Orang-orang mudah sekali untuk mengomentari hidup orang lain. Padahal mereka tidak tahu rasanya menjadi orang tersebut. Apa yang mendasari orang itu melakukan sesuatu, apa yang mereka melewati hingga saat ini, dan bagaimana cara mereka bertahan sejauh ini.
Mungkin itu juga yang sedang gue hadapi, banyak hal yang sulit untuk dijelaskan secara gamblang. Karena pada akhirnya percuma, sebaik apapun kita menjelaskan, kalau orang-orang tidak mau mengerti— buat apa?
"Lucu banget, kakak mengancam kayak gitu supaya aku stay sama kakak kan?"
"Buat apa aku bikin kamu stay? Tanpa kamu, aku masih menjadi orang yang sama. Kamu mau pergi? Silahkan, aku udah capek. Ternyata kamu gak se-gentle yang aku pikir. Mungkin aku terlalu berekspektasi sama kamu." jelas gue dan pergi meninggalkan Bright.
Gue keluar rumah sebentar untuk berjalan-jalan. Setidaknya agar gue tidak merasa mumet dengan masalah yang tengah gue hadapi dengan Bright.
Gue gak habis pikir sama Bright. Dipikirnya gue bilang kayak gitu hanya untuk menggertak dia dan tidak memperbolehkan dia pergi? Lucu sekali, dia terlalu kepedean. Yang gue pikirkan cuma anak yang gak salah apa-apa.
Sejujurnya gue takut, dan kasihan dengan anak yang sedang gue kandung. Kalau seandainya Bright gak mau bertanggungjawab— itu artinya gue akan jadi orangtua tunggal. Gue gak tau apa anak gue gak apa-apa?
Gue jalan disekitar komplek sembari memikirkan bagaimana caranya gue menyelesaikan masalah yang sedang gue hadapi. Lama-lama gue capek dan stres sendiri. Kenapa gue harus dijodohkan bersama Bright? Lagipula gue juga sudah tidak kenal dia kalau bukan temannya Mingyu.
"Jen?"
Ketika merasa ada yang memanggil gue langsung menengok ke belakang.
"Joss?"
Dia menghampiri gue, otomatis gue berhenti jalan dan nunggu dia.
"Are you okay?" tanyanya
"Huh? I'm okay," balas gue
Terus gue melanjutkan perjalanan lagi dan Joss masih mengikuti. Rasanya seperti ada yang menemani, padahal tadinya mau nangis.
"Hubungan kamu sama Romeo gimana?"
Gue langsung menatap ke arah Joss kaget. Kenapa dia tiba-tiba menanykan hubungan gue dan Romeo?
"Gimana apanya?" tanya gue balik
Joss malah terkekeh lalu balik menatap gue.
"Jangan pikir aku gak tau tentang hubungan kamu sama Romeo. Semua kentara Jen, apalagi Romeo— dia keliatan sayang banget sama kamu."
"Kalau pada akhirnya kamu gak bisa sama dia, tolong minimalisir bikin dia berharap banyak. Walaupun aku tau hubungan kamu dan suami kurang baik— tapi gak seharusnya Romeo jadi pelampiasan ketika kamu kesepian." jelas Joss
Jujur, gue bukan memberi harapan palsu atau memanfaatkan Romeo. Tapi semuanya terjadi begitu saja, gue juga tidak berekspektasi kalau Romeo akan serius suka sama gue.
"Aku gak nge-phpin Romeo, aku juga gak bermaksud nyakitin dia Joss." balas gue
"Aku sama Romeo gak ada apa-apa." tambah gue
"Aku ngingetin kamu Jen, yang kamu rasain sama yang Romeo rasain itu beda. Dia emang baik banget, selalu mau bantu siapapun. Dan ketika ketemu kamu— cara dia natap udah beda. Kamu gak sebodoh itu untuk gak ngerti apa yang aku maksud. Aku cuma gak mau kamu dan Romeo sakit nantinya."
"Aku pulang lagi ya?" pamit Joss
Masalah hari ini bukannya berkurang malah bertambah. Setelah Bright, sekarang Romeo.
