War Of Hormones | 22

5.8K 501 89
                                    

Love - RM of BTS

Tandai bagian yang typo...

Melakukan rutinitas seperti biasa, pada malam hari sebelum tidur, Prilly memakai masker green tea sembari menemani Ali yang malam ini bertandang ke rumahnya. Wajahnya yang tertutupi masker tak pernah lepas dari tatapan Ali membuatnya tiada henti mengalihkan tatapan ke arah lain. Bukan tanpa alasan Ali bertandang ke rumahnya semenjak tiga hari menyandang kembali status tunangan. Ali memberinya cincin sebagai simbol jika dia sudah ada yang punya.

Sebelumnya, dia sempat menolak saat Ali mengajaknya ke toko perhiasan karena cincin yang lelaki itu beli diambil kakaknya dan sama sekali tidak dikembalikan oleh kakaknya. Sebagai gantinya, malam ini Ali memaksanya untuk memakai cincin yang lelaki itu berikan padanya.

Dengan mulut terkatup rapat takut maskernya bengkak, dia bersandar pada sofa sembari menatap Ali yang tengah mengotak-atik ponselnya. Dia diam ketika Ali mengambil alih ponselnya dan membalas chat yang masuk baik dari teman ceweknya atau teman cowoknya.

Syukurnya, Ali tak seprotektif cowok-cowok yang pernah dia baca di novel. Ali memang membatasi pergaulannya, tapi bukan berarti mengekang. Ali memperbolehkannya berteman dengan teman cowok asal bisa jaga sikap dan membatasi diri. Ali memberinya kebebasan dengan tidak melulu memprioritaskan Ali. Dia cukup senang akan itu, setidaknya selama ke depannya dia merasa tak seperti burung dalam sangkar.

"Lo masih sering chattingan sama Devon?"

Pertanyaan dengan nada ketus itu membuatnya terperanjat dan mengerjapkan mata. Merapatkan tubuhnya pada Ali, dia menatap layar ponselnya yang terlihat room chatnya dengan Devon. Dia mengangguk sebagai jawaban. Tak mau menutup-nutupi sesuatu dari Ali karena sekeras apapun dia berbohong, Ali pasti mengetahui itu.

Dia menatap cemas layar ponselnya dan wajah masam Ali. Namun di detik selanjutnya, dia bernafas lega ketika lelaki itu kembali menscroll chatingan lainnya.

Menyandarkan kepala pada lengan Ali, dia menatap layar ponselnya yang berisi chat-chat yang sangat monoton, kebanyakan grup. Chat personal saja kurang lebih ada lima. Sesuram itu hidupnya.

Namun tiba-tiba, dia dikejutkan dengan tindakan Ali yang menyodorkan ponselnya ke arahnya.

Mengerti arti tatapannya, Ali berkata, "Gue ambil alih ponsel lo, lo juga harus ambil alih ponsel gue. Biar adil. Gue gak mau lo ngerasa gak nyaman karena kelakuan gue yang berlebihan ini."

Setelah beberapa detik dia termenung melihat perlakuan lelaki itu yang kali ini semakin berbeda dan semakin berperasaan. Tak lagi semena-mena. Dia meraih ponsel yang Ali ulurkan.

Bingung.
Dia bingung harus bagaimana setelah ponsel lelaki itu berada di genggamannya. Dia tak seperti perempuan di luaran sana yang suka mengotak-atik ponsel kekasihnya. Dia hanyalah perempuan yang menerima apa yang terjadi, pasrah karena semua telah diatur oleh sang pencipta.

"Lo cek aja sama kayak yang gue lakuin ke ponsel lo," ucap Ali memecahkan kebingungannya.

Menurut, dia mulai membuka aplikasi chat dan dia tersenyum tipis melihat nama siapa yang berada di urutan teratas terakhir kali chattingan dengan Ali. Rita.

War Of HormonesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang