Lamaran

3.8K 224 17
                                    

Rencana untuk mandi cepat harus molor berjam jam sebab ulah Adam. Keduanya benar benar melewatkan sarapan mereka, berkali kali Cathrina mengumpati Adam dengan kesal sebab ini hampir jam makan siang dan pria itu baru saja menyelesaikan aktifitasnya.

"Kau marah?" Tanya Adam datar, pria itu tengah mengenakan kaos polo ketat berwarna hitam dan juga celana jeans berwarna dark grey.

"Sudah tahu kenapa masih bertanya?" Ketus Cathrina, ia sendiri tengah sibuk mengeringkan rambutnya dengan hair dryer.
"Kau janji cuma sekali lagi, tapi nyatanya apa? Kita melewatkan sarapan dan lima menit lagi sudah masuk makan siang, kau benar benar membuatku mati kelaparan!" Imbuhnya.

Adam hanya terkekeh, lantas berjalan pelan menghampiri kekasihnya. Di kecupnya pelan puncak kepala Cathrina yang rambutnya sudah setengah kering itu.

"Jangan mulai lagi, Adam!" Kesal Cathrina.

"No Baby, aku tidak akan memulainya lagi. Sebagai permintaan maafku, bagaimana kalau kita ke Sharga sekarang! Kau pasti merindukan Vanya dan teman temanmu yang lain, bukan?" Bujuk Adam.

Cathrina segera berbalik lalu senyum cerah terpancar di wajah cantiknya. "Kau serius?"

"Sure Babygirl. Cepat selesaikan pekerjaanmu, aku akan ke ruang kerja sebentar!" Pamit Adam seraya mengecup singkat kening Cathrina sebelum meninggalkannya.

Adam selalu saja berhasil membuathnya luluh, walau hanya dengan hal sepele sekalipun. Bagaimana Cathrina bisa berlama lama memarahi Adam, pria berusia 32 tahun itu semakin hari semakin matang dan tampan saja. Cathrina sangat menyukainya, walaupun sejak awal gadis itu tau bahwa Adam bukanlah kriteria pria yang di inginkan Cathrina untuk di jadikan kekasih. Tapi keseksian dan kejantanan Adam membuat Cathrina benar benar terjatuh dalam dasar jurang cinta kasih Adam. Pria itu benar benar sudah merebut hati Cathrina.

Adam tengah fokus menatap MacBook miliknya, ia baru saja mendapatkan informasi terbaru mengenai keadaan Ammar yang di sekap oleh Dimitri. Pria berjambang dan berkumis itu menatap lekat layar laptopnya sembari memijit pangkal hidung mancungnya. Sebenci apapun Ammar padanya, Ammar tetaplah keluarganya. Adam sedang berusaha mencari cara untuk membebaskan pria itu dari Dimitri.

"Tyson, aku membutuhkan seorang agen intelegen yang bisa membantuku untuk menyelamatkan Ammar!" Ujar Adam dari balik ponselnya.

"Apa kau yakin, Sir?" Tanya suara dari seberang sana.

"Jangan membantahku, Tyson. Lakukan saja apa yang ku perintahkan!" Tegas Adam sembari menutup sambungan ponselnya. Ia menghembuskan nafasnya kasar. Ia harus bisa membebaskan Ammar, maka dengan itu ia bisa mengorek infornasi lebih dalam tentang Dimitri.

"Ada masalah?"

Ada terkesiap ketika suara lembut itu menyapanya dari ambang pintu.

"Nothing, tadi Tyson yang menghubungiku. Dia bilang sudah mengalihkan semua asset bisnis itu kepada Ethan." Dusta Adam.

"Jangan membahayakan dirimu sendiri, oke! Seenggaknya jaga dirimu untukku!" Cathrina mengelus rahang tegas milik Adam lalu mengecup pipi itu.

"Tidak akan, Sayang! Ayo kita berangkat sekarang. Aku tau kau pasti sangat lapar!" Ajak Adam.

Cathrina mengangguk lantas berjalan beriringan dengan Adam yang merangkul bahunya. Sia sia masakan Cathrina pagi ini, sebab keduanya sama sama tidak menyentuh makanan itu sama sekali.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 30 menit akhirnya Adam dan Cathrina sudah sampai di Sharga caffe. Semua masih terlihat sama, hanya interornya yang ada sedikit perubahan dari warna cat dan juga furniturenya. Tiga tahun berlalu, namun Vanya, Arumi dan Raven masih saja bekerja disana.

"Vanya!" Seru Cathrina dengan girangnya.

Gadis tomboy yang sedang asik mengelap meja itu terlonjak kaget, ketika seseorak menyerukan namanya.

"Cathrina! Ini benar dirimu?" Pekik Vanya terkejut. Berkali kali gadis itu mengucek matanya, namun Cathrina masih berada disana. Ia tak menghilang karena Vanya tidaklah berhayal siang ini.

"Kau pikir aku hantu, atau zombie?" Dengus Cathrina. Vanya tersenyum senang lantas menubruk tubuh sahabatnya hingga hampi saja terjungkal kalau Adam tidak dengan sigap menahan tubuh Kekasihnya.

"Kau kemana saja? Kami semua mencemaskanmu, Cath!" Mata Vanya terlihat berkaca kaca.

"Aku liburan, di Indonesia ada salah satu pulau yang sangat indah disana!" Ungkap Cathrina.

"Sayang sekali kau tak mengajakku!" Sungut Vanya.

"Nanti kalau aku menikah, aku akan membawa semua orang kesana. Benar kan?" Cathrina menatap Adam sembari mencubit lengan kokoh itu.

Adam sedikit terkejut dengan ungkapan Cathrina soal pernikahan. Apa mungkin ini adalah kode untuk dirinya bahwa kekasihnya sudah siap menyandang status sebagai Mrs.Adam? Entahlah...
Adam tidak bisa menjawab ucapan Cathrina saking senangnya.

"Benarkan?" Timpal Cathrina lagi.

Sedangkan Vanya menanti jawaban Adam dengan penuh harap.

"Eemm.. yaa, tentu saja Sayang!" Adam meraih kepala Cathrina untuk mengecup pelipis gadis itu.
"Ohh ya, tolong bawakan makanan untuk kami. Saya tunggu di ruangan!" Perintah Adam kemudian mendapat anggukan patuh dari Vanya.

Pria kekar itu segera menggiring kekasihnya menuju kantornya. Cahtrina hanya bisa mengikuti ajakan Adam, padahal ia ingin mencari Arumi dan Raven yang tidak nampak sejak tadi.

"Sayang, kau serius dengan ucapanmu tadi?" Tanya Adam setibanya mereka di ruang kerjanya.

"Maksudnya?" Cathrina mengerutkan kening mendengar pertanyaan Adam.

"Will you marry me?"

"Kau melamarku?" Sahut Cathrina.

"Kurasa begitu!" Jawab Adam santai.

"Yes i will!" Cathrina tersenyum kemudian memeluk Adam erat.

"Apa aku sedang bermimpi, Sayang?"

"No, kau dalam keadaan sadar Sayang! Tapi, mengingat uangmu yang sangatlah banyak seharusnya kau melamarku dalam suasana romantis!" Protes Cathrina mengerucutkan bibirnya.

"Aku bisa saja melakukan apa saja yang kau mau, tapi aku takutnya nanti setelah semuanya ku persiapkan, kau menolakku lagi. Jadi uangku anak terbuang sia sia untuk itu!"

"Kau ingat waktu itu aku baru 24 tahun. Dan sekarang, kurasa sudah waktunya aku untuk mencari seorang suami!" Tutur Cathrina sembari mengelus rahang Adam.

"Dan calon suamimu akan mengabulkan semua keinginanmu, termasuk menyelenggarakan pernikahan di Indonesia." Adam mengecup singkat bibir Cathrina, sebelum akhirnya Vanya dan salah satu rekannya datang dengan membawa berbagai macam makanan.

"Thanks Vanya!" Ucap Cathrina sebelum Vanya pergi meninggalkan ruangan kerja Adam.

Cathrina segera menyantap berbagai makanan yang Vanya bawakan sebab perutnya yang bergetar sejak tadi. Tak peduli dengan Adam yang masih sibuk dengan Macbooknya. Yang jelas Cathrina ingin memenuhi perutnya dengan makanan makanan lezat yang berada di hadapannya sekarang.

~TBC...

I Wanna You x Michele Morrone #2 (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang