.
.
.
.
.
Sejak dulu, pagi hari adalah hal yang menyebalkan bagi Jungkook.
Saat alarmnya berbunyi tepat pukul 6 pagi terkadang Jungkook malas untuk bangun dari tidurnya.
Menenggelamkan kembali wajahnya pada bantalnya dan berpikir betapa menyenangkannya jika ia bisa kembali tidur dan bermalas-malasan sekali saja. Tapi semua itu hanya pengandaiannya saja karena Jungkook pada kenyataannya harus langsung bangun ketika bunyi pertama dari alarmnya tanpa bisa menikmati pagi harinya.
Pagi ini pun tidak ada bedanya, bangun pagi, berolahraga sebentar, mandi lalu lu berangkat ke kantor kurang dari jam delapan pagi untuk memulai semua pekerjaannya di hari itu.
Membuka berbagai kiriman email dari setiap perusahaan yang berbeda tempat maupun waktu, lalu Jimin datang mengingatkannya tentang jadwalnya hari itu, meeting, menerima telepon dari investor yang terasa sangat lama dan membosankan bagi Jungkook hingga membuatnya tidak sempat menelan sarapannya.
Begitulah pagi Jungkook yang selalu berulang hingga rasanya begitu membosankan. Tapi memang tidak ada usaha yang sia-sia dari apa yang dilakukannya itu karena sekarang keberhasilan berada di genggaman tangannya.
Ia menjadi seorang pemimpin perusahaan di usianya yang masih cukup muda dan hal itu cukup membuatnya merasa bangga akan dirinya sendiri meskipun terkadang Jungkook juga ingin menjalani hidup yang seperti orang pada umumnya tanpa perlu memikirkan pekerjaan apa yang harus dilakukannya pada esok hari.
"Apa kau sudah mengurus para investor itu?" Jungkook bertanya dari balik meja kerjanya, jasnya sudah lama terabaikan di atas sofa sedangkan dasinya sudah terlepas entah dimana, kancing kemejanya terbuka beberapa hingga hampir memperlihatkan dada berototnya.
Jimin yang melihat keadaan kacau bosnya itu hanya menggeleng, sepertinya Jungkook benar-benar pusing akan proyek kali ini.
Jimin lalu menganggukkan kepalanya, "Kurasa beberapa dari mereka sudah menerima penawaran yang kau berikan tapi ada juga sebagian yang belum terlalu yakin." ucap Jimin.
Jungkook menyandarkan tubuhnya pada kursi kerjanya, tangan kirinya memijat kepalanya yang terasa pusing. Sial, proyek ini benar-benar menguras tenaga juga pikirannya.
"Baguslah kalau mereka sudah menyetujuinya meskipun hanya beberapa. Sebenarnya kita juga tidak butuh mereka semua mengingat kita hanya butuh sedikit tambahan dana." kata Jungkook, Jimin hanya mengangguk.
"Lalu, apa kau akan melepas para investor itu sekarang?" tanya Jimin lagi.
Jungkook tahu, sejak dulu sekretarisnya yang satu itu selalu mengerjakan tugasnya dengan baik, itulah mengapa saat ia menggantikan ayahnya sebagai seorang pimpinan di perusahaannya ini, Jimin lah orang yang pertama kali ditunjuknya sebagai sekretaris.
Alasan lain adalah karena usia Jimin yang masih cukup muda, ia tidak mau orang yang dulu menjadi sekretaris ayahnya -yang jelas-jelas sudah cukup tua- menjadi sekretarisnya dan akan melaporkan segala apa yang dikerjakannya pada ayahnya karena Jungkook tahu betapa setianya orang tua yang satu itu.
Jungkook menggeleng menjawab pertanyaan dari Jimin. "Tidak, kita tunggu sampai besok. Jika mereka masih belum mengambil keputusan maka tidak ada pilihan lain selain melepas mereka. " Jimin kembali mengangguk, mengingat setiap ucapan Jungkook untuk kemudian ia sampaikan pada para investor untuk proyek terbaru mereka.
"Jungkook."
Jungkook mengalihkan pandangannya dari layar laptopnya untuk menatap Jimin yang masih setia berdiri di depannya.