𝟏𝟓 : 𝐀 𝐋𝐨𝐧𝐠 𝐓𝐫𝐮𝐭𝐡

129 26 4
                                    

rasanya mungkin bakal cocok baca part ini sambil dengerin musik lawas yang slow, banget

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

rasanya mungkin bakal cocok baca part ini sambil dengerin musik lawas yang slow, banget

happy reading

dah mau end nih baunya

••

Sekali lagi dalam hari ini, matanya ditutup dengan kain hitam yang melilit hingga bagian belakang kepalanya. Tak ada yang bisa ia lakukan kecuali menyerahkan hidupnya pada tangan Eric dan Adora, karena kini salah satu dari mereka tengah melayangkan tamparan keras pada pipi kanan Jina

Satu kali.. dua kali.. tiga kali..

Tak puas hanya dengan menampar gadis itu, kini kakinya bahkan dicambuk dengan sebuah cambuk berukuran sedang, hingga ia tak lagi mampu merasakan kakinya, segala rasa kesemutan hingga perih telah menjadi satu, menjadi sebuah perasaan sakit yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata

Setelah dua puluh kali cambukan pada kaki dan punggungnya, ruangan menjadi begitu hening, sebelum suara berat Eric mendominasi ruangan, diikuti dengan asap yang mengganggu penciuman Jina, ia seratus persen yakin, Eric merokok disana

"Apa yang harus kita lakukan setelah ini?"

"Tentu saja kita harus memotong bagian kanan kakinya, lalu membawanya ke pertunjukan teater akhir tahun, sesuai rencana. Kau sudah siapkan alat katrol?"

"Aku sudah menyiapkannya sejak jauh-jauh hari. Karena pertunjukannya lusa, aku akan melakukan pengecekan ulang. Aku juga harus mengambil cairan anestesi."

"Eric, kita harus benar-benar berhasil kali ini. ini untuk yang terakhir kali kita melakukan ini." Adora meraih telapak tangan Eric, laki-laki itu tersenyum tipis, kemudian mengangguk

"Aku yakin kita akan berhasil kali ini."

••


Chenle menimang obat yang baru saja ia dapatkan dari dokter pribadinya, ia merasa kelelahan dan sulit tidur belakangan, jadi ia memutuskan untuk mendatangi sang dokter pribadi, meminta beberapa obat dan vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya

Ia berjalan menyusuri koridor rumah sakit yang cukup panjang. kini kakinya berhenti melangkah sejenak, dirinya mendapati seorang laki-laki bersurai pirang dibalik bucket hat dan masker yang menutupi sebagian wajahnya itu baru saja keluar dari sebuah ruangan dokter dengan membawa kantung obat yang kemudian ia simpan didalam jaketnya

Laki-laki itu mengangkat kepalanya, ia menatap lurus kearah Chenle yang berjalan mendekat kearahnya

“Sedang apa kau disini?” Chenle menodong Son Eric dengan pertanyaan

“Apapun yang kulakukan sepertinya bukan menjadi urusanmu..” kedua laki-laki itu saling tatap dalam diam, sebelum Eric mendekatkan kepalanya pada telinga Chenle, berbisik pada laki-laki itu

[3] ANATHEMA : The Last Theatre [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang