𝟎𝟖 : 𝐃𝐢𝐬𝐚𝐬𝐭𝐞𝐫 𝐃𝐚𝐲

147 30 0
                                    

Jina terus memainkan jarinya gusar, semenjak berita tidak berdasar mengenai dirinya dan Chenle mulai beredar baik di internet maupun dari gunjingan para siswa, laki-laki itu tidak pernah muncul di sekolah. Ia juga tak bisa menghubunginya karena jawabannya sudah jelas Jina tak memiliki kontak laki-laki itu

Ini adalah hari sabtu, hari pertunjukan teater A Death of Salesman. Dan sialnya, hingga kurang dari lima belas menit teater dimulai, Chenle belum juga menampakkan dirinya. Apakah laki-laki itu memang dikurung didalam agensi atau hal serupa lainnya yang tak Jina ketahui

“Hwang Jina, pertunjukan akan dimulai sepuluh menit lagi.” Jo Yuri mengamati jam tangan pada pergelangan kirinya, jam tangan berwarna putih itu tampak kontras dipadukan dengan gelang hitam tipis yang melingkar ditangannya “Kau akan kehabisan soft drink jika tak segera menukarkan tiketmu.”

Dengan berat hati Jina menyerahkan tiket miliknya pada Jo Yuri yang kemudian menyobek benda itu, gadis itu mengambil sebuah soft drink dari lemari es dibelakang tubuhnya, memberikan minuman kaleng dingin itu pada Jina

“Terimakasih. Ngomong-ngomong, gelangmu bagus.” Ujar Hwang Jina sembari melangkahkan kakinya meninggalkan Jo Yuri. Gadis itu mengambil tempat duduk sesuai dengan kode pada setengah tiket yang telah disobek oleh Yuri. Ia mendapati dua seat yang masih kosong, ternyata Chenle memang benar belum datang. Atau mungkin laki-laki itu tak akan datang?

Sepanjang lima belas menit Jina menonton pertunjukan teater yang sudah pasti sangat menakjubkan, para aktor, aktris, dan figuran bekerjasama menciptakan sebuah perpaduan menyenangkan untuk ditonton

Gadis itu terkesiap, ketika seorang laki-laki dengan jaket kulit dan ripped jeans hitam kini duduk menempati seat yang harusnya menjadi seat milik Chenle. Jina dengan cepat mengamati laki-laki yang berada tepat disampingnya, wajahnya tertutup masker hitam dan topi dengan warna senada, namun dari sorot mata laki-laki itu, Jina yakin bahwa laki-laki yang kini memiliki rambut berwarna hitam itu adalah Chenle

“Kau sudah lama menunggu? Maaf, aku harus menyelinap keluar dorm untuk sampai kesini.”

Ada perasaan lega ketika Chenle berada di samping Jina “Bagaimana dengan agensimu?”

“Kau tak perlu menghawatirkan hal itu.” Balas Chenle, masih tetap menatap lurus kearah panggung

“Aku tidak sedang menghawatirkanmu, ngomong-ngomong.”  

Chenle tidak membalas kata-kata terakhir dari Jina, kini keduanya tengah fokus kepada pertujukan yang sedang berlangsung. Sumin yang berperan sebagai Linda Loman kini menerima sebuah box dari Beomgyu yang berperan sebagai Willy Loman. Linda mengucapkan dialognya, sembari membuka sebuah box yang berada ditangannya

Perasaan buruk mendadak membuat napas Jina memburu, gadis itu mengulum bibirnya kedalam. Karena benar saja, perasaan buruk itu bukan hanya sekedar perasaan tak berdasar, karena kini Sumin telah melempar box itu diatas panggung, tangannya bergetar hebat, kini hanya jeritan panjang dari Sumin yang mendominasi seluruh teater, sementara sebuah potongan tangan tergeletak diatas sana, potongan tangan yang agaknya telah sedikit membusuk itu berwarna merah kebiruan di beberapa bagian

Semua orang tak bergeming, mereka agaknya berpikir bahwa bagian ini termasuk kedalam scene, namun semua penonton berubah panik ketika Eric sebagai sutradara telah mengambil langkah untuk mengamankan Sumin dan Beomgyu

“Chenle, sekarang!”

Chenle mengangguk, kedua manusia itu berlari, mengambil arah yang berlawanan, Chenle mengambil arah pintu keluar sisi kanan, sedangkan Jina berlari pada pintu sisi kiri. Chenle berlari sekuat tenaga menuju pintu keluar pada sisi belakang Acropolis, entah sebuah kesialan atau sebuah keberuntungan, kini seseorang dengan pakaian serbahitam, berlari dengan box Styrofoam berukuran sedang pada rangkulannya

[3] ANATHEMA : The Last Theatre [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang