Tolong, tandai bagian yang typo...
Prilly berdiri dan menjauh dari Ali. Bibirnya terkatup rapat namun entah kenapa matanya justru berkaca-kaca. Dia menatap Ali dengan tatapan tak percayanya.
Mungkin, dalam keadaan normal, dia akan merasa bahagia mendengar ucapan Ali. Tapi, keadaan yang dia hadapi saat ini begitu pelik. Dimana dia dekat dengan Ali namun terasa jauh. Dia disatukan dengan Ali melalui status tunangan namun tak ada sesuatu yang menyenangkan dibalik status pertunangan ini. Semua hambar.
"Kenapa menjauh?" tanya Ali menatapnya dengan sebelah alis terangkat.
Gelengan kepala dia berikan pada Ali sebagai jawaban. Bibirnya kelu untuk membuka suara karena sesak di dadanya benar-benar menyakitkan membuat tubuhnya seperti mati rasa.
"Aku...aku mau naruh piring kotor dulu ke dapur," ujarnya yang langsung meletakan piring yang tersisa beberapa sayuran yang tidak Ali makan ke nampan. Sebelum benar-benar pergi, dia menyodorkan air minum pada Ali.
Bukannya meraih air minum yang dia sodorkan, Ali justru menarik tangannya hingga dia jatuh terduduk di dekat Ali dengan kedua tangan berada di dada bidang lelaki itu.
Belum sempat dia mengumpulkan kesadarannya, tiba-tiba ringisan Ali terdengar membuatnya langsung menjauh dari Ali. Dia tercengang melihat air yang sebelumnya dia genggam kini tumpah dan membasahi baju Ali dan mengenai luka lecet di tangan kanan lelaki itu.
Dia panik dan tak bisa berpikir jernih selain meraih tangan kanan Ali dengan gerakan pelan. Dia meniup-niup luka itu dan sesekali mengusap air yang mengenai luka itu menggunakan sweater bagian lengan yang dia kenakan dengan gerakan pelan. Melihat baju Ali yang basah, dia kelimpungan. Bingung harus bagaimana. Mengganti baju Ali atau mengobati luka Ali.
Ketika dia mendongak guna menatap wajah Ali yang mungkin kesakitan, dia dikejutkan dengan sentilan di keningnya membuatnya mengerjap. Menatap wajah Ali, saat itu pula tatapannya bertemu dengan tatapan Ali yang menyungging senyum tipis?
Dia gelagapan. Memangnya...ada yang lucu? Apa tindakannya barusan mengandung humor? Jika iya, bagian mana?
"Awshh...," ringisnya yang kontan memegangi keningnya ketika Ali kembali menyentil keningnya. Matanya berair karena Ali menyentil keningnya tepat di jerawat yang baru tumbuh dan sakitnya bukan main.
"Jerawat baru, eh?"
Dia hanya mengangguk dan mengusap pelan keningnya yang terdapat benjolan kecil, dimana jerawatnya yang baru tumbuh.
"Lo gak pakek saleb jerawat?"
Pertanyaan Ali menghentikan gerakannya yang mengusap jerawatnya. Dia menatap Ali sebelum pada akhirnya menggeleng, "Gak mempan," jawabnya.
"Faktor genetik?"
Dia hanya mengangguk karena tidak tahu apa yang Ali maksud. Melupakan jerawatnya yang sakit, dia kembali menatap Ali khawatir sekaligus takut karena telah menumpahkan air ke tubuh atas lelaki itu.
Eh, tapi kan, dia menumpahkan air ke tubuh lelaki itu karena tarikan lelaki itu yang secara tiba-tiba. Jadi....
"Bukannya karena tersumbatnya pori oleh sebum atau minyak, sel kulit mati, dan bakteri?"
"Eh?"
Ali berdecak dan memutar bola mata malas. Telunjuknya kembali menyentil kening Prilly dan mengenai jerawat gadis itu. Ketika Prilly meringis, dia menepuk puncak kepala gadis itu dengan tangan kirinya.
"Lo gak gonta-ganti sabun muka, kan?" tanyanya, mengabaikan tatapan terkejut gadis yang menjadi tunangannya itu.
Prilly menggeleng, namun sedetik kemudian mengangguk dan berakhir menggaruk kepalanya yang tak gatal.
KAMU SEDANG MEMBACA
War Of Hormones
Teen FictionSemua orang tahu bahwa Ali dan Prilly berstatus sebagai tunangan. Namun, tak ada yang tahu seperti apa kehidupan Ali dan Prilly. Ali baik dan romantis, menurut pandangan orang lain. Tapi menurut Prilly, Ali adalah sosok misterius yang memiliki bany...