Prolog

956 437 191
                                    

Sore ini langit yang biasanya memancarkan warna kuning kejinggaan berubah menjadi kelabu pekat.

Gumpalan awan hitam dan hembusan angin saat ini sedang menutupi sinar matahari di depan minimarket tempat gadis cantik berdiri menunggu seseorang.

Tes, satu rintik air menerpa ujung tangannya yang sedang dijulurkan kearah jutaan air yang jatuh dari langit. Senyumnya terbit dengan tulus saat mengingat kenangan-kenangan indah yang telah dilalui bersama orang-orang yang disayanginya.

Hujan yang selalu berkaitan dengan kata kenangan dan sendu, tapi tidak semua hujan itu sedih. Kenangannya dengan hujan selalu baik, hujan selalu menyelamatkannya.

"Sorry, lama," Ucap seseorang yang baru keluar dari minimarket dengan belanjaan ditangan kanannya sedangkan tangan kirinya memegangi kepalanya agar tidak kehujanan.

"Iya, udah semua 'kan, belanjanya?"

"Udah, kuy balik!"

Merekapun berjalan beriringan menuju mobil yang terpakir di depan minimarket tersebut. Untung saja Bundanya menyuruh mereka memakai mobil, kalau tidak bisa basah semua pakaiannya.

Zea duduk dikursi penumpang dengan seatbeltnya yang sudah terpasang rapi, begitupun dengan seseorang disampingnya yang mengambil alih mengemudi.

Sambil menunggu perjalanan menuju rumahnya, ia mengedar pandangannya kearah jendela mobil yang tertutup memperlihatkan jalanan kota yang tak begitu ramai karna hari sudah sore, ditambah hujan yang membuat orang-orang memilih untuk berdiam diri dirumah.

Jarak dari minimarket kerumahnya tidak terlalu jauh sekitar 2-3 menit saja bahkan dekat juga jika ingin berjalan kaki.

***

Sesampainya didepan gerbang rumah mewah yang bertulis 'Adnanda Family House' mobil yang mereka tumpangi berhenti sebentar menunggu Pak satpam membuka gerbang besar tersebut agar bisa masuk.

Tin

Sang pengemudi memberi isyarat tanda terimakasih kepada satpam tersebut yang dibalas anggukan dan senyum ramahnya. Pak Danu namanya, satpam yang sudah bekerja hampir 20 tahun dirumah ini.

Setelah mobil tersebut memasuki garasi yang berada disamping rumah, mereka memasuki rumah bersama tak lupa membawa belanjaan yang dibeli tadi.

"Yuhuu Zea pulaaang" Teriak Zea sambil memasuki rumah.

Pletak

"Anj--sakit ogeb!" Omel Zea sambil mengusap kepalanya yang sakit.

"Berisik lo!" Semprot seseorang yang tadi bersamanya.

"Dasar kembaran setan!" Ucap Zea sambil melotot.

"Lah berarti lo dong setannya, HAHAHA" Balas Zidan sambil berjalan terlebih dahulu diiringi tawa.

Iya juga ya?! Ck salah ngomong 'kan gue!

Zeapun berjalan menyusul saudara kembar absrudnya. Iya kembaran. Zidan Putra Adnanda. Kakak sekaligus musuhnya dirumah.

"Ada apa sih berisik banget, padahal cuma berdua juga," Ucap seorang wanita paruh baya sambil menuruni anak tangga yang masih terlihat cantik dan anggun diusianya yang menginjak 40 tahunan. Perempuan beranak 2 itu bernama Halwa Viani Adnanda.

"Zeze tuh Bun teriak mulu, lo pikir ini hutan?" Omel Zidan kepada Zea. Zeze itu nama panggilan orang terdekatnya, katanya sih sebutan itu sangat cocok dengan mukanya yang baby face. Makanya dirinya sering dikatain anak SMP padahal sudah kelas 2 SMA.

"Suka-suka gue lah, dasar bebegig" Gumam Zea yang mengecilkan kalimat terakhirnya. Tapi masih bisa didengar oleh Zidan karena mereka duduk bersebelahan.

"What? Ganteng gini dibilang bebegig? Lo gak tau semua tetangga disini yang punya anak seumuran sama gue pada minta dipacarin?" Tanya Zidan sok dramatis sambil menatap Zea dengan mata dan mulut yang membulat. Bunda yang melihat itu hanya bisa menggelengkan kepalanya. Heran, setiap hari pasti seperti ini.