Sejujurnya gue tidak pernah merasa menjadikan Romeo pelampiasan. Karena gue tulus sama dia, Romeo selalu ada dan membantu. Gue cukup mengerti maksud Joss apa— gue cukup peka untuk tau. Tapi sekali lagi, gue gak bisa menjelaskan apapun untuk saat ini. Keadaan gue sedang tidak baik, dan hubungan gue bersama Bright berada di ujung tanduk. Juga sekarang gue gak sendiri, ada sosok lain yang harus gue jaga.
From: bbrightvc
Kak, aku pulang ke rumah mamah.
Sesungguhnya gue sudah tidak mau peduli kemana dia pergi. Sekarang yang gue pikirkan bagaimana caranya membahagiakan diri sendiri. Lebih sayang ke diri sendiri dan gak membiarkan orang lain terus menyakiti lagi.
From: Romeo
Kak dimana? Lagi pengen rujak nih, temenin kuy?
Kadang gue lebih merasa sebagai kakaknya Romeo. Dia sudah seperti adik gue sendiri. Ketika sama Bright saja gue merasa jadi big sister, apalagi sama Romeo kan?
Romeo itu kayak bisa baca pikiran. Dia selalu tau kapan gue butuhkan. Ketika gue merasa kesepian, sedih dan merasa gak baik-baik aja.
To: Romeo
Aku lagi jalan-jalan ke depan komplek, jemput sini aja.
From: Romeo
Ay ay captain!
Ya sudah gue lanjut lagi berjalan sampai depan komplek dan mencaei tempat teduh buat menunggu Romeo. Lumayan juga jalannya bikin kaki pegal.
Ternyata sebelum sampai gerbang ada bangku taman. Ya otomatis gue langsung duduk, mana sudah mulai terik.
Gue duduk sambil menunggu Romeo datang. Tidak lama gue mendengar suara mobil datang, dan saat melihat mobilnya terasa familiar.
Ya bagaimana tak familiar, itu mobil Bright. Pas di depan bangku taman mobil tersebut berhenti. Tak lama dia membuka kaca samping mobilnya.
"Kak?" panggilnya
Gue masih tetap duduk di atas bangku, tak ada niatan menghampiri dia ke mobil.
"Kak, aku pulang ke rumah mama ya?" kata Bright lagi
Gue cuma mengangguk dan gak ada niatan buat menanyakan apapun. Masih merasa kesal dengan sikap Bright yang tidak tegas.
Dia menatap gue, lalu tak lama keluar dari mobil dan menghampiri gue.
"Kak? Aku anterin ke rumah dulu ya? Capek kalau jalan kaki lagi." tutur Bright
Gue menghela napas kasar dan menatap sebal ke arah Bright. "Gak usah, kamu kalau mau pergi ya pergi aja." balas gue
Setelah gue bicara begitu, Bright jalan kemobilnya lagi. "Ya udah, hati-hati."
Pas sekali Bright kedepan dan mau buka pintu mobil, tak lama ada mobil berhenti tepat dibelakang mobil Bright. Otomatis Bright gak jadi masuk mobil sampai dia lihat siapa yang datang kesini.
Gue juga terkejut, karena tidak tahu itu mobil siapa. Dan ketika orang tersebut keluar, ternyata Romeo. Gue benar-benar tidak tahu kalau itu dia.
Sekarang Bright malah menatap kearah gue dan Romeo secara bergantian. Hari ini masalah gak kelar-kelar.
"Kak? Ayo?!"
Romeo dengan polosnya mengajak gue di depan Bright. Gue menjadi bingung sendiri, dan dia menatap gue tajam.
"Romeo, bentar ya." kata gue
Dia mengangguk dan masuk mobilnya duluan. Jadi sebelum gue menghampiri Romeo, gue menghampiri Bright dulu.
"Kayaknya kakak bakal baik-baik aja tanpa aku? Seperti yang kakak bilang, kakak tinggal pilih aja yang mana."
"Bri—"
"Sekarang aku jadi ragu, apa kakak beneran cuma tidur sama aku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Right [Jennie X Bright Vachirawit]
FanfictionBerawal dari perjodohan konyol yang tidak disangka oleh Jennie ketika ia kembali dari Singapura. Dipaksa situasi untuk berada dalam satu atap dengan tetangga masa kecil yang merupakan kawan bermain adiknya dan pujaan hati teman-temannya. Semuanya di...