🌸 Part 31

2.4K 145 8
                                    

Hari ini adalah hari pertama Zahra akan mulai menjalankan tugas PPL nya. Ia akan melaksanakan PPL di salah satu Madrasah Aliyah Negeri di kotanya. Alhamdulillah, ia ditempatkan di tempat yang tidak terlalu jauh dari rumahnya.

Setelah selesai memasak untuk sarapan pagi, Zahra langsung ke kamarnya lagi untuk bersiap-siap. Dilihatnya Daffa juga sedang bersiap-siap untuk pergi ke rumah sakit.

Tidak ada percakapan apapun, keduanya sibuk masing-masing. Zahra yang sudah berganti pakaian di kamar mandi dengan menggunakan baju putih hitam tak lupa dengan cadarnya yang senada dengan kerudung hitam yang ia kenakan.

"Hari ini kamu mulai PPL?" Tanya Daffa setelah ia merapikan pakaiannya.

"Iya mas."

"Dimana sekolah tempat kamu PPL, tidak usah bawa mobil biar saya yang antarkan"

"Di Madrasah Aliyah mas, tempatnya tidak terlalu jauh dari sini" ucap Zahra sambil tersenyum manis mendengar Daffa akan mengantarkan nya.

Kemudian mereka beriringan keluar kamar menuju ruang makan.

Setelah menikmati sarapan pagi bersama, Daffa pun mengantarkan Zahra ke sekolah tempat Zahra akan melaksanakan PPL. Dan benar saja sekolahnya tidak terlalu jauh dari rumah mereka.

"Alhamdulillah sudah sampai, nanti pulang nya kira-kira jam berapa?" Tanya Daffa.

"Kurang lebih jam 2 mas."

"Tidak apa-apa jika nanti pulang sendiri? Saya sepertinya tidak bisa menjemput."

"Tidak apa-apa mas, Zahra mengerti mas pasti sibuk di rumah sakit. Terimakasih sudah mengantarkan Zahra kesini, nanti pulang Zahra bisa memesan taksi online." ucap Zahra sambil tersenyum.

"Baiklah, boleh saya melihat senyum kamu dulu sebelum saya berangkat kerja" ucap Daffa dan berhasil membuat pipi Zahra sedikit memerah.

"Te-tentu saja boleh mas" Zahra melihat situasi sekitar, setelah ia rasa tidak ada orang Zahra pun membuka cadar nya. Walau mereka masih berada di dalam mobil, tapi tetap saja Zahra khawatir bila ada orang lain yang melihat wajahnya.

Zahra tersenyum manis dengan pipi yang memerah.

"Masyaallah, humaira" ucap Daffa dengan membalas senyum.

Humaira adalah panggilan sayang Rasulullah SAW kepada Sayyidah Aisyah. Yang bermakna sesuatu yang mungil untuk memanjakan dan menunjukkan kecintaan.

"Humaira?" Ucap Zahra.

Daffa mengangguk sambil tersenyum.

Hati Zahra berdesir dan sangat bahagia mendengar panggilan istimewa dari suaminya. Panggilan yang merupakan panggilan sayang Rasulullah untuk istri tercintanya Sayyidah Aisyah.

Tidak ingin Daffa melihat pipinya yang semakin panas, Zahra menggunakan cadarnya kembali.

"Yah ditutup lagi, padahal saya masih betah liat pipi merahnya" ucap Daffa sambil tersenyum.

"Ma-maaf mas, ini sudah jam 7 lebih. Zahra takut telat"ucap Zahra. Bukan karena takut telat, melainkan Zahra sangat gugup saat ini.

"Baiklah, semoga PPL mu berjalan lancar" ucap Daffa sambil mengelus kepala Zahra yang tertutupi kerudung dengan pelan.

"Aamiinn.. terimakasih mas, assalamu'alaikum" ucap Zahra sambil menyalami tangan Daffa.

"Waalaikumussalam wr wb" jawab Daffa.

Zahra keluar dari mobil dan melambaikan tangannya ketika mobil Daffa sudah mulai melaju.

Zahra memegang kedua ppinya dan Ya allah pipinya masih terasa panas. Zahra menarik nafas secara perlahan dan menepuk-nepuk pipinya agar perasaannya bisa lebih tenang. Terutama detakan jantungnya yang sedang berpacu cepat.