"Apa? Ganteng? Fitnah!" Balas Zea sambil melempar kunci mobil yang ada dimeja kearah Zidan yang masih melongo dan mengenai bibirnya. Untung tidak masuk ke mulut buaya. Eh?

"Udah-udah jangan adu mulut terus, pusing Bunda dengernya. Sekarang mana pesenan Bunda? Bang, ada semua 'kan?" Tanya Bunda kepada Zidan putra pertamanya.

"Udah dong, Bunda cantik punyanya Ayah seorang, nih semuanya lengkap," Jawab Zidan dengan bangga.

"Ck kamu ini," Bunda membalas disertai dengan decakan gelinya.

"Eh iya, Ayah mana, Bun?" Tanya Zea yang sedari tadi tidak melihat keberadaan Ayah tercintanya. Raffa Gibran Adnanda. Padahal ini sudah mau maghrib, biasanya pukul 17.00 Ayahnya sudah dirumah.

"Masih dikantor, bakal pulang malem katanya" Balas sang Bunda dan Zea hanya beroh ria disertai anggukan.

Bunda memeriksa belanjaan tersebut yang berisi bahan membuat kue dengan teliti apakah benar sudah lengkap atau kurang. Hasilnya memang sudah lengkap dan siap untuk dibuat kue.

"Iya udah komplit, gih kalian mandi dulu sana, udah sore, nanti keburu masuk angin," Perintah Bunda kepada keduanya.

"Iya, Bun," Jawab si kembar bersamaan. Memang kuat ya kalau sudah kembar. Tanpa rencanapun bisa barengan.

Zea dan Zidan pun melangkah menuju kamar mereka masing-masing yang ada dilantai atas. Di pertengahan tangga Zidan dengan isengnya merangkul kepala Zea dengan ketiaknya yang sedikit basah karna kehujanan tadi.

"Zidan bangsat! Ketek lo bau kambing kampret!" Protes Zea tak terima. Masalahnya, aromanya itu perpaduan antara keringat dan air hujan. Ya walaupun keringat Zidan gak bau-bau amat sih, malah wangi maskulin, tapi Zea jijik sama ketiak berkeringat.

"BHAHAHA" Tawa Zidan menggelegar saat melihat muka Zea yang merah padam menahan bau dan kesal. Sungguh Zidan tak pernah kapok membuat adik kembarnya ini menderita. Tapi dia sangat menyayangi adiknya ini, jangan khawatir. Cuman caranya saja yang salah.

"Awas lo ya, nyet!" Kesal Zea saat rangkulannya terlepas dan berhenti didepan pintu kamar masing-masing. Zidan hanya menjulurkan lidahnya menantang yang membuat Zea semakin kesal dan masuk ke kamarnya dengan menghentakkan kaki dan menutup pintu dengan kencang.

Blam.

Zidan yang melihat Zea seperti itu hanya terkekeh puas karna berhasil membuat gadis itu kesal.

Sekarang tinggal menunggu saja balasannya.

***

Ya ampun, boleh dong say hai sama aku yang baru buat cerita ini.🦋🤍🤎

Iya gaes ini cerita pertama aku di wattpad, aku baru berani nulis sekarang karna memang beraninya sekarang hehe.

Pertama aku mau bilang sama kalian yang baca cerita ini yaitu terimakasih. Ini cerita hasil dari pemikiran aku selama beberapa bulan yang lalu sebelum nulis cerita ini. Jadi kalau ada nama tokoh, tempat, alur or anything yang sama atau persis kaya cerita lain maklumi ya. Karna cerita gak cuma satu, setiap pemikiran juga bisa sama. So, aku harap kalian bisa memakluminya.

Kedua, aku sangat berharap kalian yang baca cerita ini bisa kasih aku vote sama comment karna itu semangat buat aku 🤍🤎
Jangan ragu buat kasih tau aku kalau ada typo, atau kata yang kurang tepat ya teman-teman.

You can call me pii, don't author/thor. Okay?💗

Hope you like this story 🦋🤍
Terimakasih♡

Ig : @sepiadee

Luv pii♡

GEOZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang