𝟏𝟖 : 𝐂𝐨𝐧𝐜𝐥𝐮𝐬𝐢𝐨𝐧

151 30 6
                                    

Putusan sidang terakhir dari kasus Kim Minju telah ditetapkan. Gadis itu dikenai pasal berlapis karena penipuan dan menjadi otak pembunuhan. Hukuman seumur hidup adalah hukuman yang ditetapkan untuk Kim Minju mengingat jumlah korban yang tidak sedikit

Putusan sidang untuk Adora juga telah ditetapkan sebelum Kim Minju, ia dikenakan hukuman sepuluh tahun masa tahanan karena penipuan dan perencanaan pembunuhan

Kini keduanya digiring masuk kedalam bus yang akan menuju rutan tempat mereka akan menjalani masa tahanan. Adora yang tampak lusuh itu kini menatap keluar jendela bus, mengamati pemandangan kota yang membuatnya sedikit tenang. Sedangkan Kim Minju hanya mengamati gadis berambut pendek itu dari kursi tempatnya duduk

“Kau telah gagal membuat bisnis ayahmu bertahan..” ujar Kim Minju dengan sebuah senyuman sarkastik

“Aku tak peduli. Bahkan bisnis ayahmu juga hancur kenapa kau mempedulikan bisnis ayah orang lain. Kau memuakkan.” Adora membalas tanpa memalingkan pandangannya “Bahkan Acropolis yang dibangun oleh ayahmu juga dihancurkan. Kenapa kau justru mempedulikan aku. Aku hanya pionmu.”

“Kim Minju, dikehidupanmu yang selanjutkan, pastikan kau bersujud pada semua orang yang kau sakiti, memohon pengampunan atas apa yang kau lakukan pada mereka semua.”

••

Cahaya temaram dari lilin-lilin yang berjajar pada jalan panjang menuju auditorium itu menambah kesan romantis acara perpisahan yang akan berlangsung kurang dari lima belas menit itu. Para siswa mengantri untuk masuk kedalam auditorium yang telah dipadati oleh siswa dengan gaun dan tuksedo rapi, masing-masing dari mereka bahkan mengenakan topeng setengah wajah

Tak terkecuali Zhong Chenle yang kini mengenakan kaus hitam didalam setelan tuksedo putihnya, malam ini ia hanya ingin tampil santai. Lagipula ia tak memiliki teman, ia hanya menghadiri acara malam ini untuk sekedar merayakan kelulusannya

Laki-laki itu mengambil sebuah gelas dari meja yang dipenuhi berbagai macam dessert, menenggak jus jeruk didalam gelasnya hingga habis. Ia mengarahkan netranya pada panggung yang kini dipadati oleh para siswa karena penyanyi terkenal sekelas Zion T hadir untuk meramaikan acara perpisahan SMA Yeosan

Kini para siswa sibuk mencari pasangan, mereka berpasangan untuk berdansa romantis. Sedangkan Chenle hanya menarik napas panjang, ia tak akan melakukannya. Jadilah ia hanya meraih satu gelas jus jeruk lagi, sebelum seseorang menahan tangannya, membuat Chenle meletakkan kembali gelas berisi jus jeruknya

“Ini adalah malam perpisahan. Kenapa kau jauh-jauh kemari hanya untuk minum jus jeruk?”

Gadis dengan gaun sequin abu-abu yang berkilauan diterpa cahaya lampu itu mendongak, mengamati Chenle dengan area wajah bagian atasnya yang tertutup topeng

Gadis itu menyunggingkan sebuah senyuman lebar, Hwang Jina, menawarkan tangannya pada Chenle “Kau tak mau berdansa denganku?” laki-laki itu mengangguk, menerima tawaran Jina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis itu menyunggingkan sebuah senyuman lebar, Hwang Jina, menawarkan tangannya pada Chenle “Kau tak mau berdansa denganku?” laki-laki itu mengangguk, menerima tawaran Jina

Dibawah cahaya yang temaram, Chenle menggenggam tangan kanan Jina, sedang tangan kirinya berada di pinggul gadis yang kini asyik tersenyum padanya. Sungguh, ia telah melupakan segala macam perasaannya pada Jina, memilih untuk berteman dengan gadis itu, bukan hanya karena gadis itu telah memiliki Seongwoo, tapi karena ia juga tak akan sempat memikirkan perihal perasaan sesaatnya. Ia akan segera debut dalam waktu dekat.

Akhirnya Chenle memilih untuk melupakan perasaannya, ia juga tak akan mengungkapkan hal itu pada Jina

“Kau pasti senang karena The Golden Generation akhirnya secara resmi dibubarkan.” Ujar Chenle

“Ya, setelah tuan Kang dan beberapa orang diketahui menerima suap dari Tuan Kim. Akhirnya organisasi itu dibubarkan. Bukan sebuah hal buruk, karena sejatinya organisasi itu hanya untuk unjuk kekayaan dan ajang untuk menerima suap.” Balas Jina sembari mengangguk tetap menatap Chenle lekat-lekat

“Syukurlah.”

Kini Chenle tersenyum lebar, menatap kearah Jina yang tak lebih tinggi darinya, laki-laki itu menikmati setiap alunan music yang mendominasi auditorium, bersama dengan satu-satunya teman yang ia miliki di masa sekolahnya

Teman yang membawanya pada kejutan dan kejadian tak terduga lainnya. Ini tak akan menjadi momen paling baik dalam hidupnya, menyaksikan beberapa orang yang tewas sia-sia tak akan membuat kenangan baik dalam hidupnya. Tapi setidaknya, disamping perjalanan yang tak menyenangkan itu, ada seorang teman yang menemaninya, meyakinkan dirinya bahwa ia tak akan melalui semua ini sendirian

Ia kemudian tersenyum, sedang gadis dihadapannya ikut melemparkan sebuah senyuman manis kearahnya

••

Laki-laki dengan hoodie berwarna merah terang itu menghisap rokoknya dalam-dalam, menikmati setiap mili tar dan nikotin yang mengaliri saluran pernapasannya, sebelum menghembuskan racun itu perlahan keudara

Sedang laki-laki lain dihadapannya yang tampak frustasi itu kini menengadahkan tangannya, “Berikan aku sebatang.”

“Tidak akan.” Eric, kini menatap tajam kearah laki-laki didepannya, Huang Renjun “Aku tau kau sedang stress. Tapi kau tak boleh merokok.”

“Kau mengatakannya sambil merokok. Kau memang munafik.” Renjun tertawa sarkas, diikuti oleh Eric yang ikut menertawai kebodohannya

Kini Renjun menimang sebuah gelang yang berada dalam genggamannya. Sebuah gelang itu berhasil terlepas dari tangannya tidak lain karena bantuan Eric, laki-laki itu bahkan menceritakan secara detail kepada Renjun tentang Kim Minju yang hendak memanfaatkan laki-laki itu sebagai pion. Eric mengeluarkan sebuah kotak dari dalam saku seragamnya, menyerahkan benda itu pada Renjun “Milikmu biar aku yang bawa. Gunakan yang ini. hanya duplikat tapi aku yakin benda itu 90% mirip. Pastikan untuk tetap mematuhi kemauannya.”

Renjun menerima benda yang disodorkan oleh Eric, “Hanya tersisa Moon Haera dan kau baru saja mengatakan ini. lagipula semua yang aku rasakan memang benar adanya, tapi aku juga tak ingin sampai melakukan pembunuhan pada mereka. Kim Minju memang manipulatif. Ada misi terakhir juga yang harus aku lakukan, agar setidaknya semua ini berakhir.”

“Setelah semua ini terbongkar, aku juga tak akan debut. Aku hanya akan membusuk dipenjara. Jadi lebih baik aku akan mengakhirinya saja sampai disini.”

“Hei aku tak mengatakan kau boleh melakukan sesuatu seperti itu..” Eric menyela

“Inilah yang kita sebut sebagai penebusan dosa..” laki-laki berdarah China itu tersenyum getir


[3] ANATHEMA : The Last Theatre [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang