Zea berjalan pelan disepanjang koridor sambil mengurut lengannya dengan perlahan akibat kebas membawa setumpuk buku, Bu Rara menyuruh Zea karena ingin memberitahu bahwa sebentar lagi akan ada olimpiade kimia di sekolah sebelah.
Zea memang tergolong murid pintar dikelasnya, sudah sering jika ia dipilih untuk mengikuti olimpiade.
Tapi ia tidak sombong, jika teman-temannya tidak mengerti dengan penjelasan guru, dirinya pasti akan turun tangan membantu sampai semuanya paham. Makanya Zea banyak teman karena sifatnya yang ramah.
Zea masih terus berjalan menuju kelasnya, koridor yang dilaluinya tampak sepi karena ini masih jam pelajaran.
Di ujung koridor perbatasan kelas, langkahnya melambat saat melihat sosok yang tak asing baginya.
Sosok bertubuh tegap itu berjalan menuju toilet laki-laki yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Zea ingat, laki-laki itu yang memberinya botol minum di taman minggu kemarin.
Botol?
Ah iya! Dimana botol itu? Zea menepuk jidatnya pelan, ia lupa membawa botol yang ada di kamarnya.
Apa benar yang dikatakan Zidan kalau dirinya emak-emak 70-an yang sering lupa? Sepertinya iya.
"Lain kali aja deh gue balikinnya" Gumamnya, lalu melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.
***
Suasana kelas tampak ramai karena guru yang mengajar belum datang, Zea tak memperdulikan itu dan berjalan menuju bangkunya.
"Kok lama Ze?" Tanya Adella.
"Hehe, gue jalannya pelan-pelan"
Adella membulatkan mulutnya dan mengangguk-angguk pertanda mengerti, lalu memainkan ponselnya.
"Ze? Lo liat Bu Vanya gak tadi di ruang guru? Sekarang jamnya dia ngajar" Tanya Bella yang baru datang dari bangku sebelah.
Zea berfikir sebentar lantas menggeleng, seingatnya ia tak melihat Bu Vanya tadi.
"Nggak tuh, coba lo tanya sama ketua kelas" Ujar Zea yang diangguki sahabatnya.
"OZAN!" Teriak Bella kepada Fauzan--sang ketua kelas.
Ozan itu nama panggilan dari mereka sang penghuni kelas 11 IPA 1. Bukan cuma Bella. Sebenarnya Fauzan tidak menyukai panggilan itu. Norak katanya. Kayak kolot.
"Apaan sih Bell mulut lo ganggu mulu!" Omel laki-laki itu karena acara menontonnya terganggu.
"Bu Vanya kemana?" Tanya Bella.
Mata Fauzan mengerjap beberapa kali "Emang gue belum bilang ya?" ekspresi Fauzan berubah menjadi santai.
"Bilang apa?" bingung Bella.
"Bu Vanya gak masuk karena lagi ada urusan keluar kota" ujar Fauzan sembari meringis malu.
Bella menggulung buku tulis didepannya, lalu ia acungkan ke arah Fauzan "Lo tadi bentak gue kan? Awas aja lo!"
"Ampun Bell. Abisnya lo ganggu gue. Udah jangan ganggu gue mulu, gue mau lanjut nonton"
"Sinting. Lagian siapa coba yang manggil dia mulu" gerutu Bella.
Zea tertawa geli mendengar debatan dua orang itu. Lalu berbalik menghadap depan, melipat tangan diatas meja lalu menenggelamkan kepala disana.
***
Beda lagi dengan suasana ruang kelas 12 IPA 1 yang tampak hening dan mencekam karena para penghuninya sedang melakukan ulangan.
Apalagi ulangannya mendadak, peluh keringat dan tangan panas dingin mulai bertaburan.
Dengan kesal, mereka mulai mengerjakan soal ulangan tersebut.
Tidak.
Tidak semua siswa kesusahan mengerjakan tugas ulangan, sebab salah satu murid laki-laki dari kelas itu sedang menelungkupkan kepalanya diantara lipatan tangan dan berbantal hoodie hitamnya.
Tidur?
Pingsan?
Atau ... Pemalas?
Opsi pertama jawabannya. Jika kalian bertanya, sudah selesai? Tentu saja! Kepintarannya diatas rata-rata.
"Aish, susah amat dah!" keluh Rendi kesal.
Chiko yang mendengar teman sebangkunya mengeluh hanya mendengus sebal.
"Ribet amat lo! Tinggal isi sesuai kata hati!"
"Mata lo kata hati! Lo pikir hati gue cenayang?"
Chiko mengangkat bahu cuek lalu membuka plastik permen karet favoritnya dan mengunyah permen kenyal tersebut.
"Ren, Darren!" panggil Rendi dengan suara sepelan mungkin. Bahkan seperti bisikan.
"Hmm" balas Darren cowok berwajah manis tersebut.
"Bagi jawaban napa, susah nih! Temen lo lagi kesusahan gak mau nol--"
"Gak!" balas Darren cepat.
Rendi mengerucutkan bibirnya sebal mendengar jawaban Darren.
Matanya melirik ke samping dimana dua temannya yang lain duduk disana. Senyumnya mengembang.
"Bissmillah, semoga aja Gilang mau bantu. Amiin!"
"Ekhm. Lang--"
"Gak!"
Bahkan belum sempat perkataannya selesai, Gilang si tampan berkulit putih bersih itu sudah menolaknya. Rendi cengo ditempatnya. Teman-temannya ini memang ajaib.
Fyuuh
Menghembuskan nafas pasrah dan menatap nanar ke kertas ulangannya yang bahkan baru terisi satu jawaban. Itu pun hasil mengasal.
"Bangun lo?" pertanyaan itu keluar dari mulut seksi milik Chiko kepada seseorang yang baru saja terbangun dari tidur lelapnya.
"Berisik!"
"Yeh, sensi mulu! Jadwal PMS lo nih kayaknya!" ucapan Chiko disambut tawa oleh teman-temannya.
Geovano tak membalas. Ia kembali tertidur.
***
Luv pii♡
KAMU SEDANG MEMBACA
GEOZA
Teen Fiction"Mau gak?" Gadis cantik yang sedang duduk disampingnya mengerutkan kening bingung. "Mau apa?" "Jadi pacar gue." Dia Geovano Abasya Pradistira atau yang kerap disapa Vano. Cowok dingin dan pendiam yang masuk jajaran siswa populer. Dan, panggilan berb...