Rasa gugup karena Daffa sekarang bertambah dengan rasa gugup pertama kalinya ia memasuki sekolah. Banyak siswa-siswi yang menatapnya. Zahra terus berjalan menuju ruang kantor sekolah dengan terus berdzikir agar perasaannya tenang.

"Bismillah" ucapnya.

*****

Tiga orang pria baru saja keluar dari masjid rumah sakit. Mereka adalah Daffa, Ikhsan dan Raffa. Ikhsan dan Raffa sudah mulai akrab dari semenjak Ikhsan mulai bekerja di Rumah Sakit.

"Mau makan siang dimana?" Tanya Ikhsan kepada Daffa dan Raffa setelah mereka selesai memakai sepatu.

"Tempat biasa, ayo" ucap Raffa.

Mereka pun berjalan menuju Caffe di depan Rumah Sakit. Karena jaraknya dekat, hanya tinggal menyebrang dari Rumah Sakit.

Tanpa mereka sadari, disaat mereka keluar pada jam makan siang, mereka selalu menjadi bahan tatapan perempuan. Siapa yang tidak terpesona dengan ketiga dokter muda dan tampan seperti mereka. Walaupun mereka tidak menggunakan jas dokternya, tapi tetap saja penampilan rapih dengan jam tangan yang selalu melingkar di pergelangan tangan mereka, membuat orang-orang tahu bahwa mereka adalah seorang dokter. Di tambah dengan ciri khas dokter yaitu selalu bersih dengan kulit putih terawat.

"Bro lihat deh, dua cewe disana natap lo terus" ucap Raffa pada Daffa.

Daffa melihat kearah yang di tunjukan oleh Raffa, dan benar saja ada dua perempuan tengah melihat ke arahnya sambil tersenyum tidak jelas. Daffa hanya memasang ekspresi datar dan menggeleng perlahan.

"Bro liat juga deh disana, cewe itu liatin lo terus" ucap Iksan pada Raffa.

Raffa menengok dan benar disana ada perempuan yang sedang tersenyum ke arahnya.

"Dan kamu juga harus liat, disana ada cewe yang lagi senyum-senyum liatin kamu," ucap Daffa pada Ikhsan.

Mereka bertiga saling menukar pandang, dan akhirnya tertawa bersama.

"Ga aneh lah bro, malah wajar. Perempuan zaman sekarang kalo liat cowo ganteng kan emang suka gitu" Timpal Raffa.

Tak lama makanan pesanan mereka datang. Dan tepat saat mereka akan mulai menikmati makanannya. Tiba-tiba ada seorang perempuan datang dan duduk di kursi kosong sebelah Daffa.

"Astagfirullah," ucap Daffa. Raffa dan Ikhsan hanya melongo melihat kedatangan Hana yang tiba-tiba.

"Hay Daf," ucap Hana setelah duduk dan tersenyum pada Daffa.

Ikhsan masih melihat perempuan yang duduk di sebelas sahabatnya dengan bertanya-tanya, berbeda dengan Raffa, pria itu acuh dan mulai menyantap makan siangnya.

"Aku tadinya mau ngajak kamu makan siang bareng, tapi tadi aku ga sengaja lihat kamu lagi disini. Jadi aku kesini." Ucap Hana dengan senyum merekah.

"Oh iya, saya sedang makan siang bersama Dokter Ikhlas dan Dokter Raffa," Daffa mengangguk sambil tersenyum menanggapinya.

"Siapa dia Daf?" tanya Ikhsan, karena ini kali pertamanya bertemu dengan Hana. Ikhsan memang orang yang blak-blakan jika bertanya.

"Ini Hana, dia teman masa kecil saya dulu."

Hana tersenyum ke arah Ikhsan, Ikhsan hanya mengangguk dan tersenyum tipis.

Jangan tanyakan Raffa, dia tengah sibuk menikmati makanannya. Toh dia sudah berkenalan juga dengan Hana.
.
.
.
Terimakasih sudah kembali membuka part yang sudah lama baru update lagi. Mohon maaf jika sudah membuat para Reader's menunggu. Semoga suka dengan part ini 🙏🤗

Ketulusan Hati Seorang ISTRI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang