalan kaki, tapi bedanya sekarang kondisinya sedang tidak fit, belum lagi kakinya yang masih sakit.

Tapi apa boleh buat, ia tak mungkin menolak perintah maid itu atau dia akan dihukum.

🌷

N

ata berjalan menyusuri trotoar dengan pelan dengan kedua tanganya yang membawa barang belanjaanya.

Sungguh, tubuhnya sekarang sangat lemas, kakinya terasa semakin sakit. Oh, dan jangan lupakan jika Nata tidak memakai sandal karena ia tak punya uang untuk membelinya, dan itu membuat kaki Nata lecet-lecet bahkan sampai berdarah karena ia tak sengaja menginjak kerikil yang tajam.

Sinar matahari terasa tepat berada diatas kepala Nata, membuat kepalanya lagi-lagi terasa pening. Nata menunduk merasakan sakit dikepalanya.

Kamu harus kuat Nata, rumahnya masih jauh, batin Nata.

Nata duduk dipinggir trotoar sembari memijat pelipisnya pelan. Sampai ada sebuah mobil mewah yang berhenti tepat disampingnya mengharuskan dirinya mendongak. Ia mengenali mobil itu karena itu mobil milik kakaknya.

"Wih, ada anak penyakitan nih" ujar Bagas sinis. Mata Nata sudah memburam, ia menatap Bagas penuh permohonan. Berdoa semoga ada belas kasih dari kakaknya untuk Nata.

Byurrr

Bagas menyiram Nata menggunakan air minum yang berada didalam mobilnya. Membuat baju serta rambut Nata basah.

"Hahahahahah, mampus aja lo situ" tawa menggelegar dari dalam mobil itu membuat Nata kembali menunduk.

Beberapa detik kemudian, mobil itu kembali melaju meninggalkan Nata yang sekarang sudah menangis.

"Hiks...hiks...kapan kalian sayang sama aku hiks..."









Tbc

Jangan lupa vote kalo suka.

Maapkan kalo banyak typo dan agak gajelas. Bisa bantu saran ya.

Sayang kalian banyak-banyak

Natanael (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang