Jina dan Chenle telah usai dengan membuat janji temu yang ditujukan pada Jeon Somi, keduanya kini tengah menunggu konfirmasi dari Somi yang agaknya memakan waktu tiga puluh menit
“Silahkan masuk, Jeon Somi menunggu anda didalam.” Ujar salah satu sipir pada Jina dan Chenle
Kini keduanya beralih masuk, sedangkan Somi menghela napasnya karena merasa tertipu. Bagaimana tidak, Jina menuliskan nama ayah Somi untuk bisa menemui gadis itu
“Ternyata kau. Kuakui, caramu agar bisa menemui aku memang tak pernah gagal. Ngomong-ngomong rambutmu bagus.” Somi memangku wajah lusuhnya diatas meja dibalik dinding kaca tebal yang menghubungkan keduanya
Netra Jina tak pernah lepas dari pergelangan tangan kiri Jeon Somi, kemudian mendapati sebuah gelang hitam melingkar disana, benar, ternyata Somi juga memiliki benda itu
“Gelang yang bagus, darimana kau mendapatkannya?”
“Uh-oh, kau jadi begitu perhatian hingga kau menanyakan tentang gelang ini?” Somi menangkat tangannya, memamerkan gelang hitam yang tampak kontras dengan kulitnya yang pucat. Ia menedekatkan bibirnya pada kaca, membuat gerakan berbisik pada Jina “Jika aku tak mau memberitahumu, kau akan membunuhku disini?”
Somi menarik dirinya dari kaca, menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi, sejurus kemudian tertawa dengan ujung bibirnya
“Ia tak akan semudah itu..” gumam Chenle, laki-laki itu melepas maskernya, beralih mengambil duduk disamping Jina
“Oh, saudari tiriku, kau punya pacar baru? Guanlin bahkan baru saja dikebumikan.” Somi tetawa sarkas, sungguh, Jina akan menghajar gadis itu jika saja ini bukan penjara
“Kau pasti mengenal Renjun.”
Gadis yang tadinya tertawa itu kini terdiam, memperhatikan Chenle dengan bola matanya yang sesekali memandang kearah acak “Renjun? Siapa Renjun?” gadis itu mengalihkan pandangannya dari Chenle yang tak lepas memandanginya
“Bagaimana kau bisa menjelaskan ini? kalian punya gelang yang sama, kau berkencan dengan Renjun? Aku bahkan menjelajahi toko toko online dan tak menemukan benda ini dimanapun, bahannya cukup unik dan motifnya sama sekali tak umum..”
Jeon Somi terdiam cukup lama, gadis itu tidak mengerti harus menjelaskan asal usul gelang itu mulai dari mana, karena jujur saja ia pun bingung “Aku.. mendapatkannya dari seseorang.. tapi sungguh aku tak bisa mengingat siapa orang yang memberikan aku benda ini. aku bahkan tak bisa melepasnya.”
“Jangan membual hal yang tidak mungkin. Kau tidak lupa ingatan atau apapun, jangan membual kau tak ingat siapa yang memberikanmu benda itu.” Balas Jina sarkastik
Namun kini Somi merasa kepalanya begitu sakit dan berdenyut hingga gadis itu menengadah kesakitan, petugas sipir yang menyadari hal itu kemudian memapah Somi menuju kedalam “Maaf sepertinya anda harus berkunjung lain kali.”
“Sebenarnya apa yang sedang terjadi disini?”
••
Jeon Somi merebahkan dirinya diatas sebuah kasur lantai yang sama sekali tak terasa empuk, kasur yang terasa seperti lantai itu kerap kali membuat punggung dan lehernya nyeri ketika terbangun. Kini ia harus meletakkan kepalanya yang berdenyut diatas sebuah bantal keras yang tak seberapa empukSemakin ia memikirkan tentang siapa yang memberikan gelang itu padanya, maka kepalanya juga menjadi kian sakit. Ia tak dapat mengingatnya barang sedikit, ia hanya mengingat hari dimana ia menemukan gelang itu di lokernya. Ia memang kerap kali mengalami kehilangan memori jangka pendek sejak dirinya kecil, hingga seringkali ia tak dapat mengingat sesuatu yang baru saja terjadi padanya
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] ANATHEMA : The Last Theatre [✓]
أدب الهواة[𝐍𝐂𝐓 𝐃𝐑𝐄𝐀𝐌 𝐗 𝐓𝐇𝐄 𝐁𝐎𝐘𝐙 𝐗 𝐏𝐑𝐎𝐃𝐔𝐂𝐄] Acropolis, sebuah teater megah yang mengusung nuansa abad 18 menjadi saksi bisu bagaimana potongan-potongan tubuh manusia itu sampai diatas panggung teater, membawa benang merah pada rangkaian...