𝟎𝟔 : 𝐘𝐚𝐧𝐠 𝐉𝐞𝐨𝐧𝐠𝐢𝐧

186 33 5
                                    

Selepas Hwang Jina menemui Jeon Somi yang saat ini masih ditahan, kini dirinya berada didalam bus dengan Sokcho sebagai tujuan akhir, diikuti dengan Chenle yang menjaga jarak dari Jina karena sejak tadi gadis itu memilih untuk diam, hanya menatap keluar jendela, hingga bus berhenti melaju, dirinya tersadar dan netranya menangkap kini laki-laki dengan surai orens itu bersandar pada kaca sembari memejamkan matanya

“Jeruk..” gadis itu menggoyang bahu Chenle, ternyata laki-laki yang menutupi setengah wajahnya dengan masker itu tertidur “Harusnya kau tak perlu ikut sampai kemari..”

Sekali lagi Jina menggoyangkan bahu Chenle hingga laki-laki bermata kecil itu terbangun “Kita sudah sampai Sokcho?”

“Harusnya kau tak perlu mengikutiku sampai kemari.”

“Lalu kau mau ke tempat sejauh ini seorang diri?”

Jina mendapati netra Chenle kini menatap tajam kearahnya, ia tak mau berdebat lebih panjang lagi dengan laki-laki bersurai orens itu didalam bus, “Ayo.”

Perasaan aneh seakan menjalari hatinya, tempat yang dulunya selalu ia kunjungi bersama Guanlin itu kini terasa kosong. Ah, Guanlin, bayangan laki-laki itu terus saja menghantui Jina, mengikuti gadis itu kemanapun ia pergi

“Jina, kenapa kau diam?”

Kini dirinya menatap kearah netra hitam legam milik Chenle yang menatapnya lembut, dan sialnya, dirinya mendapati tatapan Chenle begitu familier, setiap kali Chenle menatap dirinya intens, justru ia menemukan Guanlin dalam diri Chenle

“Jina? Kau kerasukan?”

Gadis itu kini kembali menapak tanah tempatnya berpijak setelah sekian detik yang terasa begitu lama dirinya hanya memandang kosong kearah Chenle “Ah.. jalannya kearah sana..”

Chenle mengekor Jina yang berjalan dua meter lebih dahulu didepannya, dipandanginya lamat-lamat punggung sempit milik Jina, gadis itu begitu kecil dengan surai cokelat gelap ikal yang cantik, hingga membuat rasa hangat kini menjalari wajah Chenle

Hwang Jina menghentikan kakinya sepuluh meter dari sebuah tempat terbengkalai, tumbuhan rambat mulai menjalar hingga bagian atap, menutupi sebagian besar tempat usang yang tampaknya sudah lama tak berpenghuni, sangat lama

Chenle tidak bertanya apapun meskipun kini Jina melangkahkan kakinya untuk mendekat alih-alih menyalakan senter melalui ponselnya, namun langkah gadis itu terhenti, ketika suara lembut seorang gadis menyerukan namanya

“Hwang Jina?”

Sang pemilik nama berbalik, mendapati seorang gadis dengan surainya yang diikat tinggi dengan mini dress hitam itu melempar sebuah senyuman lebar hingga memamerkan deretan giginya

“Sungguh kebetulan bukan, bertemu denganmu dua kali ditempat ini?”

Jina menyilangkan kedua tangannya didepan dada alih-alih tersenyum miring pada gadis dihadapannya “Wah siapa yang kita temui disini? Nona besar Kim? Sedang apa kau ditempat kumuh seperti ini? uji nyali? Atau, menyembunyikan barang bukti pembunuhan?”

“Pembunuhan? Bersedihlah karena dugaanmu seratus persen salah, aku akan mencalonkan diri sebagai maskot The Golden Generation, tidak mungkin aku menodai namaku dengan melakukan sesuatu seperti itu.”

Gadis itu mendekatkan dirinya pada Jina “Setelah aku menjadi maskot The Golden Generation, aku akan memastikan seseorang sepertimu tak bisa melakukan apapun kecuali menangis dan merenungi kesombonganmu. Ingatlah, orang sepertimu tak harus mendapatkan semua ini dan tak sembarang menilai seseorang sepertiku.” Minju merendahkan suaranya, sekali lagi menyunggingkan senyuman yang benar-benar membuat Jina naik darah, hingga gadis itu  mencengkeram kerah dress Kim Minju erat-erat hingga Chenle harus meraih Jina

[3] ANATHEMA : The Last Theatre [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang