Laki-laki itu merapikan surai orensnya didepan cermin berukuran besar, sejak semalam dirinya harus ikut menginap di hotel bersama dengan kedua orang tuanya, karena tidak ada jadwal latihan, manajer mengizinkan Chenle untuk meninggalkan dorm selama dua hari
Dengan turtleneck putih dan setelan tuksedo berwarna cokelat muda, Chenle berkali-kali mengoreksi penampilannya didepan cermin “Ibu begini apa sudah benar?”
Sang ibu mengangguk, kemudian menggamit lengan kanan Chenle “Ayo, nanti kita terlambat."
Ayah Chenle berjalan lebih dahulu didepan, menekan tombol lift kemudian masuk kedalamnya, disusul oleh Chenle dan ibunya. Namun ayahnya kini justru menekan tombol lantai paling atas hotel alih-alih menekan tombol lantai basement
Ketika pintu lift terbuka, seorang resepsionis wanita yang fasih berbahasa mandarin tengah mempersilahkan ayah Chenle untuk mengikutinya yang kini tengah membuka pintu raksasa, menampakkan manusia-manusia dengan pakaian glamor dan mewah
“Tuan Hwang.” Kini ayah Chenle tengah memeluk seorang pria paruh baya, sedangkan ibu Chenle tengah berjabat tangan dengan istrinya
Chenle baru tau ayahnya juga fasih berbahasa korea
Kini ia memilih untuk memisahkan diri dari kedua orang tuanya, seperti biasa, tidak ada satupun yang ia kenal disini, jadilah ia hanya minum jus sendirian, sembari menatap kearah panggung yang kini menjadi fokus semua orang yang hadir
Seorang gadis dengan gaun merah muda, dengan gaya rambut braids kini berjalan anggun menuju podium di atas panggung, gadis itu terlihat begitu menawan, bahkan gaun yang ia kenakan terasa begitu cocok, seakan gaun itu hanya dibuat untuknya seorang
Anehnya, gadis itu selalu berhasil membuat Chenle terpaku, seakan tiada lagi sesuatu yang menarik untuk dipandang ketika netranya telah menangkap sosok gadis itu, Hwang Jina. Bahkan kini ketika Hwang Jina tengah melakukan opening dalam 10 bahasa, bibir laki-laki bersurai orens itu enggan mengatup, seakan menatap sebuah kejaiban, dimana perasaan seperti ini belum pernah Chenle rasakan sepanjang hidupnya
ᦔ
“Hwang Jina tunggu dulu..”
Jina membalikkan badannya, mendapati seorang pria paruh baya dengan napas tersenggal yang tampaknya telah mengekor sejak tadi padanya, tapi karena suasana yang gaduh, gadis itu jadi tidak dapat mendengar seseorang memanggil namanya
“Ah maaf membuat anda mengejarku, ada yang bisa aku bantu?”
“Tidak masalah, ini tentang acara tahunan, pergantian maskot The Golden Generation yang akan kita laksanakan bulan depan. Aku harap kau bisa mencalonkan diri lagi, tampaknya tidak ada yang bisa mengganti posisimu.”
Jina terdiam, kini hubungan antara dirinya dan ibunya telah membaik, pun kini ibunya tidak pernah memaksa apapun yang tidak Jina inginkan, jadi jika gadis itu bilang ingin berhenti menjadi maskot, maka ia yakin ibunya akan setuju
“Begini Tuan Kang, aku akan mempertimbangkan hal itu nanti, sementara aku akan membantumu mencari kandidat untuk maskot selanjutnya. Bukankah semua anak muda disini pantas untuk menjadi maskot?”
Pria paruh baya itu tersenyum, pun menepuk lembut bahu Jina “Aku akan menunggu kabar baik darimu.”
Hari ini Ong Seongwoo tidak bisa hadir karena pekerjaannya yang menumpuk, laki-laki itu bahkan harus tidur di kantor karena pekerjaannya, hingga kini Jina harus kembali sendirian. Gadis itu meraih segelas jus jeruk, menghabiskannya dalam sekali tenggak, namun kini dirinya hampir tersedak karena seorang laki-laki dengan surai orens yang aneh muncul entah dari mana
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] ANATHEMA : The Last Theatre [✓]
Fanfiction[𝐍𝐂𝐓 𝐃𝐑𝐄𝐀𝐌 𝐗 𝐓𝐇𝐄 𝐁𝐎𝐘𝐙 𝐗 𝐏𝐑𝐎𝐃𝐔𝐂𝐄] Acropolis, sebuah teater megah yang mengusung nuansa abad 18 menjadi saksi bisu bagaimana potongan-potongan tubuh manusia itu sampai diatas panggung teater, membawa benang merah pada rangkaian...