Filter - Jimin Of BTS
Tolong, tandai bagian yang typo...
"Ali."
Ali langsung mendekati Prilly setelah kedua mata yang terpejam itu kini menatapnya sendu. Digenggamnya tangan mungil yang begitu pas di genggamannya itu. Berkali-kali dia mengecup punggung tangan Prilly dengan perasaan lega.
"Ada yang sakit? Bagian mana yang sakit? Bilang ke gue, jangan cuma diem, gue bukan tipe cowok peka," racau Ali sembari menangkup wajah Prilly.
Prilly melihat sekitar yang ternyata dia masih berada di rumah Rita dan dia berada di ruang tamu, tempat terakhir sebelum dia jatuh pingsan.
Dia terduduk dan menggelengkan kepalanya dengan tatapan menyorot Ali dalam.
"Aku gak apa-apa. Mungkin, kecapean," jawabnya yang membuat Ali menghembuskan nafas beratnya.
"Seharusnya kita cepat pulang dan tidak perlu berlama-lama berada di sini. Sekarang, ayo kita pulang," Ali mengulurkan tangannya pada Prilly setelah meletakkan minyak kayu putih ke meja.
Prilly yang memang tak nyaman berada di rumah Rita, tanpa pikir panjang menerima uluran tangan Ali. Ali membantunya berdiri dan menuntunnya keluar setelah berpamitan kepada orang tua Rita yang sedari tadi menatapnya.
Namun tiba-tiba, bayi mungil yang berada di gendongan Mama Rita menangis yang spontan membuat langkahnya terhenti. Dia menatap Ali yang menatapnya tajam seolah berkata, "Pulang! Dia bukan siapa-siapa kita."
Dia menggeleng, menolak ketika Ali kembali menarik tangannya keluar. Dia memutar tubuhnya dan menatap bayi mungil itu dengan tatapan iba. Dia tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya. Yang jelas, saat ini dia melangkah mentap ke arah bayi itu.Dia hendak kembali meraih bayi mungil itu dengan sebuah keinginan untuk melindungi bayi itu. Tapi, belum sempat dia menggapai bayi itu, tiba-tiba Ali menggendongnya ala bridal dan membawanya keluar.
Dia kesal luar biasa dengan sikap Ali yang kekanakan dan terkesan tidak berperasaan. Apa lelaki itu tidak sedikitpun merasa kasihan kepada bayi itu? Bayi tidak berdosa namun kehadirannya karena sebuah dosa. Miris.
"Ali."
Dia meremas lengan Ali ketika lelaki itu telah siap di belakang kemudi dan akan menjalankan mobilnya. Dia menangis hanya karena mengingat tangisan bayi itu yang mengiris hatinya.
"Jangan nangis. Gue gak mau denger kalo lo nangis cuma karena bayi itu. Bayi itu gak ada hubungannya sama kita. Jadi, berhenti mikirin bayi itu," Ali mengusap air mata Prilly dan mengecup kedua matanya.
Prilly menggeleng dan menjauhkan tangan Ali yang mengusap pipinya.
"Tapi kematian Rita ada hubungannya sama kamu. Anak itu kehilangan sosok ibunya gara-gara kamu. Anak itu kekurangan kasih sayang gara-gara kamu. Dan kamu...malah membenci anak itu. Seharusnya di sini, kamu yang dibenci. Kamu membunuh Rita padahal dalam dendammu, Rita tak bersalah. Cara kamu salah dan malah menimbulkan dendam selanjutnya. Bagaimana kalau suatu saat anak itu mengetahui siapa pembunuh ibunya dan menimbulkan dendam seperti yang kamu rasakan sehingga anak itu membalasnya ke anak-anakmu kelak. Bukankah dendam terus berlanjut tanpa mengenal akhir."
KAMU SEDANG MEMBACA
War Of Hormones
Teen FictionSemua orang tahu bahwa Ali dan Prilly berstatus sebagai tunangan. Namun, tak ada yang tahu seperti apa kehidupan Ali dan Prilly. Ali baik dan romantis, menurut pandangan orang lain. Tapi menurut Prilly, Ali adalah sosok misterius yang memiliki bany...