Note: sorry kalau ada adegan atau
informasi yang salah, you can correct me if I'm wrong. Feel free to comment.Gue sudah melepaskan Bright, juga menyelesaikan hubungan gue sama Romeo. Sekarang, saatnya gue memulai kehidupan baru gue disini. Memulai semuanya dari awal, beradaptasi lagi. Gak apa-apa, asal gue bisa menenangkan dan memperbaiki diri. Sejujurnya, kehidupan gue sebelumnya juga gak seburuk itu. Tapi satu hal buruk merusak semuanya.
Gue tidak tahu harus marah pada siapa, menyalahkan siapa. Karena yang pasti, semuanya terjadi untuk kita belajar dan mengambil hikmahnya.
Enggak penting berapa lama kita kenal seseorang, karena yang lama pun belum tentu setia. Dan yang baru, belum tentu ingkar.
Hampir empat bulan tinggal disini gue tidak begitu banyak interaksi. Gue hanya keluar ketika butuh atau belanja keperluan. Meskipun tetangga disini baik, tapi kadang gue merasa sungkan untuk meminta bantuan.
Waktu terasa begitu cepat. Kandungan gue sudah memasuki delapan bulan. Berarti banyak hal yang harus gue persiapkan. Gue benar-benar menjauhi orang-orang terdekat gue. Bahkan sama Mingyu, gue juga sengaja tidak memberitahu detail alamat gue.
Semua akses Bright menghubungi sudah gue blokir. Termasuk orang terdekatnya, biarlah mereka menghubungi Mingyu atau Bunda dulu.
Satu bulan lagi, gue akan terbebas dari hubungan semu bersama Bright. Begitu pula untuk Bright yang pastinya bahagia setelah lepas dari gue.
"Hai sayang, sebentar lagi mama bakal liat kamu lahir ke dunia. Semoga dunia memberkati kehadiran kamu ya."
Gue mengelus perut gue yang semakin kentara ini. Everything has changed, my mind, my body, my feeling.
Hari ini gue ada jadwal check up ke dokter kandungan. Tapi gue tiba-tiba malas untuk berangkat. Inginnya rebahan saja, ditambah sekarang kalau jalan terlalu jauh suka pegal.
"Mungkin kalau ada Mingyu, dia bakal maksa nganterin meskipun direpotin."
"Kalau ada Bunda pasti kita lagi belanja peralatan bayi bareng."
"Kalau sama Romeo pasti digombalin terus ditraktir beli ini itu deh."
"Mungkin kalau ada Bri—"
Ketika gue sadar, gue langsung menghentikan ucapan gue yang ngelantur ini.
"Mbak Jennie mau pergi kemana?" ketika gue jalan di gang depan rumah, tetangga samping bertanya.
Gue langsung menengok dan tersenyum ke arah beliau, "Mau ke dokter bu, titip rumah ya."
"Siap, hati-hati dijalan."
"Makasih Bu."
Sebenarnya rumah sakit tak begitu jauh dari tempat tinggal gue. Bahkan jalan kaki pun bisa sampai. Tapi di keadaan kayak gini, susah juga. Baru jalan sebentar sudah keringetan. Cuaca panas membuat gue tidak betah lama-lama dijalan. Berakhir dengan gue naik taksi.
"Sudah sampai mbak."
Setelah gue sadar, gue langsung bayar dan turun.
Ketika gue sedang antri, gue sadar ibu-ibu disamping memperhatikan terus. Dia sama suaminya sepertinya mau diperiksa juga.
Gue cuma tersenyum kerika ibunya menatap gue sinis.
"Sendirian aja kedokternya? Suaminya kemana?"
Gue yang awalnya fokus baca mading disana, langsung terinterupsi dengan ibu tersebut.
"Diluar daerah Bu, jadi gak bisa nemenin." balas gue
Tapi ibu tadi masih saja melihat gue dari ujung rambut sampai ujung kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Right [Jennie X Bright Vachirawit]
FanfictionBerawal dari perjodohan konyol yang tidak disangka oleh Jennie ketika ia kembali dari Singapura. Dipaksa situasi untuk berada dalam satu atap dengan tetangga masa kecil yang merupakan kawan bermain adiknya dan pujaan hati teman-temannya. Semuanya di...