BungaSaifuddin : Prolog × Dealova
“You shouldn't play with fire.”
✄┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈
DALAM titisan hujan yang semakin lebat itu, dia akhirnya jatuh tersungkur di atas jalan bertar yang kini turut sama basah seperti tangisan panjangnya. Seluruh tubuhnya mengigil hebat. Nafasnya sakit. Nafasnya jelas merasa sakit. Sangat-sangat sakit.
Perlahan-lahan, dia meletakkan kedua tapak tangannya di atas jalan itu. Dengan tubuh yang jelas mengigil kerana hampir satu jam menahan rasa sejuk yang tidak henti-henti membunuh seluruh saraf tubuhnya, dia cuba menjatuhkan kepalanya.
Aku ingin menjadi mimpi indah dalam tidurmu,
Aku ingin menjadi sesuatu yang mungkin bisa kau rindu.
Karena langkah merapuh tanpa dirimu,
Oh, karena hati telah letih.
Kau tahu, Allah nak sangat kita ni selalu ingat pada Allah sebelum kita tidur, sesudah kita tidur dan selamanya sampai kita tidur lagi.
Kau tahu, Allah nak sangat kita ni selalu rindu pada-Nya. Jangan sampai rindu pada manusia mengalahkan rasa rindu kita pada Allah.
Kau tahu, sebab jika kita ni banyak melupakan Allah, langkah hidup kita akan menjadi rapuh.
Tapi, dengan selalu mengingati Allah, hati kita ni tidak akan pernah letih. Sebab, kita ada Allah.
“Ya Allah…”
Bergetar bibirnya memanggil.
Aku ingin menjadi sesuatu yang selalu bisa kau sentuh.
Aku ingin kau tahu bahwa ‘ku selalu memujamu.
Tanpamu sepinya waktu merantai hati,
Oh, bayangmu seakan-akan.
Memang betul, Allah itu tidak mungkin boleh kau lihat dengan mata dan kau sentuh dengan tangan. Tapi Allah itu benar-benar ada, hanya hati yang bersih boleh menyentuh (merasakan) kehadiran Allah.
Kau tahu, walaupun kita selalu berpaling, Allah selalu menyayangi kita dan selalu mengharapkan kita kembali ke jalan-Nya. Jangan biarkan urusan dunia membuat kita lupa pada Allah.
Sebab, bila mana kita banyak melupakan Allah, hidup ini akan terasa sepi, hampa dan merana karena hati terantai oleh waktu yang banyak kita sia-siakan.
“Ya Allah…”
Kau seperti nyanyian dalam hatiku.
Yang memanggil rinduku padamu.
Seperti udara yang kuhela, kau selalu ada.
Tanpa kita semua sedar, Allah selalu memanggil kita agar kita merindukan-Nya, bagaikan nyanyian yang tiada hentinya. Panggilan Allah itu hanya terdengar dalam hati kita, bukan di telinga kita.
Seperti udara yang kita hirup yang tidak terlihat dan tidak ada batasnya, Allah itu selalu ada. Sangat… sangat dekat dengan kita.
“Ya Allah…”
Serentak itu juga, dia bersujud. Dan tangisannya menjadi semakin dalam. Terketar-ketar tangannya menyentuh lantai bumi itu. Dia benar-benar merasa kerdil ketika ini. Dicium lantai bumi itu bersama tangisan yang sama.
Hanya dirimu yang bisa membuatku tenang.
Tanpa dirimu aku merasa hilang,
Dan sepi.
Hanya dengan mengingati Allah, maka hati akan menjadi tenang. Tapi ramai sekali manusia melupakan Allah dan malah ramai sekali manusia mengingati hal selain Allah, maka hati ini terasa hilang dan sepi. Tidak ada ketenangan sama sekali.
“Ya Allah, hamba hanya sebutir pasir…”
Teresak-esak dia menangis.
“Terima kasih untuk sang 'Pedang' yang Engkau hadirkan untukku...”
“Terima kasih Ya Allah, kerana Engkau benarkan sang 'Pedang' itu membelah seluruh ketakutanku, membunuh seluruh kelemahanku. Hingga aku percaya, hanya Engkau yang aku perlukan selama ini. Hanya Engkau tempat aku bergantung…”
Dan…
“Hanya Engkau nyawaku…”
Dealova.
✄┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈
Woah, siapa sang 'Pedang' itu? :O
Nah, ready now for the first chapter?
Let's go!
YOU ARE READING
Bunga Saifuddin
Romance"You shouldn't play with fire." Pertemuannya dengan gadis berus gigi di tandas hospital membawa dia ke pertemuan yang seterusnya, walaupun setiap pertemuan itu terlihat sangat gila. "Sebab ni ke kau suka sembunyi banyak benda dari aku?" Pergelangan...