🌸 9. Khitbah 1 🌸

4.6K 203 2
                                    

Sebaik-baik pilihan adalah pilihan Allah swt🍃 -FR-

________________🌸


Setelah aku mengunjungi Pondok Pesantren, Pak De dan Bu de ikut bersamaku ke rumah. Ikut menyiapkan acara khitbah ku malam ini. Perasaan ku selalu merasa aneh jika mendengar kata khitbah, aku belum pernah melihat dia sama sekali.

Bu de dan Mbok Hin menyiapkan semuanya. Dari mulai belanja, memasak, membuat kue, dan membuat cemilan. Aku hanya membantu membereskan rumah dan memotong sayuran.

Ah, rasanya diriku ini memang sudah niat menikah. Padahal usiaku baru menginjak 21 tahun. Niatku menikah di usia 24 atau 25 tahun, aku ingin membereskan  kuliah dulu, bekerja mendapat penghasilan sendiri,  membahagiakan abi dan umi dan lalu menikah. Namun inilah takdir, rencana manusia terkadang tidak sama dengan rencana Allah swt.namun aku yakin ini adalah takdir yang terbaik untuk hidupku.

"Zahra, kamu akan menggunakan gamis yang mana malam ini?" aku tersadar dari lamunanku.

Aku hanya melihat ke arah bu de tanpa berbicara apapun. Bu de hanya menggeleng dan tersenyum, lalu menarik tanganku menuju ke arah kamar.

"Bagaimana dengan gamis ini? Atau yang ini, tapi yang ini juga bagus, ah ini juga bagus. Ah bu de jadi bingung"

"Yang itu saja bu de" aku menunjuk gamis berwarna merah muda yang di pegang bu de.

"Baiklah, bu de juga setuju nya yang ini" jawab bu de sambil tersenyum.

Aku jadi ingat saat di pesantren, apa-apa aku selalu bercerita pada bu de. Bu de sama seperti umi, baik, penuh kasih sayang dan lemah lembut.

Adzan maghrib berkumandang dan aku hapal yang sedang beradzan adalah pa de. Suara nya sama persis dengan suara abi. Wajah nyapun mirip dengan abi.

>>>>>>>>

Aku sudah bersiap menggunakan gamis merah muda dan cadar yang senada. Aku tidak menggunakan make up sama sekali. Karena memang aku jarang menggunakan make up.

Bu de menyuruhku menunggu di kamar, jika tamu sudah datang bu de akan menjemputku. Dan sekarang aku sedang duduk sendiri dengan terus berzikir karena suasana hatiku sedang cemas. Entah hal apa yang sedang aku cemaskan ini.

____________🌸

Di rumah lain tiga orang manusia sedang cemas menunggu kedatangan seseorang.

Ya, mereka adalah Ayah Rasyid, Bunda Aisyah dan Tasya. Sampai sekarang Daffa belum juga pulang kerumah.

"Tadi katanya ada jadwal operasi, tapi ini sudah 3 jam dan ka daffa belum juga sampai ke rumah" ucap Tasya.

Ayah Rasyid dan Bunda Aisyah hanya diam dengan pikirannya masing-masing.

'Sholaatumminnalloh wa alfa salam' telpon Bunda Aisyah berbunyi.

"Waalaikumussalam warrohmatulloh, kamu dimana nak?"

"........."

"Baiklah, bunda ayah dan Tasya berangkat duluan. Kamu tahu kan alamat rumah Om Hasan dimana? "

".........."

"Baik, hati-hati nak. Kami menunggu disana. Assalamualaikum warrohmatulloh."

"Ayah nanti Daffa menyusul. Daffa sedang di jalan terjebak macet. Nanti ia akan langsung ke rumah Hasan. Kita berangkat duluan saja dan menunggu disana. "

"Baik" jawab ayah Rasyid dan merekapun berangkat.

>>>>>>>>>

Setibanya di rumah Zahra. Ayah Rasyid, bunda Asiyah dan Tasya di sambut oleh Pa de Husein dan Bu de Aminah.

"Lama tidak bertemu, bagaimana kabar mu Rasyid?"

"Alhamdulillah baik, Bagaimana dengan mu?"

"Alhamdulillah baik"

Meskipun usia Pa de 2 tahun lebih tua dari ayah Rasyid, tapi pa de menganggap teman pada Ayah Rasyid. Itu sebabnya Ayah Rasyid tidak memanggil pa de dengan panggilan Ka atau panggilan pada yang lebih tua.

Tak lama Bu de Aminah datang bersama Zahra di samping nya. Zahra hanya menunduk tidak berani mengangkat wajah.

"Maafkan atas keterlambatan putra kami. Ia tadi ada operasi sehingga telat dan sekarang sedang terjebak macet menuju kesini" ucap Om Rasyid.

Operasi? Apakah dia seorang dokter batin ku.

Suara deru mobil seperti memasuki pekarangan rumahku. Dan tak lama,
"Assalamualaikum.."
Seorang laki laki mengucap salam dari luar.

"Waalaikumussalam warrohmatulloh.." jawab kami yang sedang duduk di ruang tamu.

"Ini toh anakmu Rasyid?" ucap pa de.

Ayah Rasyid hanya tersenyum dan mengangguk.

"Maaf saya terlambat" ucap nya.

Yaallah jantungku sudah berpacu tidak normal.

"Tidak apa-apa nak. Orang tuamu juga baru sampai" ucap Pa de.

Aku hanya diam dan menunduk. Aku merasa ia melirik ke arah ku.

"Nak perkernalkan dirimu" ucap Om Rasyid yang aku yakini menyuruh memperkenalkan diri pada pria itu, tidak mungkin kan menyuruh memperkenalkan diri pada Tasya.

"Ekhem.. Baik ayah. Perkernalkan nama saya Daffa Muhammad Rasyid. Saya putra pertama dari ayah saya."

"Saya dengar nak Daffa belajar di kairo, berapa lama menempuh pendidikan disana?" Pa de bertanya padanya.

"Saya menempuh pendidikan selama 5 tahun. 3 tahun menempuh pendidikan S1 kedokteran. Dan 2 tahun menempuh pendidikan S2 spesialis bedah."

Masyaallah.. Sesingkat itu dia menempuh pendidikan.

Pa de hanya mengangguk paham.

"Zahra sekarang perkernalkan dirimu" perintah pa de padaku. Oh yaallah..

Bismillah, aku mulai mengangkat wajahku.

"Baik pa de. Perkernalkan nama saya Zahra Khumairah Anjani. Saya putri kedua dari almarhum abi dan almarhumah umi."

Aku sangat gugup. Wajahku tak terlihat karena menggunakan cadar. Tapi mungkin dari suaraku terdengar kalo aku gugup.

___________🌸


Mohon maaf bila banyak terdapat typo. Walau yang baca baru sedikit tapi saya sudah bersyukur 😊 terimakasih kepada yang sudah membaca 😊🙏

Next-

Ketulusan Hati Seorang ISTRI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang