.
.
.
.
.
Seperti biasa, hari-hari yang Taehyung jalani di kantornya terasa begitu melelahkan. Bekerja pada Jungkook sempat membuat Taehyung berpikir betapa sial kehidupannya ini, tapi itu tidak sepenuhnya benar. Beberapa hari belakangan ini sikap Jungkook sudah tidak terlalu semena-mena padanya. Taehyung juga bersyukur, karena perjanjian yang Jungkook tawarkan padanya membuat Yeonjun kemudian bisa di operasi dan kini sedang menjalani proses pemulihan di rumah sakit.
Well, sebenarnya Taehyung juga masih bingung kenapa Jungkook membutuhkan perjanjian semacam itu. Ia yakin tidak sedikit orang yang mau bertekuk lutut untuknya meskipun tanpa ada bayaran sama sekali. Taehyung berpikir, atau jangan-jangan Jungkook itu dijodohkan oleh orang tuanya, dan karena hal itulah ia mencari kekasih palsu untuk membatalkan perjodohan itu.
Tidak tidak -Taehyung menggelengkan kepalanya.
Kenapa ia mau repot-repot memikirkan hal ini. Lagipula itukan bukan urusannya, yang terpenting ia bisa memenuhi kebutuhan Yeonjun dirumah sakit dan juga menjamin biaya pengobatannya terpenuhi untuk saat ini. Ia tidak perlu memikirkan alasan Jungkook membuat perjanjian macam itu.
Tiga bulan Taehyung, hanya tiga bulan dan kau akan terbebas dari monster bernama Jeon Jungkook itu. Setelahnya ia berharap bisa melihat Yeonjun menjadi lebih sehat dan hidup tanpa merasakan sakit lagi.
.
"Anda memanggil saya bos? " Taehyung menghadap Jungkook setelah pimpinannya itu memanggilnya saat ia sedang mengerjakan beberapa hal.
Jungkook menganggukkan kepalanya, pria itu bangkit dari duduknya lalu mengambil jasnya yang ada di sofa. Pria yang memakai kemeja warna hitam itu terlihat begitu berwibawa meskipun penampilannya saat ini terbilang hanya biasa saja. "Bereskan barang-barangmu dan segera datang ke mobilku, aku akan menunggu di parkiran. "
Taehyung tidak bergerak, ia hanya menatap Jungkook bingung dengan dahi yang berkerut sebelum kemudian ia bertanya, "Tapi kita akan kemana? " tanyanya.
"Kita akan pergi ke pesta yang diadakan rekan bisnisku." jawab Jungkook, ia berdiri didepan pintu ruang kerjanya. "Jadi cepatlah, kita tidak punya banyak waktu. " setelah mengatakan semua itu Jungkook berlalu begitu saja tanpa mendengar pertanyaan yang akan Taehyung katakan setelahnya.
Sebenarnya menurut Taehyung ia tidak menghabiskan banyak waktu saat mengambilnya barang-barangnya, tetapi tetap saja Jungkook memarahinya sewaktu ia sampai diparkiran dan memasuki mobil Jungkook yang mewah itu.
"Sebenarnya apa saja yang kau lakukan, kenapa lama sekali?" marahnya pada Taehyung yang kemudian berdecak malas.
"Apanya yang lama, bos saja yang tidak sabaran. " ucapnya lirih.
"Apa katamu? "
Taehyung menggelengkan kepalanya, " Tidak, bukan apa-apa. " jawabnya ragu. "Tapi bos, kenapa bos justru mengajak saya dan bukannya Jimin? "
Jungkook menatap Taehyung dengan alis yang terangkat sebelah, "Sepertinya kau dekat sekali dengan Jimin, huh. Kau sama sekali tidak canggung memanggil namanya seperti itu. "
"Ah, tidak. Itu-"
"Dan, kenapa aku mengajakmu adalah karena kau itu kekasihku, dan bukan Jimin. " Taehyung menganggukkan kepalanya beberapa kali, mungkin di pesta ini harus membawa pasangannya masing-masing pikir Taehyung.
Setelah itu, hanya keheningan yang terasa sepanjang perjalanan. Jungkook yang sibuk dengan ponselnya, serta Taehyung yang sibuk memandangi jalanan. Jika boleh jujur, Taehyung sebenarnya bosan jika hanya menatap ke jalanan seperti ini. Tapi akan terasa tidak sopan jika ia memainkan ponselnya didepan Jungkook, apalagi ada seorang supir yang memperhatikan mereka.